Polisi: Ibu Pembunuh Anak di Bekasi Marah-Marah ke Semua Orang saat Diperiksa, Cenderung Agresif
Ibu pembunuh bocah lima tahun AAMS, SNF (26) di Bekasi menjalani pemeriksaan psikologi di RS Polri Kramat Jati dua hari lalu.
Dokter psikiater akhirnya memberikan obat penenang terhadap pelaku agar tidak membahayakan. Sebab, pelaku meluapkan emosinya kepada semua orang.
Polisi: Ibu Pembunuh Anak di Bekasi Marah-Marah ke Semua Orang saat Diperiksa, Cenderung Agresif
Ibu pembunuh bocah lima tahun AAMS, SNF (26) di Bekasi menjalani pemeriksaan psikologi di RS Polri Kramat Jati dua hari lalu. Pelaku cenderung emosional saat diperiksa oleh psikiater.
"Emosi kejiwaan masih labil, marah marah kepada semua orang, kecenderungan agresivitas menonjol," ungkap Karumkit RS Polri Kramatjati, Brigjen Hariyanto saat dihubungi, Selasa (12/3).
merdeka.com
Hariyanto menyebut dokter psikiater akhirnya memberikan obat penenang terhadap pelaku agar tidak membahayakan. Sebab, pelaku meluapkan emosinya kepada semua orang.
"Oleh psikiater diberikan obat, yang tidak mengganggu hasil pemeriksasn visum, obat-obat yang diberikan supaya tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain," jelasnya.
Hasil pemeriksaan kejiwaan pelaku, masih belum dapat dibeberkan. Hal itu lantaran pihak rumah sakit memiliki waktu selama dua pekan untuk mengumumkan hasil pemeriksaan.
"Selama 2 minggu oleh psikiatri dilakukan observasi dan pemeriksaan kejiwaannya yang didapat selama observasi, nanti dikumpulkan sebagai dasar pembuatan visum psikiatrikum,"
tutur Jenderal bintang satu itu.
merdeka.com
Sebelumnya, Kasat Reskrim Polres Metro Bekasi, AKBP Muhammad Firdaus menyebut pelaku pembunuhan bocah lima tahun jalani pemeriksaan di RS Polri Kramat Jati lantaran pelaku kerap menyiksa dirinya selama di rumah sakit.
"Pelaku dibawa ke IGD RS Bhayangkara Kramat Jati dikarenakan tersangka membenturkan kepalanya ke dinding sel ruangan tahanan," kata Firdaus.
Pelaku Idap Skizofrenia
Firdaus menyebut selama SNF dilakukan penahanan, ia ditempatkan di seluruh yang terpisah dari para tahanan perempuan lainnya.
Hal itu juga sehubungan dengan psikologi pelaku terindikasi mengalami skizofrenia berdasarkan pemeriksaan.
"Dia kan sendiri di sel tahanan, diasingkan dari tahanan perempuan lainnya. Pada saat dia di dalam sel tahanan dia membenturkan kepalanya berulang kali ke dinding ruangan sel tahanan tersebut, ada memar di kepala," ujar Firdaus.
"Karena dia mengidap terindikasi gejala skizofrenia. Takutnya melukai, dia ada delusi halusinasi," sambungnya.