Penantian Kokom Berharap Suami Segera Pulang dari Papua
Merdeka.com - Kesedihan Kokom Komariah (25), warga Kampung Cimanggah, RT 3 RW 7, Desa Banjarsari, Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut tetap terlihat meski berusaha tenang sata ditemui merdeka.com, Senin (7/10). Bagaimana tidak, ia harus menantikan suaminya yang saat ini tengah mengungsi di Papua akibat kerusuhan.
Rasa sedih Kokom bukan tanpa alasan, berbagai informasi yang dia dapatkan tentang kondisi Papua membuatnya tidak nyaman saat tidur dan beraktivitas sehari-hari karena memikirkan suaminya, Sarif (30). Apalagi saat ini dia tengah mengandung anak keduanya yang sudah berusia lima bulan.
Kokom bercerita Sarif sudah berada di Papua sejak beberapa bulan lalu. Sarif berangkat ke Papua dengan modal meminjam uang untuk biaya perjalanan Rp 5 juta. "Suami saya juga banyak bawa bekal dari sini karena kalau beli bahan makanan di sana kan mahal-mahal," ujarnya.
-
Dimana warga terdampak kekeringan? BPBD Kabupaten Cilacap mencatat jumlah warga yang terdampak kekeringan di wilayah tersebut mencapai 9.153 jiwa dari 3.011 keluarga.
-
Bagaimana suasana Kampung Kawangi? Berbeda dengan rumah makan sejenis, Kampung Kawangi benar-benar menyuguhkan suasana perkampungan alami, layaknya di desa Sunda zaman dulu.
-
Mengapa Omi Komariah Madjid merasa sedih, kesal, dan marah? Ia mengaku sempat curhat ke Gus Mus karena perasaannya campur aduk antara sedih, kesal, dan marah. Menurutnya sekarang ini banyak korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) dipertontonkan secara terbuka tanpa rasa malu dan bersalah. 'KKN justru semakin menggurita dalam penyelenggaraan negara,' kata Omi dikutip dari Liputan6.com pada Senin (13/11).
-
Bagaimana suasana Kampung Balekambang? 'Kampung Balekambang ini suasananya masih perdesaan gaes,' terang sang kreator video. Posisinya di Pinggir Sungai Ciliwung Kampung ini letaknya persis di pinggir Sungai Ciliwung. Di sana terdapat jalan setapak berbahan beton yang memanjang di pinggir aliran Sungai Ciliwung. Dari titik ini, siapapun yang melintas bisa melihat area hijau di pinggir Ibu Kota Jakarta.
-
Bagaimana warga di kampung itu? Selain memiliki pemandangan yang indah dengan hamparan rumput, warga di kampung tersebut dikenal ramah.
-
Siapa yang sedang berduka? Keluarga sendiri Insha Allah tabah, ikhlas tadi juga tahlilan dihadiri sama keluarga dan tetangga,' katanya.
Utang untuk modal suaminya berangkat ke Papua, diakui Kokom baru dibayar beberapa hari kemarin setelah dia mengumpulkan uang dari usahanya. Meski lega utangnya terbayar, dia tetap waswas karena suaminya masih berada di Papua dengan kondisi masih mengungsi di kantor Dinas Sosial Jayapura.
Kokom bercerita bahwa suaminya diajak bekerja di Papua oleh kakaknya yang bernama Dede. Tidak hanya bersama kakaknya, Sari, di Papua juga bersama adiknya Kokom yang bernama Sambas. "Alasan diajak bekerja di sana karena agar ada peningkatan ekonomi. Walau kerjanya ngerol wallpaper dan cat rumah, tapi penghasilannya lumayan katanya," ungkapnya.
Dia menyebut bahwa suaminya sudah cukup lama mengais rezeki di tanah Cendrawasih bersama kakak dan adiknya. Suaminya kerap pulang ke Garut delapan bulan sekali dan tinggal di rumah selama empat hingga lima bulan lalu kembali ke Papua.
"Kalau a Dede sudah sejak bujangan bekerja di Papua. Sejak umur belasan tahun sudah di sana karena memang a Dede tulang punggung keluarga. Karena sudah lama ya jadi tahu penghasilannya bagaimana sehingga mengajak suami saya dan adik saya," katanya.
