Pengungsi Nduga Butuh Bantuan Makanan
Merdeka.com - Tim Relawan Nduga, Doly Ubruwangge berharap pemerintah memberikan bantuan makanan bergizi untuk seluruh pengungsi wilayah Papua yang terdampak pasca peristiwa penembakan di Nduga, Papua. Dia ingin negara menyoroti masalah kemanusiaan ini.
"Kami melihat bahwa negara sudah tidak tanggung jawab kepada kemanusiaan, sehingga kalau ada lembaga terkait yang berpihak kepada kemanusiaan mohon untuk lakukan tindakan terkait untuk tupoksi, dan yang paling dibutuhkan di sana adalah kesehatan, terus bantuan makanan," katanya saat diskusi situasi Nduga, Papua di kantor LBH, Jakarta Pusat, Kamis (18/7).
"Kalau pakaian kami mungkin satu dua hari bisa dipakai, karena daerah di sana dingin, sehingga bisa pake satu dua hari, artinya kami butuh tapi kami lebih membutuhkan makanan," sambung Doly.
-
Siapa yang menghuni pemukiman? Analisis genetik pada tulang manusia yang digali menunjukkan hubungan erat antara penduduk pemukiman ini dengan kelompok lain di China selatan dan Asia Tenggara.
-
Siapa yang tinggal di Rumah Limas? Tingkat kedua disebut Jogan yang ditempati oleh anggota keluarga pemilih rumah yang berjenis kelamin laki-laki.
-
Bagaimana kehidupan warga di pemukiman padat? Saat memasuki area perkampungan lebih dalam, kehidupan warganya pun masih begitu terasa.
-
Apa yang ditemukan di permukiman tersebut? Karena ukuran struktur dan elemen arsitekturnya, para arkeolog berpendapat struktur tersebut mungkin merupakan bangunan umum atau kuil, salah satu contoh tertua yang ditemukan hingga saat ini di Dataran Rendah Yudea.
-
Bagaimana warga memenuhi kebutuhan sehari-hari? Guna memenuhi kebutuhan sehari-hari, setiap warga mencatat pada kertas lalu menitipkan daftar belanja pada truk tersebut.
-
Apa fungsi Rumah Limas? Biasanya, Rumah Limas digunakan untuk tempat pesta pernikahan dan acara-acara adat.
Dia mengungkapkan, satu rumah pengungsian terdapat lima keluarga yang menampung 20 hingga 40 orang. Mereka memiliki beras sebanyak 50 kilogram dan hanya masak satu hari sekali.
"Jadi kalau mereka hari ini makan malam, besoknya lagi, sehingga ini mungkin kami lembaga lembaga kemanusiaan ada bisa bertindak sesuai tupoksi yang ada untuk melihat," imbuhnya.
Di kesempatan sama, Tim Solidaritas untuk Nduga, Hipolitus Wangge mengungkapkan, pagi tadi ada anak kecil asal Nduga yang meninggal karena kelaparan. Anak tersebut tinggal di kamp pengungsian Wamena.
"Pengungsi yang meninggal di Wamena 129 orang, terakhir pagi ini di Wamena itu ada anak berusia kurang lebih 2 tahun baru meninggal, bulan juli sendiri ada 3 pengungsi internal yang meninggal di Wamena," ujarnya.
Dia menyebut, bocah tersebut baru beberapa hari tiba di Wamena lantaran terjebak lama di hutan karena mengungsi.
"Anak yang 2 tahun ini salah satu penyebabnya adalah kelaparan, karena dia terperangkap sekian minggu di hutan, bersama orang tuanya, baru beberapa hari terakhir turun ke Wamena," tutup Hipolitus.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kisah ibu pemulung dan lima anaknya ini viral. Mereka anya ingin makan ayam saat ditawari.
Baca SelengkapnyaSedikitnya 51 pengungsi etnis Rohingya berlabuh di kawasan Desa Kwala Langkat, Kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, Rabu (22/5).
Baca Selengkapnya170 pengungsi Rohingya berlabuh di Langkat, ada yang sakit dan kelaparan
Baca SelengkapnyaPemerintah kembali menyalurkan bantuan pangan beras 10 kilogram dari Cadangan Beras Pemerintah tahap dua kepada sebanyak 22 juta Keluarga Penerima Manfaat.
Baca Selengkapnya