Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Sirin, kisah lurah China & indahnya toleransi di desa terpencil

Sirin, kisah lurah China & indahnya toleransi di desa terpencil lurah sirin. ©2014 Merdeka.com

Merdeka.com - Berbicara peran etnis Tionghoa, tampaknya tak hanya dirasakan di kota-kota besar. Pun ternyata di wilayah desa keberadaan peran etnis Tionghoa dirasakan penduduk desa dan semakin menguatkan rasa kebhinekaan yang mengakar.

Penegasan realitas tersebut terjadi di Desa Kedungwringin Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas. Desa yang selama ini dianggap terbelakang, ternyata mampu menerima dengan lapang perbedaan dalam hal etnis dan kesukuan.

Kenyataan ini ditunjukkan dengan diangkatnya Sirin (47) menjadi kepala desa tersebut. Jabatan yang diemban Sirin selama satu periode sejak 2007 hingga berakhir pada 2013 silam menjadikannya banyak belajar tentang kepemimpinan di desa yang didiaminya sejak kecil.

"Saya mendapat pengalaman berharga sebagai pemimpin meski hanya di desa. Walau sebenarnya saya tidak pernah bermimpi menjadi kepala desa," ujar Sirin yang kini menjadi ketua terpilih Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Banyumas.

Ia menceritakan, kisah keluarganya berada di wilayah pedesaan dimulai saat sang kakek kembali pulang ke negeri asal pada masa prakemerdekaan. Sang nenek kemudian merawat Ayah Sirin, namun tak lama berselang neneknya dipanggil Tuhan Yang mahakuasa.

"Sejak saat itu, ayah saya menjadi yatim piatu di masa pra kemerdekaan. Bayangkan saja, pada masa seperti itu jarang sekali orang yang berpikir untuk merawat ayah saya," ujarnya.

Namun, masyarakat Desa Kedungwringin saat itu memilih untuk merawat ayah Sirin dengan penuh cinta kasih. Sejak saat itu, baik Sirin dan keluarga besarnya merasa sebagai bagian yang tak terpisahkan dari warga dan mencintai desa tersebut.

"Saya merasa sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari desa ini. Sejak kecil hingga saat ini, saya tinggal disini dan aktif dalam kegiatan sosial di desa ini," jelas, suami Kaminah (40).

Sirin sejak lama dikenal warga sebagai orang yang aktif dalam kegiatan sosial di desa. Sejak muda, anak kedua dari 6 bersaudara ini, aktif dalam kegiatan di karang taruna desa. Kemudian, berbagai kegiatan sosial juga rajin diikutinya.

"Mungkin karena itu, saya kemudian dicalonkan menjadi kepala desa. Padahal, awal mulanya saya kaget banyak warga yang datang ke rumah. Ternyata, mereka meminta saya untuk menjadi kepala desa," jelasnya.

Desakan tersebut, menurut Sirin, sempat dipikirnya masak-masak. Akhirnya, ia memastikan diri untuk maju dalam pemilihan kepala desa di tahun 2007. Hasilnya pun membuatnya terkejut, ia berhasil meraih suara mutlak dari pesaingnya.

Selama ini, ia mengaku hanya memiliki modal sosial dengan berinteraksi bersama masyarakat sekitar. Terkadang, ia bercerita harus tidur di pematang sawah atau mendekatkan diri dengan makan bersama di pinggir jalan.

"Mungkin kalau bahasa sekarang blusukan seperti yang dilakukan Jokowi. Itu sudah biasa saya lakukan sejak lama, sehingga saya paham persoalan apa yang dihadapi masyarakat. Dan sebenarnya semakin banyak seorang pemimpin tahu persoalan masyarakatnya, maka semakin berat beban pemimpin tersebut," jelas Sirin.

Ia juga bercerita suatu ketika saat menjabat sebagai kades, pernah mendapatkan pesan singkat dari seorang pelajar yang menanyakan tentang soal pekerjaan rumah.

"Saya sempat mendapat sms dari seorang pelajar yang meminta saya untuk menjawab soal pekerjaan rumah. Tetapi saya tidak boleh kehabisan akal dong, saya kemudian mengontak guru yang saya kenal dan meminta jawabannya," jelasnya sambil tersenyum.

Selama memimpin desanya, Sirin mengakui tidak pernah mendapat kendala besar karena perbedaan suku yang melekat pada dirinya. Diakuinya, masyarakat di Desa Kedungwringin sangat toleran terhadap perbedaan yang ada. Dia mencontohkan, sebagai minoritas etnis Tionghoa, ia juga menjadi pengikut Muhammadiyah yang jumlahnya sangat kecil di desa tersebut.

"Disini rata-rata warga Nahdliyin dan saya dari Muhammadiyah. Toh, ternyata kami tidak pernah mempersoalkan masalah itu. Bahkan, kami saling memahami perbedaan tersebut," jelasnya.

Menurutnya, akan sangat naif jika banyak orang yang melecehkan perbedaan Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA). Ia mengungkapkan, perbedaan yang diberikan Tuhan seharusnya dimaknai mendalam sebagai keindahan.

