Status Darurat Global Covid-19 Dicabut, Pakar: Bukan Berarti Pandemi Selesai
Merdeka.com - Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI sekaligus Guru Besar FKUI, Tjandra Yoga Aditama mengatakan, pandemi Covid-19 belum usai. Meskipun, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mencabut status Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) Covid-19.
Tjandra menjelaskan, pencabutan status PHEIC pada Jumat, 5 Mei lalu hanya menunjukkan kegawatdaruratan global Covid-19 sudah berhenti. Bukan pandemi Covid-19 yang berakhir.
“Pada pernyataan 5 Mei itu, WHO tidak secara eksplisit mengatakan pandemi sudah selesai,” kata Tjandra melalui pesan singkat, Rabu (10/5).
-
Mengapa Covid-19 menjadi pandemi global? Pandemi Covid-19 telah menjadi salah satu peristiwa paling berdampak di abad ke-21. Penyakit yang disebabkan oleh virus corona jenis baru ini telah menginfeksi lebih dari 200 juta orang dan menewaskan lebih dari 4 juta orang di seluruh dunia.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Kenapa Dharma Pongrekun menolak istilah COVID-19? 'Saya sangat memahami mengenai pandemi ini. Ini adalah agenda tersembunyi dari luar negeri untuk mengambil alih kedaulatan negara kita. Hal ini menunjukkan betapa lemahnya bangsa ini hingga harus mengikuti istilah yang ditetapkan, mengapa tidak menggunakan istilah Tofik, kenapa harus mengikuti COVID?,' ungkap Dharma.
-
Kapan Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Kapan gelombang puncak Covid-19 di Indonesia? Data Satgas Penanganan Covid-19 mencatat ada dua kali gelombang puncak yang menghantam Indonesia selama kurun 3 tahun terakhir ini.Gelombang pertama pada 15 Juli 2021 akibat varian Delta dengan rata-rata laporan positif harian 16.041 kasus, dan 16 Februari 2022 oleh varian Omicron sebanyak 18.138 kasus.
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara ini membandingkan pernyataan WHO saat pandemi Influenza H1N1 dengan Covid-19. Saat pandemi Influenza H1N1, WHO menyatakan dunia sudah masuk periode pasca pandemi.
“Artinya secara tegas WHO ketika itu menyatakan bahwa pandemi Influenza H1N1 sudah berhenti,” ujarnya.
Alasan Kenapa Pandemi Belum Berakhir
Menurut Tjandra, ada tiga alasan kenapa WHO tidak secara tegas mengatakan pandemi Covid-19 sudah selesai. Pertama, karena kriteria pasti untuk mengatakan pandemi mulai atau berhenti tidaklah terlalu mudah.
“Yang sudah ada adalah kriteria tentang kedaruratan kesehatan global,” kata Tjandra.
Kedua, kemungkinan pada bulan berikutnya WHO akan mengeluarkan pernyataan resmi bahwa pandemi Covid-19 sudah berakhir. Hal ini seperti dilakukan WHO pada pandemi sebelumnya.
Ketiga, walaupun situasi Covid-19 saat ini sudah terkendali tetapi masih ada beberapa faktor yang masih perlu diwaspadai, termasuk kemungkinan varian baru.
“WHO menyebutkan juga bahwa kewaspadaan masih diperlukan untuk mencegah penularan Covid-19 yang masih mungkin terjadi di masyarakat, artinya kita juga perlu tetap waspada walau kedaruratan global sudah usai,” tandas Tjandra.
(mdk/tin)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi meneken Perpres ini 4 Agustus 2023.
Baca SelengkapnyaMasyarakat diminta lakukan pola hidup bersih dan sehat
Baca SelengkapnyaInformasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca SelengkapnyaAhli epidemiologi molekuler membuat heboh dengan pernyataan muncul gelombang pandemi 2.0.
Baca SelengkapnyaDua kasus kematian baru dari pasien Covid-19 pada Desember 2023.
Baca SelengkapnyaPemerintah telah mengumumkan perubahan dalam mekanisme penjaminan pelayanankesehatan terkait Covid-19
Baca SelengkapnyaPeningkatan kasus Covid-19 terlihat di Depok, Jawa Barat, dan sejumlah wilayah lainnya.
Baca SelengkapnyaBeberapa waktu belakangan, kembali mencuat soal maraknya informasi terkait pencairan BSU 2023.
Baca SelengkapnyaKemenkes memperoleh beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19, salah satunya datang dari Kota Bandung.
Baca SelengkapnyaMohammad Syahril, melanjutkan, varian Covid Eris termasuk ke dalam kelompok varian XBB, yang merupakan 'anakan' atau turunannya varian Omicron.
Baca Selengkapnya