Pemerintah Aceh Gratiskan Warga Tes PCR Covid-19
Merdeka.com - Pemerintah Aceh memastikan tidak ada pemungutan biaya terhadap warganya yang akan melakukan pemeriksaan sampel swab dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) terkait Covid-19, baik yang mandiri maupun yang tidak mandiri.
"Kami semua tidak berbayar, mau yang mandiri ataupun tidak mandiri, kita tidak mengutip bayaran satu rupiah pun," kata Kepala Balai Litbangkes Aceh Fahmi Ichwansyah, di Banda Aceh, dilansir Antara, Selasa (6/10).
Hal itu, kata Fahmi, cara mereka untuk menolong masyarakat yang membutuhkan layanan, sehingga sejak resmi beroperasi pada April lalu sampai sekarang, Balai Litbangkes Aceh melakukan pemeriksaan sampel swab Covid-19 secara gratis.
-
Dimana tim khusus Kemenkes mengambil sampel? Dikutip dari ANTARA, tim peneliti itu mengambil sampel darah penderita DBD, kemudian mengambil sampel nyamuk dan jentik nyamuk di lima lokasi penelitian.
-
Apa yang menyebabkan beberapa orang tidak terinfeksi Covid-19? Berdasarkan analisis aktivitas genetik dalam jaringan hidung dan darah orang yang tidak berhasil terinfeksi SARS-CoV-2, tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Apa itu sampel dalam penelitian? Sementara sampel adalah bagian dari populasi yang hendak diteliti.
-
Dimana pengecekan dilakukan? Pengecekan tersebut dilakukan di SPBU simpang PT Kelurahan Pangkalan Kasai, Kecamatan Seberida dan agen elpiji, PT Tendano.
-
Mengapa beberapa orang kebal terhadap Covid-19? Meskipun vaksin dan booster secara radikal mengurangi risiko kematian dan komplikasi berat dari COVID-19, mereka tidak banyak membantu menghentikan virus dari memasuki lapisan hidung dan sistem pernapasan.
-
Kapan sampel digunakan dalam penelitian? Kegiatan penelitian pada dasarnya tidak selalu membutuhkan sampel, sebab peneliti bisa melakukan survei dan mendapatkan data dari keseluruhan objek penelitian (populasi). Namun, ada beberapa kondisi yang membuat penelitian perlu mengambil sampel dari keseluruhan populasi, di antaranya; 1. Ukuran populasi terlalu besar 2. Efisiensi biaya 3. Efisiensi waktu 4. Efisiensi sumber daya 5. Penelitian tidak memungkinkan untuk menggunakan populasi.
Namun, menurutnya, pihaknya tidak melakukan pengambilan sampel swab di laboratorium Balai Litbangkes Aceh, tetapi mereka hanya menerima sampel swab yang diberikan oleh fasilitas kesehatan (faskes), baik dari rumah sakit rujukan di kabupaten/kota atau Labkesda Aceh.
"Kita menerima sampel swab itu dari faskes yang mengirim ke kita dan kita periksa. Apakah mereka mengirim yang mandiri atau pasien, atau yang hasil tracing, kita terima, asal sampelnya dari faskes. Kita tidak menerima sampel swab dari klinik swasta, jadi kalau klinik swasta silahkan bekerja sama dengan rumah sakit. Kita hanya terima dari instansi pemerintah," kata Fahmi lagi.
Menurut Fahmi, misalnya terdapat warga yang ingin melakukan pemeriksaan swab secara mandiri di Labkesda Aceh, maka petugas melayani untuk pengambilan sampel swab, dan mengirim untuk pemeriksaan ke Balai Litbangkes Aceh.
"Kami tidak berbayar, Labkesda tidak ambil bayaran juga. Misalnya datang ke RSUD Zainoel Abidin mau diambil swabnya, silahkan diambil, nanti spesimen swab kirim ke kami dan kami yang periksa, itu gratis dari awal sampai sekarang kita gratis," ujarnya.
Sementara itu, di Laboratorium Penyakit Infeksi Unsyiah Banda Aceh juga tidak mengambil biaya pemeriksaan uji sampel swab. Pihaknya membagi tiga kelompok uji swab yakni kelompok gratis pertama bagi mereka pasien suspek atau probable Covid-19, kelompok gratis kedua bagi mereka warga kabupaten/kota yang bekerja sama degan Unsyiah, dan kelompok ketiga yang berbayar bagi mereka yang datang secara mandiri.
Manager Operasional Laboratorium Penyakit Infeksi Unsyiah Ichsan mengatakan, kelompok gratis pertama bagi mereka yang suspek atau probable Covid-19, karena cairan kit reagen yang digunakan merupakan dari bantuan BNPB, dan bahan habis pakai (BHP) yang digunakan ditanggung oleh Unsyiah.
"Jadi Unsyiah berkewajiban membayarkan PHB, termasuk listrik, air, operasional, tenaga pemeriksa, itu Unsyiah yang bayar. Jadi itulah sumbangsih Unsyiah untuk penanggulangan Covid-19, itukan dana Unsyiah," kata Ichsan.
Kemudian kelompok gratis kedua, kata dia, bagi warga kabupaten/kota yang bekerja sama dengan Unsyiah. Misalnya, Banda Aceh miliki program uji swab tahap pertama terhadap 1.300 warga, tahap kedua 2.000 warga, dan tahap ketiga nantinya direncanakan terhadap 5.000 warga.
"Jadi kelompok kedua ini gratis juga, yakni Unsyiah menanggung operasional, sedangkan BHP ditanggung oleh pemerintah kota, dan kit reagennya kita pakai bantuan BNPB," katanya.
Sementara, kelompok ketiga bagi mereka yang memeriksa swab secara mandiri. (mdk/eko)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Maxi berujar, kelompok pertama yang bisa mendapatkan vaksin gratis adalah yang belum pernah menerima vaksin Covid-19 sama sekali.
Baca SelengkapnyaKepala Dinkes Sumsel Trisnawarman menegaskan, pihaknya telah memeriksa sampel swab pasien J. Hasilnya diketahui negatif cacar monyet.
Baca SelengkapnyaSebelumnya, Budi menyatakan vaksin cacar monyet masih menyasar kelompok tertentu, seperti penderita HIV.
Baca SelengkapnyaHal ini dilakukan demi kepentingan kesehatan masyarakat di RSRW
Baca SelengkapnyaPemerintah Kabupaten Kutai Timur kini telah menyediakan alat Skrining HIV Mandiri (SHM).
Baca SelengkapnyaDia tadi sempat bertanya pada petugas mengenai mekanisme berobat pakai KTP. Namun dia juga tidak mendapat jawaban yang jelas.
Baca SelengkapnyaTerkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaSebelumnya dilaporkan, ada satu pasien Mpox di Pulau Dewata itu.
Baca Selengkapnya