Sempat diintai Kodim, film buatan siswa Purbalingga masuk AFI
Merdeka.com - Film pelajar Purbalingga yang mengangkat peristiwa 1965 berhasil masuk dalam nominasi Apresiasi Film Indonesia (AFI) 2016 yang diselenggarakan Pusat Pengembangan Perfilman, Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Badan Perfilman Indonesia.
Film berjudul 'Kami Hanya Menjalankan Perintah, Jenderal!' karya pelajar SMA Rembang, Ilman Nafai masuk dalam nominasi Apresiasi Film Dokumenter Pelajar/Mahasiswa (AFI) 2016. Film berdurasi 12 menit ini bakal bersaing dengan empat film lain karya pelajar dan mahasiswa untuk menjadi yang terbaik dalam nominasi tersebut.
Ilman mengapresiasi masuknya nominasi film dokumenter yang mengangkat kisah bekas anggota pasukan Cakrabirawa yang mengawal Presiden Soekarno.
-
Apa film pertama di Indonesia? Film dokumenter perjalanan Raja dan Ratu Belanda di Den Haag adalah film yang pertama kali diputar.
-
Kapan film pertama diputar di Indonesia? Di tahun ini, film pertama kalinya diputar di Indonesia, tepatnya di Batavia.
-
Siapa sutradara film pertama di Indonesia? Saat itulah ia resmi menjadi sutradara film pertama di Indonesia.
-
Apa judul film Indah Permatasari? Film horor terbaru Indah berjudul Sakaratul Maut, penasaran dengan aktingnya? Wajib banget nonton di bioskop!
-
Dimana mereka mempromosikan filmnya? Pemain-pemain film 'Galaksi', yaitu Bryan Domani, Mawar Eva de Jongh, dan Fadli Faisal, mengunjungi kantor KLY di Jakarta Pusat pada hari Selasa (8/8/2023).
-
Kenapa film Indonesia menurun di tahun 60an? Hal itu diakibatkan oleh perang dingin yang berlangsung antara Amerika Serikat dan Uni Sovyet.
"Ini adalah suatu kebanggaan tersendiri bagi saya. Dengan masuknya film ini dalam nominasi di AFI 2016, diharapkan bisa mengajak teman-teman pelajar lainnya agar tidak takut untuk berkarya dan membongkar sejarah," katanya saat dihubungi, Jumat (7/10).
Ilman mengemukakan dalam proses pembuatan film dalam komunitas Gerilya Pak Dirman Film, sempat mendapat sejumlah hambatan selama masa pembuatan bahkan hingga pemutaran film. Diakuinya, film yang diproduksi dengan modal sendiri tersebut mengalami beberapa kesulitan untuk membuka sejarah yang selama ini tabu diungkap dalam masyarakat Indonesia.
"(Pada awalnya) banyak narasumber yang kurang terbuka untuk menceritakan sejarah yang dialaminya. Bahkan, sempat membuat keluarga panik gegara tahu kalau aku diintai sama Kodim," ujarnya.
Bahkan, tak sampai disitu, pemutaran perdana yang dilakukan saat Festival Film Purbalingga (FFP) 2016 beberapa waktu silam nyaris dihentikan. Bahkan sehari setelahnya, jelas Ilman, film fiksi dengan tema yang sama, berjudul 'Ijinkan Saya Menikahinya' garapan Raeza Raenaldy Sutrimo yang juga masuk dalam nominasi film pendek pelajar dalam ajang AFI 2016, sepi penonton.
"â â â Sempat (diputar) pas di Pendapa Wakil Bupati (Purbalingga), tapi itu film yang fiksinya (Ijinkan Saya Menikahinya). Namun, acaranya sangat sepi karena ketua RT setempat mendapat pesan dari pihak Kodim, bahwa akan ada pemutaran film PKI," ucapnya.
Beredarnya pesan tersebut, membuat Ilman dan Raeza, tidak lantas jera. Film tersebut pun akhirnya ditayangkan beberapa program film pendek di kota-kota lain. Selain film tersebut, satu film fiksi karya pelajar Banyumas, berjudul 'Kenthongan' yang digarap Wely Alfian akan bersaing dalam nominasi film pendek pelajar. Tak hanya itu, satu komunitas dari Eks-Karesidenan Banyumas juga masuk dalam nominasi apresiasi komunitas dalam ajang AFI 2016, yakni Komunitas Godong Gedang Banjarnegara.
Pegiat Jaringan Kerja Film Banyumas (JKFB), Bowo Leksono mengemukakan apresiasi tersebut diharapkan bisa menjadi motivasi bagi pelajar dan komunitas di Eks-Karesidenan Banyumas untuk menyuarakan suara masyarakat yang selama ini tidak tersampaikan secara luas.
"Sudah saatnya, semua suara yang belum tersampaikan bisa disuarakan dalam media film. Ini juga membuktikan karya selalu bisa dihadirkan dalam berbagai tema yang dekat dengan keseharian sosial masyarakat," ucapnya.
(mdk/tyo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Keputusan ini diambil oleh Komite Seleksi Oscar Indonesia yang terdiri sembilan insan perfilman.
Baca SelengkapnyaKesempatan ini menjadi ajang yang tidak boleh dilewatkan oleh sineas-sineas dari berbagai wilayah di Kalimantan.
Baca SelengkapnyaPara sineas bisa mendaftarkan karya film pendek kalian pada periode pendaftaran dari 2-12 September 2024.
Baca SelengkapnyaKompetisi itu diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Tinggi Malaysia dengan Universitas Sultan Zainal Abidin.
Baca SelengkapnyaFadli Zon dan Giring Ganesha mengadakan diskusi yang bertajuk Ngopi Pagi di Jakarta pada hari Senin, 4 November 2024.
Baca SelengkapnyaIni menegaskan posisi Indonesia sebagai pesaing yang kuat di pasar film global.
Baca SelengkapnyaSepanjang tahun 2024, Fesbul telah mengumpulkan lebih dari 150 submisi film.
Baca SelengkapnyaPara sineas muda Banyuwangi terus mengembangkan kreativitasnya. melalui ajang Banyuwangi Film Festival (BFF).
Baca SelengkapnyaFokus perhatian LSF pada tahun ini menekankan pada pentingnya isu literasi perfilman, khususnya tontonan yang diperuntukkan untuk anak-anak.
Baca SelengkapnyaSepanjang tahun 2024, Fesbul telah berhasil mengumpulkan lebih dari 150 submisi film dengan berbagai genre.
Baca SelengkapnyaPara kurator berkumpul untuk memilih karya-karya film pendek yang masuk dari Lokus 8. Banyak sekali karya yang masuk sampai kurator pun bingung untuk memilih.
Baca SelengkapnyaKerjasama ini ditandai dengan penyelenggaraan kelas intrasekolah Produksi Media.
Baca Selengkapnya