Pusat Pencegahan Polusi Plastik Pertama di Indonesia Diluncurkan di Banyuwangi
Merdeka.com - Upaya penanganan dan pengelolaan sampah di Banyuwangi terus mendapat dukungan dari berbagai pihak. Yang terbaru, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) berkolaborasi dengan the Partnership for Plastics in Indonesian Society (PISCES) meluncurkan pusat pencegahan polusi plastik (Living Lab) yang pertama di Banyuwangi, Jawa Timur.
Living Lab ini diinisiasi Menko Marves, Luhut B. Pandjaitan bersama para peneliti yang tergabung dalam program PISCES yang diawaki oleh Profesor Susan Jobling dari Brunel University London.
Peresmian fasilitas PISCES Banyuwangi Living Lab yang berlokasi di Desa Pancoran, Kec. Rogojampi ini dihadiri oleh Asisten Deputi Pengelolaan Sampah dan Limbah, Kemenko Marves, Rofi Alhanif, Tim PISCES, dan Plt Kepala Dinas Lingkungan Kabupaten Banyuwangi Dwi Handayani.
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian ini? Dalam penelitian ini, para ilmuwan dari East China Normal University merekrut 76 pria berusia 18 hingga 34 tahun yang memiliki pasangan wanita tetap dan melakukan hubungan seksual setidaknya sekali seminggu.
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian? Studi ini, yang melibatkan sekitar 1,5 juta orang dewasa dari berbagai negara termasuk Amerika Serikat, Inggris, Kanada, dan Norwegia, dilakukan selama periode 15 tahun oleh tim peneliti dari Universitas Toronto.
Saat meresmikannya pada 24 Mei 2023 lalu, Asdep Rofi Alhanif menjelaskan Living Lab ini merupakan ruang yang terbuka bagi para peneliti, pemerintah, swasta, masyarakat dan para inovator untuk berkolaborasi dalam menggodok berbagai inisiatif dan inovasi terkait sampah plastik. Bagaimana mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, pengelolaan plastik dalam siklus penuh plastik, serta bagaimana menyusun sistem pengelolaan limbah untuk merancang rantai solusi kemitraan antara pemerintah, bisnis, dan industri.
Pusat Pencegahan Polusi Plastik Pertama di Indonesia Diluncurkan di Banyuwangi©2023 Merdeka.com"Ini merupakan inovasi yang relatif baru di Indonesia, kita berharap ini sustain atau berkelanjutan. Kami mengundang akademisi, pelaku industri, komunitas, serta masyarakat hadir kemari untuk belajar bersama, dan menyusun konsep aksi nyata guna mencari solusi terkait sampah plastik khususnya," ujar Rofi.
Program PISCES (www.piscespartnership.org) merupakan kemitraan kolaboratif dan inklusif yang mempertemukan peneliti akademis dengan bisnis, industri, pemerintah, LSM, dan masyarakat sipil untuk memahami serta mengelola risiko polusi plastik.
Direktur kemitraan PISCES, Prof. Susan Jobling mendeskripsikan PISCES Living Lab Banyuwangi sebagai pusat inovasi berbasis lokasi di mana solusi inovatif diujicobakan dan dipantau secara nyata, sehingga ada keselarasan antara teori dari peneliti dan praktik lapangan.
"Apabila ini berjalan dengan baik, akan mendorong perubahan dalam mengatasi polusi plastik di sumbernya, melindungi ekosistem laut dan air tawar, meningkatkan perikanan dan pariwisata serta memperkuat ekonomi lokal, serta akan mengubah tata kelola hidup bersih dan sehat," jelasnya.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menyambut positif hadirnya Living Lab di Banyuwangi. Menurutnya, program ini akan membantu mengakselerasi upaya penanganan sampah di Banyuwangi.
"Terima kasih kepada pemerintah pusat yang terus memberikan dukungan untuk pengelolaan persampahan di Banyuwangi. Hadirnya Living Lab beserta tim peneliti makin mengoptimalkan langkah-langkah penanganan sampah plastik yang sudah kita lakukan selama ini," kata Ipuk.
Selama ini, Banyuwangi juga telah melaksanakan beragam program pengelolaan sampah secara kolaborasi bersama banyak pihak. Salah satunya, lewat project STOP (Stop Ocean Plastics) yang membantu pengelolaan sampah laut di perairan muncar. Program kolaborasi bersama PT Systemiq Lestari Indonesia ini kini diperluas skalanya dengan mendirikan pusat daur ulang sampah di Kecamatan Songgon yang menjangkau 5 kecamatan lain di sekitarnya.
Banyuwangi juga bersinergi dengan NGO Sungai Watch melakukan pembersihan sampah di sungai. Selain itu, sinergi juga dijalin bersama asosiasi pengelolaan sampah dari Norwegia, Clean Ocean Through Clean Communities (CLOCC), menyiapkan masterplan pengelolaan sampah. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menteri Luhut Binsar Pandjaitan ditunjuk Presiden Jokowi untuk membentuk dan memimpin satuan tugas (satgas) polusi udara di Jabodetabek.
Baca SelengkapnyaPLTU Batang merupakan proyek dengan pola Kerjasama Pemerintah Swasta skala besar pertama dengan nilai investasi lebih dari USD 4 miliar.
Baca SelengkapnyaKemenko Marves menggelar lokakarya nasional Dekarbonisasi Sektor Persampahan di Banyuwangi.
Baca SelengkapnyaProgram ini kerjasama pemkab dengan Pusat Pencegahan Polusi Plastik Kemenko Marves.
Baca SelengkapnyaSebelum di Kota Pekanbaru, PTT PP juga telah membangun SPALDT di Palembang dan Makassar.
Baca SelengkapnyaPCBs terbukti menyebabkan berbagai jenis kanker, kerusakan syaraf hingga gangguan sistem pencernaan.
Baca Selengkapnya"Ini yang pertama kalinya dalam 9 tahun saya meresmikan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik yang terpusat," kata Jokowi
Baca SelengkapnyaMayjen Kunto mengingatkan, jika laut dibiarkan tercemar dan ekosistemnya rusak, maka potensi yang terkandung di dalamnya terganggu.
Baca SelengkapnyaPrabowo datang ke Gunungkidul dengan memakai helikopter dan mendarat di Lapangan Banyusoco
Baca SelengkapnyaBanyuwangi juga ada program CLOCC (Clean Ocean through Clean Communities) yang juga didukung pemerintah Norwegia.
Baca SelengkapnyaSusi terlihat bersemangat mengikuti Pawai Bebas Plastik. Ia juga membentangkan poster-poster menggegerkan.
Baca SelengkapnyaBerikut potret Jenderal Maruli gagah kendarai motor bak terbuka saat bertugas.
Baca Selengkapnya