10 hari lalu ia menerima informasi tentang kondisi suaminya di Papua dan mendapatkan cerita yang cukup membuat Kokom sedih. Kepada Kokom, Sarif bercerita bahwa ada bengkel motor milik temannya yang dibakar massa. Meski demikian, suaminya menyebut bahwa rumah kontrakannya aman dan tidak didatangi massa.
Suaminya sendiri bisa menginfokan kondisinya saat tengah mengungsi di Kodim Wamena setelah sempat berkumpul bersama ribuan warga di bandara.
"Sempat seminggu saya menunggu kabar dari suami saya tapi tidak kunjung ada kabar. Jadinya saya cuma bisa mendoakan suami saya agar diselamatkan karena kan kaget juga banyak korban," ungkapnya.
Kokom sendiri akhirnya bisa menerima informasi terkini dari suaminya yang sudah berada di Jayapura. Rasa khawatirnya pun perlahan memudar, namun tetap saja ia mengaku masih waswas selama suaminya belum ada di hadapannya.
"Tadi sempat kontakan juga katanya mau berangkat ke Bandung bareng dengan 17 temannya. Suami saya bilang kalau setelah pulang ke Garut tidak akan balik lagi ke Papua," ceritanya.
Sarif (30), saat dihubungi Selasa (7/10) melalui sambungan telepon mengatakan bahwa ia memang sempat bertahan di bandara agar bisa pulang ke kampung halamannya di Garut. Ia pun sempat berebut tiket dengan ribuan orang lainnya yang juga ingin pulang kampung.
"Kondisi Wamena sudah tidak kondusif. Padahal saat sebelum kerusuhan saya mau bekerja keliling bersama teman-teman saya untuk mencari konsumen yang mau pasang wallpaper atau ngecat rumah," ujarnya.
Saat ini, Sarif bersama 17 warga Garut lainnya dan sejumlah warga Jawa Barat tengah menunggu kepastian untuk bisa pulang ke tanah Pasundan. Ia mengaku tidak ingin tinggal di bumi Cendrawasih selama kondisinya belum normal.
Ia menyebut bahwa situasi di sana tidak terkendali dan banyak warga pendatang yang menjadi korban akibat kerusuhan. "Ada teman saya asal Sukabumi yang dibacok. Tapi Alhamdulillah masih selamat," katanya.
Sarip menyebut bahwa rencananya ia bersama warga Jawa Barat lainnya akan diangkut ke Jawa Barat, Selasa (8/10). Namun menurutnya hal tersebut pun belum pasti karena ia belum mendapatkan tiket pesawat. "Kalau untuk makan mah Alhamdulillah ada, tinggal nunggu tiket saja. ini ada orang paguyuban dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang bantu di sini," ucapnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Video merekam momen pamitan prajurit TNI dengan istri polwan sebelum berangkat tugas ke Papua.
Baca SelengkapnyaMomen haru upacara persemayaman Kopda Hendrianto. Isak tangis keluarga kehilangan Kopda Hendrianto.
Baca SelengkapnyaKakek Carmad masih dibayangi rasa cemas oleh ombak besar yang bisa saja datang secara tiba-tiba.
Baca SelengkapnyaAda seorang warga kampung yang hilang dan keberadaannya belum diketahui hingga kini.
Baca SelengkapnyaPetugas gabungan di Lampung kemudian membantu menenangkan pemudik asal Karawang, Jawa Barat tersebut.
Baca SelengkapnyaPria ini sudah 20 tahun merantau dan belum pernah pulang.
Baca SelengkapnyaSaat musim tanam tiba, para perantau itu pulang sebentar untuk menanam jagung dan selanjutnya pergi merantau lagi
Baca SelengkapnyaSaat menyalami keluarga mantan pacarnya, pria ini tampak menangis. Ia juga tampak menghapus air matanya dengan tisu.
Baca SelengkapnyaTNI ini harus menerima kenyataan saat pacarnya dipinang oleh pria lain. Momen itu terjadi saat ia dinas di Papua.
Baca SelengkapnyaEkspresi sedih dan bingung terlihat jelas di wajah perempuan berjilbab kuning itu.
Baca SelengkapnyaPutri bercerita harus meninggalkan tiga anaknya demi pengabdian kepada Garut.
Baca SelengkapnyaHarus berpisah dari anaknya yang masih kecil, pria ini mengaku hal inilah yang menjadi patah hati terbesar seorang ayah.
Baca Selengkapnya