Pengamat sebut perang tagar bentuk ekspresi simbolik yang meningkatkan partisipasi
Merdeka.com - Analis Komunikasi Politik UIN Jakarta, Gun Gun Heryanto memberikan tanggapan terkait perang tagar di media sosial.
Diketahui saat ini ada beberapa tagar yang ramai di jejaring sosial. Beberapa diantaranya #2019Ganti Presiden dan #2019TetapJokowi.
Gun Gun menilai, fenomena ini sebagai perubahan konteks sosial politik yang semakin dinamis. Terutama ketika ada keterbukaan yang sangat erat antara demokrasi di dunia nyata dengan cyber demokrasi.
-
Bagaimana cara mesin politik Jokowi dan mesin politik NU bekerja? Mereka yang bekerja sepenuh hati berbasis loyalitas, kesamaan frekuensi ideologis, dan keyakinan intelektualitas, akan bekerja lebih rapi ketimbang para influencer atau buzzer bayaran (seprofesional apapun mereka, pasti hasil kerjanya akan bebeda).
-
Bagaimana media sosial bisa berdampak negatif? Remaja yang menghabiskan waktu berlebihan di media sosial sering kali mengalami tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak terlalu aktif di platform tersebut.
-
Gimana caranya Jokowi ikut kampanye? Pasal 281 mensyaratkan pejabat negara yang ikut berkampanye dilarang untuk menggunakan fasilitas negara atau mereka harus cuti di luar tanggungan.
-
Apa yang dibilang Jokowi soal kampanye? 'presiden boleh berkampanye.''
-
Apa yang menentukan mesin politik Jokowi dan mesin politik NU? Mereka yang bekerja sepenuh hati berbasis loyalitas, kesamaan frekuensi ideologis, dan keyakinan intelektualitas, akan bekerja lebih rapi ketimbang para influencer atau buzzer bayaran (seprofesional apapun mereka, pasti hasil kerjanya akan bebeda).
-
Bagaimana ciri Wibu di media sosial? Fakta berikutnya adalah hampir semua wibu tak ragu memperlihatkan jati diri mereka di media sosial sebagai seorang penggemar budaya Jepang.Beberapa ciri wibu yang kerap tampak tak lain adalah karakter anime, manga hingga budaya Jepang yang mendominasi.
"Cyber demokrasi ini memang salah satu penandanya adalah ekspresi kebebasan berpendapat kemudian. Tentu juga kebebasan untuk punya pilihan-pilihan politik sesuai dengan preferensi pilihan masing-masing yang enggan di ekspresi di dunia digital, seperti misalnya di sosmed atau di web dan lain sebagainya," ujar dia dalam diskusi Polemik MNC Trijaya, 'Politik Tagar, Bikin Gempar' di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (4/5).
Gun Gun mengatakan, tagar di jejaring sosial Twitter merupakan salah satunya. Dia melihat ekspresi simbolik dari referensi pilihan yang ada di masing-masing orang.
"Seperti misalnya ada orang yang tertarik untuk 2019 ganti presiden, ada yang 2019 tetap melanjutkan incunbent dalam konteks ini yaitu pemerintahan Jokowi," ujar dia.
Dia menjelaskan, fenomena ini dapat berdampak positif dalam meningkatkan partisipasi politik. Internet user di Indonesia, kata Gun Gun ada 132 jutaan dari 185 juta pemilihan di Pemilu 2019.
"Ini sebenarnya bisa menjadi corong yang sangat potensial dari jumlah 250 juta penduduk Indonesia. Global avarage pengguna internet di Indonesia rata-rata 52 persen antara internet user dengan total populasi. Jadi ini menurut saya sebuah berkah kontestasi electoral yang terfasilitasi bukan hanya di media mainstream, bukan hanya di face to face informal akan betemu kemudian berjaring dengan kelompok tetapi bisa menyapa orang yang berbeda lewat sosial media antara lain lewat hastag," papar dia.
Namun demikian, Gun Gun mengingatkan, media sosial juga selalu berwajah janus. Media sosial bisa menjadi alat kampanye, alat publisitas, alat propaganda. Di sisi lain juga black propaganda, black campaign.
"Itu yang perlu di antisipasi. Akibat ekses dari pelimpahan komunikasi yang terjadi," kata Gun Gun.
Reporter:Ady Anugrahadi
Sumber: Liputan6
(mdk/frh)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
"Hari ini mesti kita lawan tidak bisa kita biarkan," kata Ganjar.
Baca SelengkapnyaFenomena ini dikhawatirkan akan berdampak buruk pada kualitas proses demokrasi hingga berpotensi menimbulkan konflik antar pendukung calon kepala daerah.
Baca SelengkapnyaBuzzer sering dikaitkan dengan orang yang membuat pencitraan.
Baca SelengkapnyaDi Indonesia istilah ini mulai populer setelah pemilu tahun 2019.
Baca SelengkapnyaBuzzer adalah sekelompok orang yang menyebarkan informasi, sering kali melalui platform media sosial untuk mempromosikan ide, produk, atau yang lainnya.
Baca SelengkapnyaTujuan utama dari poster adalah untuk menyampaikan pesan secara efektif dan memikat audiens.
Baca SelengkapnyaBeberapa jam setelah serangan Hamas ke Israel, X atau Twitter dibanjiri video dan foto hoaks serta informasi menyesatkan tentang perang di Gaza.
Baca SelengkapnyaSituasi panas yang terjadi di ruang publik berpotensi disusupi agenda politik tertentu
Baca Selengkapnya