Pentingnya Peran Ulama dan Pemerintah Dalam Mencegah Radikalisasi
Selain penguasaan literasi yang baik, seorang ulama juga harus memiliki akhlak dan karakter yang santun, tenang, dan tidak mudah menghasut.
Ulama dan pemerintah adalah dua elemen penting yang memiliki peran sangat signifikan.
Pentingnya Peran Ulama dan Pemerintah Dalam Mencegah Radikalisasi
Guru Besar Hukum Islam Kontemporer Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar Muammar Bakry menyebut sinergi ulama dan pemerintah adalah jembatan Indonesia menuju masyarakat madani dan mencegah radikalisasi muncul.
Menurut dia, jika kedua elemen ini tidak menjalankan perannya sesuai dengan nilai-nilai kebaikan tersebut maka masyarakat sangat mudah untuk terombang-ambing dengan berbagai isu.
Sehingga keduanya harus saling mendukung karena masing-masing mempunyai power yang berbeda, yakni kekuatan ada pada umara dan keagamaan ada pada ulama.
Muammar mengatakan ulama dan pemerintah adalah dua elemen penting yang memiliki peran sangat signifikan terhadap perkembangan peradaban manusia, sehingga mereka perlu bersinergi untuk menyampaikan nilai-nilai kebaikan, kedamaian, kesejahteraan dan ketenteraman pada masyarakat.
Oleh karena itu, kata dia, masyarakat diharapkan juga bisa melihat dengan jeli tentang siapa yang dianggap sebagai ulama.
Sebab merupakan suatu kewajaran jika yang dianggap dan ditokohkan sebagai ulama adalah mereka yang telah memenuhi kriteria tertentu.
Untuk itu, katanya, perlu dipahami bahwa pemenuhan kriteria untuk bisa dikatakan sebagai seorang ulama itu sangat berat.
Sebagai ulama, seseorang harus memiliki penguasaan keagamaan yang sempurna dengan kajian pendalaman literasi yang cukup.
“Hal yang terkadang merusak persepsi publik terhadap citra ulama itu ketika ada oknum yang mengaku dirinya sebagai ulama atau mungkin diakui secara tidak objektif oleh masyarakat tertentu," ujarnya.
Merdeka.com
Misalnya, kata dia, karena mungkin seseorang pandai mengutip beberapa ayat, kemudian dirinya dijadikan sebagai pedoman keagamaan yang justru bisa merugikan umat karena tidak memiliki penguasaan keagamaan yang komprehensif.
Maka dari itu, Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan ini pun mengimbau agar masyarakat berhati-hati dalam memberikan predikat ulama terhadap figur tertentu. Selain penguasaan literasi yang baik, seorang ulama juga harus memiliki akhlak dan karakter yang santun, tenang, dan tidak mudah menghasut.
“Jadi kalau ada ulama yang lebih banyak melakukan provokasi itu sebenarnya secara akhlak belum dikatakan ulama karena ulama itu menenangkan suasana menjadi damai, bukan malah melakukan provokasi. Jadi ulama itu dari segi keilmuan kemudian kriteria yang kedua adalah dari segi karakter, yang membawa kepada kedamaian dan ketenangan umat,” tuturnya.
Merdeka.com
Muammar berharap umara dan ulama di Indonesia bisa memberikan nilai-nilai moderasi beragama. Sinergitas keduanya menjadi penting untuk menghindari adanya pemahaman keagamaan yang mengarah kepada intoleransi dan radikalisme.
"Jangan sampai pemahaman keagamaan yang salah kemudian membentuk opini pada masyarakat awam dan dianggap sebagai sebuah kebenaran. Ini yang bisa berbahaya," ujarnya.
Menurut dia, dengan adanya urgensi menjawab tantangan era disrupsi informasi, sinergitas ulama dan umara tentu perlu dibangun, sehingga ada keseimbangan pada kedua elemen penting ini dalam memainkan perannya..