"Jika orang sudah mampu memahami adanya perbedaan, kemungkinan besar pemaknaan terhadap ketuhanan sudah tinggi dan inilah yang dibutuhkan masyarakat sekarang," jelas pengagum Soekarno dan Mahatma Gandhi. (mdk/ian)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Belajar dari Syarif, Guru Ngaji Difabel di Lebak yang Semangat Berbagi Ilmu Agama di Tengah Keterbatasan
Belajar dari Syarif, Guru Ngaji Difabel di Lebak yang Semangat Berbagi Ilmu Agama di Tengah Keterbatasan

Sosoknya benar-benar sabar menjalani kehidupan. Syarif pun tetap semangat mengajar ngaji anak-anak di kampungnya, meski kondisi tubuhnya kekurangan.

Baca Selengkapnya
Bikin Iri Semua Anak Rantau, Begini Potret Kampung Adat Sejuk dan Adem Terasa Hidup Tanpa Beban
Bikin Iri Semua Anak Rantau, Begini Potret Kampung Adat Sejuk dan Adem Terasa Hidup Tanpa Beban

Seorang Youtuber membagikan momen ketika dirinya mengunjungi salah satu kampung yang amat menyita perhatian publik, khususnya anak rantau.

Baca Selengkapnya
Cerita Haru Seorang Yatim Piatu Punya Banyak Tetangga Baik Hati & Perhatian, 'Aku Bisa Survive Sampai Sekarang'
Cerita Haru Seorang Yatim Piatu Punya Banyak Tetangga Baik Hati & Perhatian, 'Aku Bisa Survive Sampai Sekarang'

Berikut cerita haru seorang yatim piatu yang punya banyak tetangga baik hati dan perhatian.

Baca Selengkapnya
Kenal Sejak Kecil, Kisah Persahabatan Dua Lansia di Panti Jompo Ini Curi Peratian
Kenal Sejak Kecil, Kisah Persahabatan Dua Lansia di Panti Jompo Ini Curi Peratian

Menua bersama orang terkasih tentu menjadi impian banyak manusia di bumi.

Baca Selengkapnya
Potret Rumah Kakak Tiri Syahrini yang Sederhana dan Tak Pernah  Tersorot, Ada Taman Mungil Tertata Apik
Potret Rumah Kakak Tiri Syahrini yang Sederhana dan Tak Pernah Tersorot, Ada Taman Mungil Tertata Apik

Siapa sangka, rumah kakak tiri Syahrini ternyata memiliki keindahan yang tak pernah tersorot.

Baca Selengkapnya
Nasib Pilu Kakak Beradik Tinggal Sebatang Kara Ditinggal Ortu, Hidup Berdua di Gubuk Tak Layak Huni
Nasib Pilu Kakak Beradik Tinggal Sebatang Kara Ditinggal Ortu, Hidup Berdua di Gubuk Tak Layak Huni

Dua kakak beradik itu pun bertahan hidup dengan memprihatinkan.

Baca Selengkapnya
Belajar Saling Toleransi dari Dusun Susuru Ciamis, Tetap Rukun di Tengah 4 Keyakinan Berbeda
Belajar Saling Toleransi dari Dusun Susuru Ciamis, Tetap Rukun di Tengah 4 Keyakinan Berbeda

Di sini warganya menjujung tinggi gotong royong dan saling mendukung peribadatan kelompok lain.

Baca Selengkapnya
'The Real Sahabat Sejati' Kisah Pilu Pria Ditinggal Ortu Meninggal & Hidup Sebatang Kara, Kini Dirangkul Tinggal di Rumah Sobatnya
'The Real Sahabat Sejati' Kisah Pilu Pria Ditinggal Ortu Meninggal & Hidup Sebatang Kara, Kini Dirangkul Tinggal di Rumah Sobatnya

Kisah persahabatan ini kian menyentuh hati para warganet. Seperti apa kisah selengkapnya?

Baca Selengkapnya
Harapan Semua Menantu, Perempuan Ini Bagikan Kisah Punya Mertua Satu Frekuensi
Harapan Semua Menantu, Perempuan Ini Bagikan Kisah Punya Mertua Satu Frekuensi

Setiap menantu perempuan tentu berharap bisa mendapatkan mertua yang baik.

Baca Selengkapnya
Yenny Wahid: Ganjar Mewarisi Semangat Gus Dur Mengayomi Kaum Terpinggirkan
Yenny Wahid: Ganjar Mewarisi Semangat Gus Dur Mengayomi Kaum Terpinggirkan

Yenny Wahid mengatakan ada kesamaan antara Gus Dur dengan Ganjar.

Baca Selengkapnya
Kampung di Banjarnegara Ini Konon Ditakuti Pejabat Negara, Begini Faktanya
Kampung di Banjarnegara Ini Konon Ditakuti Pejabat Negara, Begini Faktanya

Kampung ini punya mitos yang diduga ditakuti para pejabat. Kabarnya, tak ada pejabat yang berani datang ke kampung ini.

Baca Selengkapnya
Transformasi Luar Biasa! Ini Deretan  Potret Rumah Gilga Sahid di Madiun yang Kini Menjadi 'Desa' Keluarga
Transformasi Luar Biasa! Ini Deretan Potret Rumah Gilga Sahid di Madiun yang Kini Menjadi 'Desa' Keluarga

Simak potret transformasi rumah Gilga Sahid suami Happy Asmara di Madiun yang kini sudah jadi.

Baca Selengkapnya