Saksi Mata Ungkap Detik-detik Tsunami Menerjang Pantai Anyer
Merdeka.com - Ratusan orang meninggal dunia akibat tsunami yang menerjang Banten dan Lampung, pada Sabtu (22/12) malam. Data terbaru Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sampai pukul 07.00 WIB pagi ini, 281 orang meninggal dunia dan 1.016 luka-luka.
Salah seorang saksi yang nyaris menjadi korban bernama ibu Encoh menceritakan kejadian tersebut. Menurutnya, kejadian tersebut terjadi pada pukul 20.30 WIB, saat dirinya sedang santai di teras rumahnya, yang jaraknya lebih kurang 10 meter dari tepi pantai.
"Awalnya saya lagi duduk, saya lihat pertama tuh air itu segini (betis). Keduanya hampir sepinggang," ujarnya kepada merdeka.com, saat ditemui di Jalan Raya Karang Bolong, Senin (24/12).
-
Bagaimana tsunami itu terjadi? Pemicu awalnya terjadi ketika suhu yang menghangat menyebabkan lidah gletser yang menipis runtuh, demikian temuan para peneliti. Kondisi itu mengguncang lereng gunung yang curam, menyebabkan longsoran batu dan es menghantam Dickson Fjord di Greenland.
-
Dimana rumah itu ambruk? Viral di media sosial video yang memperlihatkan detik-detik rumah ambruk di Tuban, Jawa Timur.
-
Apa yang rusak akibat gempa Batang? Gempa itu menyebabkan kerusakan pada sejumlah bangunan.
-
Apa kerusakan akibat gempa di Bali? Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali mencatat kerusakan ringan dampak gempa berkekuatan 4.9 magnitudo di Kabupaten Gianyar. Getaran gempa sempat membuat penghuni hotel berhamburan meninggalkan gedung.'Kerusakan ringan, tembok retak dan genteng jatuh,' kata Kepala BPBD Made Rentin dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (7/9).
-
Bagaimana tsunami terjadi? Tsunami merupakan gelombang air laut besar yang dipicu oleh pusaran air di bawah laut akibat pergeseran lempeng bumi, erupsi gunung berapi bawah laut, hingga jatuhnya meteor ke laut.
-
Bagaimana angin kencang merusak rumah warga? 'Kebanyakan itu genteng mbak, jadi ada yang asbes. Kalau genteng sampai kabur kena putting beliung itu. Kalau korban Alhamdulillah tidak ada,' kata Heru Cahyono, Kepala Desa Watuagung, mengutip YouTube Liputan6 pada Jumat (12/1).
Namun, selang hampir 15 menit air datang lebih besar hingga ketinggian 8 meter.
"Pas ketiga, saya lihat itu (air) di tengah hampir 7 sampai 8 meter. Saya teriak 'tsunami-tsunami', warga pada lari. Saya lari ke gunung sama suami naik motor, warung saya tinggalin, saya aja nggak pakai sendal," jelasnya.
"Sore tuh saya sudah curiga, gunung Krakatau (anaknya) keluarin asap hitam pekat, malamnya itu percikan api kaya kembang api," sambungnya.
Atas kejadian itu, warung dan perabotan rumah tangganya hanyut dibawa arus tsunami Pantai Anyer.
"(Rumah) Lantai satu itu penuh sama air mas, barang-barang hanyut," pungkasnya.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Momen genangan banjir masuk rumah saat makan bersama ini viral, definisi 'floating dining' yang sebenarnya.
Baca SelengkapnyaDaratan hingga rumah penduduk terancam hilang akibat abrasi yang terus terjadi
Baca SelengkapnyaSejak 1990-an, kawasan Pantai Muara Beting tergerus abrasi.
Baca SelengkapnyaAN berusaha menyelamatkan istrinya, RZ (30) dan anaknya, FH, yang masih berusia lima tahun, agar tidak hanyut.
Baca SelengkapnyaAir laut yang terus meninggi diduga merupakan dampak dari pembangunan.
Baca SelengkapnyaGempa bumi yang terjadi ini juga menyebabkan warga harus berlarian ke luar dari bangunan rumah.
Baca SelengkapnyaTerjangan banjir bandang telah meluluhlantakkan rumah-rumah warga di Ganting, Pesisir Selatan, Sumatera Barat.
Baca SelengkapnyaRatusan bangunan yang terdiri kios dan rumah warga rusak akibat peristiwa tersebut.
Baca SelengkapnyaRumah yang roboh berada di Desa Sindangsari, Kecamatan Cimerak, Pangandaran.
Baca SelengkapnyaTanah longsor menimpa Pesantren At-Taqwiim di Karangasem menyebabkan seorang santri meninggal dunia dan dua lainnya luka-luka.
Baca SelengkapnyaWanita ini baru mendapatkan ijazah pada penghujung 2023 lalu.
Baca SelengkapnyaKorban meninggal merupakan pasangan suami-istri, bernama Ida Bagus Eka Widya Cipta (40) dan Ida Ayu Putu Mutiari (38).
Baca Selengkapnya