![Guru Besar UIN Walisongo: Ulama Moderat Lebih Luwes Menyikapi Perbedaan<br>](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/6/28/1719589473622-ezi51.jpeg)
Guru Besar UIN Walisongo: Ulama Moderat Lebih Luwes Menyikapi Perbedaan
Eksistensi Indonesia sebagai negara multikultural didukung para kiai dan ulama yang mampu mengakomodasi berbagai golongan.
Eksistensi Indonesia sebagai negara multikultural didukung para kiai dan ulama yang mampu mengakomodasi berbagai golongan.
Kolaborasi ulama dan umara yang adil dan bijaksana tidak hanya menghasilkan tata kelola pemerintahan efektif, namun juga dapat menjadi teladan bagi masyarakat.
Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Syamsul Ma'arif mengatakan bahwa kedekatan kedua pihak ini pada dasarnya mampu membawa manfaat bagi banyak orang.
Akrabnya kaum ulama dengan unsur pemerintahan di Indonesia sudah dimulai dari masa perjuangan kemerdekaan. Kala itu, para kiai ikut menyerukan ribuan santrinya untuk ikut berjuang mengusir penjajah.
Menurutnya, ulama yang memiliki kedekatan dengan Pemerintah tidak bisa langsung dijustifikasi sebagai suatu kezaliman.
Syamsul mengatakan, umumnya kolaborasi yang terjadi justru menghasilkan perundang-undangan dan tata kelola negara yang lebih komprehensif karena melibatkan ulama-ulama yang menjadi corong kepentingan masyarakat.
"Hubungan ulama dan umara di Indonesia begitu kuat, sudah berlangsung lama. Ini tergambar dari seruan Mbah Hasyim Asy'ari di masa perjuangan 'cinta negara atau nasionalisme adalah bagian dari keimanan'," kata Syamsul, Rabu (26/6).
Syamsul yang juga menjabat sebagai Ketua FKPT (Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme) Jawa Tengah periode 2022-2025 ini menyebutkan, eksistensi Indonesia sebagai negara multikultural turut didukung oleh para kiai dan ulama yang mampu mengakomodasi berbagai golongan budaya dan kepercayaan.
Dia menilai adanya upaya delegitimasi dari kalangan tertentu terhadap ulama moderat dan para santri. Meski begitu, Syamsul menganggap bahwa narasi yang menyudutkan ini biasa terjadi di negara demokrasi dan cukup ditanggapi dengan santai.
merdekacom
Syamsul juga tidak menampik bahwa ilmu agama dan kedekatan dengan Pemerintah tidak bisa dijadikan modal tunggal untuk mempromosikan seseorang tanpa dibekali kemampuan pendukung lainnya. Masyarakat juga diimbau agar tidak terlalu cepat menilai kapasitas seseorang atau kelompok tanpa mengetahui latar belakangnya.
"Rakyat Indonesia jangan mudah termakan narasi yang bernuansa dikotomis dan memecah belah persatuan bangsa. Peran ulama dan umara yang berkelindan justru dapat berfungsi sebagai pengingat serta kontrol sosial dan politik antara satu dengan lainnya," pungkasnya.
Indonesia ke depan butuh sosok pemimpin yang memahami problem kebangsaan.
Baca SelengkapnyaPihak cenderung menolak praktik budaya dan kearifan lokal seringkali belum memahami agama dengan komprehensif.
Baca SelengkapnyaSri Yunanto mengingatkan kepada seluruh pihak bahwa pergerakan kelompok pro-khilafah masih tetap eksis di Indonesia.
Baca Selengkapnya"Umat Islam diimbau untuk tetap menjaga ukhuwah Islamiyah dan toleransi dalam menyikapi potensi perbedaan penetapan 1 Ramadan," kata Menag
Baca SelengkapnyaMemperkuat toleransi dan kerukunan antarumat beragama. Masyarakat tidak boleh semena-mena melanggar hak dari mereka yang dianggap berbeda.
Baca SelengkapnyaSalam lintas agama merupakan salah satu upaya berkesinambungan merawat kemajemukan dimiliki Indonesia.
Baca SelengkapnyaPerkuat juga solidaritas, empati, dan tolong-menolong antar-sesama tanpa memandang perbedaan agama atau kepercayaan.
Baca SelengkapnyaTradisi Islam yang satu ini masih terus dilestarikan sampai sekarang dan sudah menjadi bagian dari kebanggaan masyarakat Padang Pariaman.
Baca SelengkapnyaMakam para ulama ini terletak di pemakaman umum desa.
Baca Selengkapnya