Kisah Siswi SMA Jualan Pentol Demi Makan dan Hidupi Ayahnya
Merdeka.com - Sutardi (64) warga yang tinggal indekos di Jalan Lambung Mangkurat, Samarinda, Kalimantan Timur, tidak bisa lagi berjualan pentol rebus akibat stroke sejak Januari 2020 lalu. Kini dia hanya dirawat putrinya, yang terpaksa juga harus berjualan untuk makan dan kebutuhan sehari-harinya.
Eren Kristiana Dinar Betti (16), anak kandung Sutardi, kini duduk di bangku kelas 1 SMA swasta di Samarinda. Dia tidak hanya berpangku tangan menunggu bantuan atau sumbangan tetangganya.
Ketua RT 27, Syahruni (62) menerangkan, Sutardi memang dirawat putrinya. Setiap hari sebelum bersekolah, Eren keluar rumah untuk membantu orang lain berjualan makanan.
-
Di mana seorang anak berdomisili? Tempat tinggal anak mengikuti tempat tinggal orang tua (pasal 47 UU No.1 tahun 1974).
-
Dimana anak Komeng bersekolah? Keduanya lulus dari International Islamic School (IISS).
-
Di mana Sakti bersekolah sekarang? Dalam foto ini, baru terungkap bahwa putranya sekarang bersekolah di Jakarta Intercultural School.
-
Apa pekerjaan anak ini? Di usianya masih masih belia, RA yang duduk di kelas 6 Sekolah Dasar (SD) ini harus merasakan kerasnya hidup. Ia harus menjadi tulang punggung keluarga dan merawat orang tuanya.
-
Dimana anak ini bekerja? Tiga anak berdiri di persimpangan sudut Jalan Taman Siswa, Yogyakarta.
-
Dimana anak sulung belajar jadi pemimpin? Karena menjadi yang tertua, anak sulung sering kali memiliki peluang untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan.
"Tiap subuh, dia bantuin orang buka warung makan. Jadi sebelum jam 7 dia pulang, jam 7 dia berangkat sekolah," kata Syahruni saat berbincang bersama merdeka.com di kediamannya Jalan Lambung Mangkurat Gang Syahdan Thoyib, Rabu (5/10) sore.
Situasi dan kondisi yang tidak mudah itu dilakoni Eren untuk kebutuhan sehari-hari, misal untuk makan dirinya dan bapaknya. Meski ibu kandungnya memilih pergi ke Balikpapan dan mengirimkan uang, kiriman itu tidak bisa benar-benar diharapkan.
Syahruni menerangkan warganya menaruh iba dan peduli dengan kondisi Sutardi. Apalagi Sutardi sudah bermukim lama di RT 27. Meskipun dia sejatinya bukan warga kota Samarinda.
"Memang Pak Sutardi ini pindahan dari Kalimantan Selatan. Kemudian pindah ke Samarinda dan tinggal di sini (RT 27). Kesehariannya memang berjualan pentol. Sempat awalnya sakit-sakitan sampai sekarang, jadi tidak lagi berjualan," ujar Syahruni.
"Cuma memang dari ketua RT sebelum saya sejak lama minta untuk Pak Sutardi dan istrinya mengurus administrasi kependudukan. Tapi saya tidak mau alasan kenapa tidak mau," tambah Syahruni.
Tertib administrasi kependudukan memang menjadi sangat penting. Baik itu kepengurusan pekerjaan, bantuan sosial, kesehatan hingga soal pendidikan. Apalagi, Eren dan Sutardi, berkeinginan pulang dengan pindah ke Mojokerto, Jawa Timur. Di mana daerah itu adalah tanah kelahiran Sutardi.
"RT hanya memberi surat keterangan domisili, selanjutnya yang bersangkutan atau keluarganya yang mencabut berkas (kependudukan) di Kalimantan Selatan kalau mau dibawa ke Jawa," ujarnya.
Apabila nantinya diputuskan Sutardi dan putrinya pulang ke Jawa, Syahruni berharap Eren tetap melanjutkan pendidikannya untuk bekal masa depannya.
"Iya tentu, anaknya jangan sampai putus sekolah untuk masa depannya," tutup Syahruni.
Kisah Sutardi cukup memprihatinkan. Di saat Eren, anak ketiga dari empat bersaudara itu tidak ada di indekos, Sutardi mesti merangkak ke kamar mandi lantaran sakit stroke. Belum lagi tunggakan bayar kamar kos dua bulan yang mesti ditanggung Sutardi dan Eren.
Sementara istri Sutardi, tak lain ibu kandung Eren, memilih pergi ke kota Balikpapan dengan alasan mencari penghasilan setelah Sutardi terkena stroke. Ketimbang tinggal di kamar kos yang hanya berukuran sekitar 5x5 meter itu. Kini Eren dan Sutardi hanya berharap bisa pulang ke Mojokerto.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kisah hidup Adit, remaja yang putus sekolah demi cari uang untuk bantu perekonomian keluarga.
Baca SelengkapnyaKisah perjuangan bocah SD berjualan es harga Rp1 ribu. Ternyata punya cita-cita jadi prajurit TNI.
Baca SelengkapnyaDi tengah teman-temannya yang berlomba membeli jajanan, siswa ini harus duduk sendirian menikmati bekal nasi yang dibawanya.
Baca SelengkapnyaViral anak SMP bantu ibunya cari rongsokan usai pulang sekolah, aksinya bikin salut.
Baca SelengkapnyaIdia harus rela kehilangan kesempatan untuk bersekolah lantaran kondisi keuangan keluarganya yang pas-pasan.
Baca SelengkapnyaAnak-anak seharusnya memang fokus belajar dan bermain. Namun, tidak dengan Jelita. Ia harus berjualan gorengan untuk bantu orang tuanya.
Baca SelengkapnyaIa terpaksa harus berjualan di bawah terik sinar matahari karena ingin meraih impian namun terhalang kondisi perekonomiannya.
Baca SelengkapnyaDengan modal terbatas, Dicky merintis usaha martabak di pelataran rumahnya. Dia sempat ragu dan takut memulai usaha.
Baca Selengkapnya