Dulunya Berjarak 1 Km dari Pantai, Desa di Pekalongan ini Kini Sudah Tenggelam oleh Air Laut
Air laut yang terus meninggi diduga merupakan dampak dari pembangunan.
Air laut yang terus meninggi diduga merupakan dampak dari pembangunan.
Dulunya Berjarak 1 Km dari Pantai, Desa di Pekalongan ini Kini Sudah Tenggelam oleh Air Laut
Ancaman tenggelamnya desa-desa yang berada di pesisir utara Pulau Jawa bukan omong kosong belaka. Buktinya, sudah ada beberapa desa yang tenggelam karena sebab tersebut. Salah satunya terlihat di Kampung Semonet, Kabupaten Pekalongan.
Melalui video yang diunggah pada Minggu (7/7) pemilik kanal YouTube Vista Holic berkesempatan mengunjungi kampung itu. Kini kampung itu telah tenggelam. Namun ada beberapa rumah yang konon masih ditinggali pemiliknya.
-
Di mana desa yang terancam tenggelam? Desa Cemarajaya pesisir ini terancam tenggelam imbas dari abrasi.
-
Kapan Kampung Teko mulai tenggelam? Namun setelah tahun 1988 sampai 1990-an akhir, jika dilanda banjir kampung itu tidak langsung surut hingga berbulan-bulan.
-
Apa dampak dari kekeringan di Jawa Tengah? Dampak musim kemarau yang perkepanjangan ini memukul ratusan jiwa warga Desa Garangan, Kecamatan Wonosamudro, Kabupaten Boyolali. Dalam dua bulan terakhir, mereka kesulitan air bersih.
-
Apa yang menyebabkan kampung di Jakarta Barat ini tenggelam? Ditambahkan Ji’I, jika salah satu pemicu daerah tersebut tergenang adalah masifnya pembangunan yang tidak memperhatikan kondisi lingkungan. Diceritakan jika tahun 1988 sebuah kompleks pergudangan dibangun hingga mengorban resapan air. Akibatnya air saat hujan jatuh dan menggenangi kampung tersebut sehingga terkumpul.
-
Mengapa Desa Cemara terancam tenggelam? Desa Cemarajaya pesisir ini terancam tenggelam imbas dari abrasi.
-
Kenapa Desa Kawar tenggelam? Merasa dirinya dianggap layaknya binatang, sang nenek menyumpahi mereka karena telah durhaka terhadapnya. Sontak, langit di Desa Kawar seketika mendung, kemudian terjadi hujan lebat dan dilanda gempa bumi.
Satu-satunya akses menuju Kampung Semonet adalah dengan menyusuri tepi pantai. Untuk mencapai pantai itu, pemilik kanal YouTube Vista Holic melintasi rute berpasir di tengah sinar matahari yang terik.
Tak ada pilihan lain. Kalau sore hari, jalanan itu tak bisa dilewati karena pasangnya air laut. Petunjuk Google Map pun tiada artinya lagi kalau mau menuju ke sini.
Jarak satu rumah ke rumah lainnya di Kampung Simonet jauh-jauh. Tampak sebuah rumah yang ditemui Vista Holic sudah dikelilingi air. Tak ada akses jalan atau gundukan tanah untuk bisa mengakses rumah itu.
Tak hanya satu, ada rumah lain yang rupanya sudah dikelilingi air. Sama sekali tak ada akses jalan untuk menuju ke rumah itu. Satu-satunya cara agar bisa sampai ke rumah itu adalah dengan menggunakan perahu.
Di tengah penjelajahan itu, Vista Holic bertemu Pak Rasjoyo. Ia merupakan salah seorang warga yang tinggal di kampung mati Semonet. Sehari-hari, ia mencari nafkah dengan berdagang hasil tangkapan laut.
“Aslinya saya ini petani. Tapi karena tambaknya ikut tenggelam karena rob, sekarang saya berdagang kepiting,” kata Pak Rasjoyo.
Walaupun rumahnya terdampak rob, namun Pak Rasjoyo belum mengungsi. Selain Pak Rasjoyo, masih ada beberapa penduduk yang setia menempati rumah mereka di tengah kondisi sulit yang mereka alami.
Padahal di Kampung Semonet banyak rumah yang sudah hancur berkeping-keping. Satu kawasan pemukiman tampak seperti sebuah pulau kecil karena sudah terkepung air laut.
Selain Pak Rasjoyo, Vista Holic bertemu warga kampung lainnya, Pak Suroso. Pak Suroso bercerita dulunya jarak rumahnya dengan bibir pantai mencapai 1 km. sejak tahun 1999, terjadi abrasi di kampung tersebut.
“Ini ada dampak dari pembangunan di kawasan Ujung Muara. Jadi ombak yang dulunya landai dan stabil, dengan ada pembangunan itu ombak jadi berputar ke arah sini. Lama-lama kan akan menggerus pantai. Kalau sehari berapa milimeter, setahun sudah berapa meter?” ungkap Pak Suroso.
Pak Suroso sudah tinggal di Kampung Semonet sejak tahun 1965. Setahun belakangan, ia tinggal di sebuah bangunan tidak permanen yang ia dirikan di tepi pantai.
Bangunan itu ia dirikan sebagai buntut rumahnya yang kini telah tenggelam dan tak bisa ditempati lagi.