Kisah Prajurit Kopassus tolak uang saat amankan Kelapa Gading
Merdeka.com - Seorang RW di wilayah Kepala Gading menyebarkan surat edaran meminta sumbangan dari warga untuk membayar personel Brimob dan TNI AD yang ditugaskan menjaga daerah mereka. Ternyata tak pernah ada permintaan dana dari aparat keamanan. Surat edaran tersebut murni buatan kepala RW.
Isu duit pengamanan di Kelapa Gading ini tak cuma sekali. Maklum daerah tersebut tergolong kawasan paling elite di Jakarta Utara. Isinya perumahan mewah, ruko dan mal.
Tahun 1998, saat kerusuhan membakar Jakarta, pasukan Kopassus TNI AD ditugaskan menjaga sekitar wilayah Kelapa Gading. Saat itu disebut Kelapa Gading merupakan salah satu target penjarahan dan pembakaran massa.
-
Siapa yang turun langsung ke warga untuk program Polisi RW? Bahkan, Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan (Kabaharkam) Polri Komjen Fadil Imran turun dan berkomunikasi langsung dengan warga.
-
Siapa yang mendapatkan pesan dari Kapolri? Peraih Adhi Makayasa Akpol 2024 diberi pesan oleh Kapolri. Begini isinya.
-
Siapa yang memberikan instruksi kepada para relawan TKN Prabowo-Gibran? Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran meminta para relawan mengampanyekan Prabowo-Gibran di seluruh wilayah Indonesia menggunakan cara-cara santun, dan tidak menyerang pribadi Capres Cawapres lainnya.
-
Siapa yang melaksanakan ruwatan? Masyarakat Jawa masih rutin melaksanakan tradisi tersebut sebagai bentuk penyucian diri.
-
Bagaimana warga RW bisa menggunakan anggaran tersebut? 'Terjadi perdebatan. Ini duit dari pak gubernur mau diapain? Apa ngurusin selokan? Apa bikin gerbang? Apa bikin modal UMKM warga RW-nya?' sambung RK.
-
Siapa pelaku penipuan? Kelima tersangka tersebut telah dilakukan penahanan sejak tanggal 26 April 2024 dan terhadap satu WN Nigeria sudah diserahkan kepada pihak imigrasi untuk diproses lebih lanjut,' tuturnya.
Batalyon 11 Grup 1 Kopassus yang dipimpin Letkol Doni Monardo ditugaskan masuk ke Jakarta dan mengamankan daerah itu. Doni segera memerintahkan prajuritnya, tak ada satu pun yang boleh tidur di rumah mewah atau mal. Semua harus tidur di rumah rakyat sekitar Kelapa Gading.
Para prajurit juga dilarang menerima uang dengan alasan apa pun. Demikian dicatat dalam buku Kopassus Untuk Indonesia yang ditulis Iwan Santosa dan EA Natanegara.
Keesokan harinya, Letkol Doni didatangi pejabat yang tinggal di Kelapa Gading. Dia minta Kopassus menjaga RW tempatnya tinggal dengan imbalan uang puluhan juta.
Doni menolaknya dengan alasan tak mau 'pagar' yang sudah dibangunnya di sekitar Kelapa Gading bolong. Dia memang sengaja menempatkan pasukannya di sekitar Kelapa Gading untuk menutup akses jika ada massa mau masuk dan menjarah. Bukan di tengah-tengah perumahan mewah atau mal.
Namun di tengah tugas, berembus isu tak sedap bahwa Kopassus menerima uang jaga Rp 2 miliar. Letkol Doni jelas terkejut. Didampingi komandannya, dia mengadakan pertemuan dengan warga Kelapa Gading untuk meluruskan kabar tersebut.
"Tuduhan itu menyakitkan hati. Tentara sudah dibayar oleh negara," tegas Komandan Grup I Kopassus Kolonel Pramono Edhie Wibowo.
Letkol Doni pun mengancam akan menarik pasukannya jika berita itu tak diluruskan.
Benar saja, ternyata berita itu sengaja dibikin oleh sekelompok orang yang biasa menjaga kawasan Kelapa Gading. Karena kehadiran prajurit Kopassus, mereka gigit jari tak lagi menerima uang keamanan.
Kasus itu pun selesai. Doni bernapas lega nama baik Korps Baret Merah tak tercela. Saat akhirnya pasukan Kopassus ditarik dari Kelapa Gading untuk menjaga Medan Merdeka Timur, reaksi rakyat cukup mengharukan saat berpisah.
Bahkan ada tokoh warga yang berkata kalau saja masih punya anak gadis, dia ingin menikahkan putrinya dengan prajurit Kopassus yang berjaga di sana. "Pada baik-baik, ramah dan sopan," kata sang tokoh masyarakat.
Bahkan sampai ada yang menjejali prajurit dengan uang satu plastik saat berpisah. Prajurit itu menolaknya karena sudah diperintah tak menerima apa pun. Uang satu keresek pun ditolak tanpa sesal.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kasus dugaan PPSU dipaksa pinjam uang itu masih diselidiki inspektorat DKI Jakarta.
Baca SelengkapnyaTak terkira, Kapolres seketika memberi uang secara cuma-cuma.
Baca SelengkapnyaSebelumnya, Sebuah video yang memperlihatkan puluhan anggota TNI berseragam lengkap sedang menggeruduk Mapolrestabes Medan.
Baca SelengkapnyaSetoran itu disebut-sebut sebagai imbalan untuk mempekerjakan almarhum Brigadir Rhidal Ali Tomi sebagai pengawal pribadi di Jakarta.
Baca SelengkapnyaWarganet bertanya-tanya soal sosok Eyang Giriwangi yang diduga sebagai pemilik uang tersebut.
Baca SelengkapnyaPanglima TNI Laksamana Yudo Margono mengatakan, jika pihaknya telah menurunkan Polisi Militer (POM) TNI di kawasan Pulau Rempang.
Baca SelengkapnyaKarena kalimat itu, diakui Yudo, berujung kesalahan tafsir di masyarakat
Baca SelengkapnyaBrigadir Jenderal Eddie M Nalapraya Menolak Uang Suap Ratusan Juta Rupiah.
Baca SelengkapnyaKasie di Kelurahan Kelapa Gading Barat ini juga memaksa 100 PPSU lainnya. Mereka pun mengaku tak bisa menolak karena hal itu merupakan perintah atasan.
Baca SelengkapnyaPolisi mengabulkan penangguhan penahanan terhadap seseorang berinisial ARH.
Baca SelengkapnyaKesaksian Tim Ganjar soal Larangan Pasang Bendera PDIP saat Kunjungan Jokowi, Kader Sampai Digeledah
Baca SelengkapnyaEgianus Kagoya, pemimpin KKB Papua, mengklaim tidak pernah menuntut Rp5 miliar sebagai tebusan untuk pembebasan pilot Susi Air, Philips Mark Marthenz..
Baca Selengkapnya