Kepada Ribuan Siswa, Anas Cerita Perjuangan Sekolah saat SMP
Merdeka.com - Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas memberikan kisah inspiratif saat dirinya masih menjalani masa-masa sebagai pelajar SMP dan SMA. Terutama saat Anas menjalani masa-masa sulit secara ekonomi dari keluarga pas-pasan.
Hal ini disampaikan Anas kepada lebih dari 1000 siswa-siswi SMK yang sedang pertama masuk mengikuti kegiatan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS), setelah libur panjang.
"Saya waktu SMP, nge-kost di pesantren, masak sendiri dengan teman teman. Kemudian waktu di Jember saya sekolah jalan kaki, di tengah teman teman diantar naik motor," kata Anas mengawali kisahnya kepada para siswa di SMK 1 Glagah, Banyuwangi, Senin (15/7).
-
Siapa yang pernah mengalami masa sulit? Momen 8 Artis Mengenang Masa Sulit, Ada yang Mau Makan 3.000 Mikir Panjang dan Bahkan Rela Menjadi Supir Artis.
-
Bagaimana Banyuwangi menangani kemiskinan? Salah satu upayanya tersebut adalah dengan melakukan intervensi kepada warga miskin yang masuk di database UGD Kemiskinan Banyuwangi. Dari data tersebut, warga pra sejahtera yang masih produktif, akan dilibatkan dalam program padat karya yang dicanangkan Pemkab Banyuwangi.
-
Mengapa Bupati Banyuwangi mengajak ASN meneladani sifat Nabi? 'Sebagai ASN, kita harus berusaha meniru sifat-sifat beliau dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab kita sebagai pelayan masyarakat,' ujar Ipuk.
-
Apa kesulitan yang dialami Anang Hermansyah? Setelah berpisah dengan Krisdayanti, Anang Hermansyah mengalami masa sulit. Bersama anak-anaknya, ia tinggal di ruko dan memulai hidup dari awal. Keadaan ini terpaksa karena tidak ada tempat tinggal lain dan uang yang tersisa juga sedikit.
-
Kapan Banyuwangi meraih prestasi dalam penanganan kemiskinan? Angka kemiskinan ekstrem di Banyuwangi terus turun dalam tiga tahun terakhir. Dari 3,73 persen (2020), menjadi 0,99 persen (2022), dan kini tersisa 0,43 persen (2023).
-
Bagaimana Banyuwangi melakukan penanganan kemiskinan? Menko mengapresiasi program-program penanganan kemiskinan yang dilakukan Banyuwangi dengan program-program partisipatif.
Dari kisahnya, Anas ingin menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara siswa dari keluarga kaya dan miskin, semua mendapatkan kesempatan yang sama untuk meraih kesuksesan. Hal ini dia gambarkan dengan mengilustrasikan dirinya saat masih menjadi pelajar.
"Orang sukses bukan hanya dari orang yang kaya, tapi juga banak dari keluarga kurang mampu, karena banyak yang tidak manja," ujarnya.
Anas kemudian menceritakan sosok teman satu kamar saat tinggal di pondok pesantren. Dia bernama Muhroji, berasal dari keluarga tidak mampu. Muhroji hanya memiliki satu pasang seragam, dan sepasang sepatu. Muhroji digambarkan sebagai orang yang tekun, percaya diri dan dari keluarga tidak mampu.
"Teman satu kamar, Muhroji, dia anak orang tidak mampu dari Ambulu, Jember. Rumah bilik bambu, lantai tanah, celana hanya satu, sepatu dipakai meski bolong-bolong. Saat jam istirahat, dia tidak di kantin karena tidak ada uang saku, dan selalu puasa Senin Kamis, rajin solat Dhuha. Berangkat sekolah jalan kaki, saat musim hujan, sepatu dimasukkan ke dalam baju," kata Anas menceritakan temannya.
