Muhammadiyah Bentuk Dua Perusahaan untuk Kelola Tambang, Gandeng Ahli hingga Dosen
Muhammadiyah membentuk dua perusahaan dalam pengelolaan tambang. Dua perusahaan itu akan menggandeng sejumlah ahli untuk mengelola tambang.
Muhammadiyah membentuk dua perusahaan dalam pengelolaan tambang. Dua perusahaan itu akan menggandeng sejumlah ahli untuk mengelola tambang.
"Ada dua company yang kita bentuk, yang pertama itu strategic company-nya, yang di situ nanti sebagai holding. Kemudian ada operating company," kata Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Muhadjir Effendy kepada wartawan, Kamis (12/9).
Dia menyebut, dua perusahaan ini diisi oleh para ahli dan akademisi dari Fakultas Pertambangan Universitas Muhammadiyah.
"Jadi yang nanti akan mengoperasikan. Mereka yang nanti akan menangani di lapangan dan kumpulan dari para ahli. Baik ahli yang ada dari Muhammadiyah sendiri. Terutama kita punya lima fakultas pertambangan. Dari 170 perguruan tinggi Muhammadiyah itu ada lima fakultas yang memang bergerak di fakultas pertambangan," ujarnya.
"Dan rata-rata dosennya memang sudah bekerja dengan perusahaan-perusahaan tambang," tambahnya.
Utamakan SDM Muhammadiyah
Kemudian, pihaknya juga menyebut ada 12 SMK jurusan tambang dan 12 SMK jurusan alat-alat berat yang telah dikumpulkan dan diinventarisir untuk pengelolaan tambang.
"Yang itulah yang nanti menjadi tulang punggung. Backbone untuk Muhammadiyah memutuskan menerima atau tidak nanti tawaran dari pemerintah untuk mengelola tambang itu," sebutnya.
Dia memastikan, pengelolaan tambang ini akan lebih mengutamakan dari warga Muhammadiyah terlebih dahulu. "Kita utamakan dulu dari dalam. Kita utamakan dari dalam. Di samping itu juga sudah ada beberapa warga Muhammadiyah, dari universitas ya, yang juga sudah bergerak sebagai pelaku dari pertambangan ini," ucapnya.
Muhadjir menambahkan, Muhammadiyah belum menentukan lokasi tambang yang akan digarap. Muhammadiyah sedang memetakan dan mengajukan ke pemerintah bila sudah mendapatkan lokasi.
"Kelayakan dan kemampuan dari Muhammadiyah untuk melakukan. Kalau nanti kita mampu dan itu layak, ya kita akan terus. Kalau tidak ya kita harus mengaku jujur bahwa Muhammadiyah tidak sanggup, ya kita akan menyatakan tidak sanggup," pungkasnya.