Perjalanan Karier Muhadjir Effendy: Dari Penasihat Khusus Presiden hingga Guru Besar Universitas Neger Malang
Muhadjir Effendy menempuh perjalanan karier panjang dari honorer hingga Guru Besar di UM, menghadapi berbagai tantangan di setiap tahap.

Perjalanan karier Muhadjir Effendy menuju posisi Guru Besar di Universitas Negeri Malang (UM) merupakan sebuah kisah yang menginspirasi. Dari masa muda yang penuh tantangan hingga mencapai puncak karier akademis, perjalanan ini menunjukkan dedikasi dan komitmen yang tinggi.
Muhadjir memulai kariernya sebagai tenaga honorer di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), dan melalui berbagai tahapan, ia berhasil mencapai prestasi yang membanggakan.
Tahapan Awal & Karier Akademis
Muhadjir Effendy lahir dalam lingkungan yang mendukung pendidikan. Ia menyelesaikan pendidikan formal di beberapa institusi, termasuk IAIN Sunan Ampel, IKIP Malang, Universitas Gadjah Mada untuk gelar magister, dan Universitas Airlangga untuk gelar doktor.
Pengalaman ini membekalinya dengan pengetahuan yang luas dan keterampilan yang diperlukan untuk berkontribusi dalam dunia pendidikan. Setelah memulai karier sebagai tenaga honorer di UMM, Muhadjir dengan cepat naik pangkat menjadi dosen.
Tidak hanya itu, ia juga menjabat sebagai Pembantu Rektor III dan I di UMM. Dalam posisi ini, ia memperkenalkan berbagai inovasi yang berkontribusi pada pengembangan pendidikan di institusi tersebut. Keberhasilannya di UMM menjadi batu loncatan yang membawanya ke tingkat nasional.
Rektor UMM dan Pengakuan Akademis
Selama tiga periode menjabat sebagai Rektor UMM, Muhadjir Effendy berhasil memperkenalkan berbagai program inovatif. Ia berfokus pada peningkatan kualitas pendidikan dan penelitian, yang menjadi fondasi penting bagi kariernya selanjutnya.
Pada tahun 2014, ia mendapatkan Surat Keputusan (SK) sebagai Guru Besar di bidang Ilmu Sosiologi Pendidikan Luar Sekolah di UM. Namun, perjalanan menuju pengukuhan sebagai Guru Besar tidaklah mudah. Pengukuhan yang seharusnya dilakukan segera terpaksa ditunda karena kesibukannya di pemerintahan.
Tantangan yang dihadapinya termasuk menyesuaikan riset dengan aturan linieritas bidang keilmuan yang membutuhkan waktu sekitar 4-5 tahun. Meskipun demikian, ia tetap konsisten menulis jurnal dan memenuhi persyaratan akademik yang diperlukan.
Karier di Pemerintahan
Pada tahun 2016, Muhadjir Effendy ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam posisi ini, ia menghadapi tantangan besar, termasuk penguatan pendidikan karakter, percepatan implementasi Kartu Indonesia Pintar (KIP), dan revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Salah satu kebijakan penting yang diperkenalkannya adalah Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi. Setelah menjabat sebagai Mendikbud, Muhadjir diangkat menjadi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan pada tahun 2019.
Tantangan semakin meluas, mencakup bidang kesehatan, kesejahteraan sosial, dan pengurangan angka stunting. Ia berhasil menurunkan angka stunting dari 30,8% pada tahun 2018 menjadi 21,5% pada tahun 2023, sekaligus meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia.
Pengukuhan Guru Besar dan Tantangan Umum
Setelah penundaan lebih dari 10 tahun, pengukuhan Muhadjir Effendy sebagai Guru Besar di UM akhirnya terlaksana pada 13 Februari 2025. Dalam pidato pengukuhannya, ia menekankan pentingnya pendidikan sebagai pilar pembangunan manusia menuju Indonesia Emas 2045.
Ia juga mengusulkan tradisi baru dalam pengukuhan guru besar, yaitu pidato yang lebih menekankan pada refleksi kontribusi setelah menjadi profesor.
"Amanat ini memberikan keleluasaan bagi saya untuk berkontribusi lebih dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Alhamdulillah, saya bersyukur atas kepercayaan ini," ujar Muhadjir.
Sepanjang kariernya, Muhadjir menghadapi berbagai tantangan, termasuk menyesuaikan riset dengan aturan akademik, mengimplementasikan kebijakan pendidikan di tingkat nasional, serta membagi waktu antara karier akademik dan pemerintahan. Semua tantangan ini dihadapinya dengan tekad dan komitmen yang tinggi.