Setelah lulus SMP, Anas tidak lagi bertemu dengan Muhroji selama puluhan tahun. Kemudian Anas mendapat kabar bahwa sekarang Muhroji sudah jadi pemimpin Telkom di Sumatera.
"Dan setelah selesai, melanjutkan sekolah dengan beasiswa, dan setelah saya lama tidak bertemu, ternyata dia sudah jadi kepala telkom di Sumatra," kata Anas.
Cerita Anas sewaktu pelajar, juga menghasilkan ide bagaimana membuat program dan mengajarkan siswa untuk saling membantu kepada teman yang dinilai kurang mampu. Program tersebut bernama Siswa Asuh Sebaya, yang khusus diperuntukkan bagi siswa yang ingin membantu temannya.
"Dan kalau saya ada uang, saya berbagi dengan dia (Muhroji). Maka di Banyuwangi muncul ide program siswa asuh sebaya. Anak anak harus suka berbagi dengan yang kurang mampu. Apa yang saya ceritakan, cita cita boleh setinggi langit, tapi harus pintar dan bejo," katanya.
Kisah Anas, berupaya mengajak para siswa agar percaya diri dan semangat menjalani sekolah. Hal ini juga untuk menyiapkan mental generasi terhadap tantangan dunia kerja ke depan yang dinilai semakin kompetitif.
"Persoalan lapangan pekerjaan sangat berat, kalau hanya mengandalkan sektor formal, berat," ujarnya.
Selanjutnya, Anas berpesan kepada siswa, wali murid dan para kepala sekolah agar mengarahkan siswa di lingkungan dan pertemanan yang tepat.
"Dan Anak anak harus percaya diri. Fasilitas hanya pendukung, tapi percaya diri paling penting. Banyak anak pintar kalau tidak percaya diri, maka tidak berani mengutarakan gagasannya. Di usia Anak-anak sekarang seperti ini akan menentukan kesuksesan masa depan. Sekarang masa yang penting di usia mereka," katanya.
"Bung karno waktu SMA di Surabaya telah membawa mimpi bagaimana masa depan Bangsa Indonesia," tambahnya.
Apel MPLS yang digelar di SMKN I Glagah ini diikuti sekitar 1.000 siswa yang berasal dari empat sekolah, yakni SMKN I Glagah, SMAN I Glagah, SMAN I Giri dan SMKN I Banyuwangi. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berikut momen AKBP Aryuni Novitasari mengenang masa lalu saat menuju sekolah SMP.
Baca SelengkapnyaAnies Baswedan mengunjungi SMP Negeri 5 Yogyakarta yang merupakan tempatnya dulu bersekolah, Senin (24/7).
Baca SelengkapnyaTak sedikit warganet yang memberikan semangat untuk siswa Bintara Polri satu ini.
Baca SelengkapnyaTemukan buku diari ibunya, wanita ini bagikan kisah ayahnya yang menginspirasi.
Baca SelengkapnyaAnies Baswedan menceritkan kisahnya saat masih duduk di bangku SMP, ia jadi pengurus OSIS seksi kematian dan sering dibully oleh teman-teman satu SMP.
Baca SelengkapnyaLahir dari keluarga miskin, Ganjar Pranowo pernah jadi tukang ojek stasiun.
Baca SelengkapnyaAnies mencoba membaca satu persatu keluhan warga tersebut dengan Bahasa Sasak.
Baca SelengkapnyaGanjar menyatakan pentingnya pendidikan untuk peningkatan kesejahteraan.
Baca SelengkapnyaSiapa sangka Andra Soni dulu hidupnya sangat susah hingga sekolah pun sulit.
Baca SelengkapnyaHanya saja, ketika Anies tidak menjawab ditanya apakah kedekatannya dengan Susi membuka peluang menjadi pendampingnya di Pilpres 2024. Anies hanya tertawa.
Baca SelengkapnyaKisah hidup Adit, remaja yang putus sekolah demi cari uang untuk bantu perekonomian keluarga.
Baca Selengkapnya