Rayakan Hari Lahir Perempuan Pertama Pemimpin Armada Laut, Keana Films Gelar Teatrikal Jalasena Laksamana Malahayati
Keana Films dengan mengadakan Private Screening Teater "Jalasena Laksamana Malahayati" di Kineforum, Taman Ismail Marzuki Jakarta.
Penetapan hari kelahiran pejuang wanita asal Aceh, Keumalahayati atau Laksamana Malahayati sebagai Hari Perayaan Internasional, dirayakan Keana Films dengan mengadakan Private Screening Teater "Jalasena Laksamana Malahayati" di Kineforum, Taman Ismail Marzuki Jakarta.
Rayakan Hari Lahir Perempuan Pertama Pemimpin Armada Laut, Keana Films Gelar Teatrikal Jalasena Laksamana Malahayati
Pertunjukan teater "Jalasena Laksamana Malahayati" mengangkat sosok Malahayati sebagai panglima armada laut perempuan pertama di dunia dari Kesultanan Aceh Darussalam pada abad 16. Sosoknya menjadi inspirasi dalam membangun kekuatan maritim Indonesia, salah satu negara kepulauan terbesar di dunia.
Laksamana Keumalahayati lahir pada 1 Januari 1550 dan wafat 30 Juni 1615. Hari lahirnya ditetapkan sebagai Hari Internasional oleh UNESCO, Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Penetapan ini dibuat dalam Sidang Umum ke-42 PBB yang berlangsung di Paris, Prancis pada tahun 2023. Langkah ini juga didukung negara-negara lainnya, seperti Malaysia dan Turki.
Marcella Zalianty selaku Direktur Utama Keana Films menyampaikan, "Lebih dari sekadar pahlawan wanita, Malahayati adalah inspirasi bagi generasi penerus. Ia menunjukkan bahwa keberanian dan patriotisme tidak mengenal gender. Sebagai bangsa yang merdeka, kita harus bangga atas warisan sejarah yang gemilang ini."
"Laksamana Malahayati adalah pengingat bahwa semangat juang dan persatuan adalah kunci untuk mencapai kemerdekaan dan kedaulatan bangsa. Semangatnya yang pantang menyerah dan tekadnya yang kuat untuk melindungi bangsa patut kita teladani," lanjutnya.
Pertunjukan Teater Jalasena Laksamana Malahayati pertama kalinya diselenggarakan sebagai bagian dari perayaan HUT ke-78 Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) pada 10 September 2023.
TNI Angkatan Laut mengangkat sosok Malahayati menjadi inspirasi dalam membangun kekuatan maritim Indonesia.
Apalagi , Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia.
Lewat kisah hidup dan sejarah Laksamana Malahayati terdapat banyak hal bisa dipelajari TNI AL, di antaranya terkait penggunaan kekuatan berbasis maritim (sea power) dalam menjaga kedaulatan dan membangun perekonomian di samping pembangunan infrastruktur maritim, diplomasi maritim, dan kekuatan armada laut.
Keberanian Malahayati yang luar biasa di lautan dan memimpin 2 ribu pasukan Inong Balee melawan penjajah Portugis, menjadi bukti nyata kegigihan perempuan Indonesia dalam mempertahankan tanah air.
Semangat pantang menyerah yang telah ditunjukkan Laksamana Malahayati turut mengilhami TNI AL salah satunya membentuk Korps Wanita Angkatan Laut (Kowal) pada tahun 1963 silam. Bahkan sejak 2013, Akademi Angkatan Laut mulai menempa taruni agar kelak lahir lebih banyak lagi Laksamana Malahayati di era modern.
Dalam pertunjukan teater Jalasena Laksamana Malahayati ini, TNI AL menunjuk rumah produksi Keana Films serta menggandeng sejumlah nama besar di dunia seni pertunjukan.
Marcella Zalianty yang menginisasi cerita legenda Malahayati bertindak sebagai produser sekaligus pemeran utama Laksamana Malahayati, Arswendi Bening sebagai Sultan Aceh, Cut Mini yang memerankan sosok ibu Laksamana Malahayati, dan Teuku Rifnu Wikana sebagai suami Malahayati, serta Aulia Sarah yang memerankan Cut Limpah.
Pertunjukan disutradarai Iswandi Pratama dibantu Jay Soebijakto selaku penata artistik, dan Toro Arto sebagai pimpinan produksi. Selain itu, seniman Nya Ina Raseuki atau Ubiet juga terlibat sebagai pelantun lamen dan koreografer senior Hartati sebagai penata gerak. Penata musik dipercayakan kepada Indra Perkasa.
Di pementasan teatrikal Jalasena Laksamana Malahayati ini, selain adegan pertempuran kolosal yang menggambarkan prajurit Inong Balee dengan serdadu asing, juga ditampilkannya replika kapal perang ke atas panggung pertunjukan.
Replika kapal perang di panggung tersebut merupakan hasil riset Jay Soebiakto selaku Penata Artistik dan dihasilkan sebuah bentuk kapal terbuat dari rangka baja yang dapat dibongkar pasang (knock-down) berukuran tinggi 3,5 meter dan panjang 10 meter.
"Kapal ini sanggup menampung sampai 10 orang secara bersamaan di dalamnya. Sewaktu di panggung, nantinya kapal dapat didesain mampu membelah menjadi dua. Kapal menjadi arena pertempuran termasuk ada aksi melompat dari satu kapal ke kapal lainnya," ujar anak dari KSAL pertama, Laksamana Soebijakto yang memimpin TNI AL pada 1948.
Nama Malahayati disematkan TNI AL pada salah satu kapal perang yang masih beroperasi sampai hari ini.
KRI Malahayati 362 memperkuat Komando Armada III di Sorong, Papua Barat. Tak hanya itu, nama Malahayati juga dipakai untuk penamaan sejumlah ksatrian, gedung, dan jalan di Komplek TNI AL. Bahkan di Markas Besar TNI pun terdapat sarana dan prasarana yang diberi nama Malahayati.
Laksamana Malahayati merupakan simbol keberanian, patriotisme, dan semangat juang yang tak lekang oleh waktu.