Suporter Sepak Bola Rasis Bakal Dilarang Masuk Stadion
PSSI mengecam aksi diskriminasi. Untuk itu, akan ada larangan bagi suporter yang melakukan diskriminasi dan anarkis.
Suporter Sepak Bola Rasis Bakal Dilarang Masuk Stadion
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir merespon soal kasus rasisme seputar laga Persija Jakarta Vs PSM Makassar. Sebab tiga pemain PSM mengalami bullying dan rasisme di media sosial. Dia mengantakan, pihaknya sangat kecewa dengan peristiwa tersebut. Seharusnya sesama anak bangsa Indonesia tidak saling mengejek.
"Itu saya sangat kecewa, kok bangsa kita yang menganut Pancasila, NKRI, saling meledek sesama bangsanya, warna kulit kita ada yang putih ada yang hitam agamanya ada yang Hindu, Budha, Muslim, Kristen Katolik, rambutnya ada yang lurus ada keriting ada yang botak ini satu bangsa, sepakbola ini untuk membangun nasionalisme."
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir
This is source 2
Erick meminta para suporter agar berhenti melakukan tindakan diskriminasi. Untuk itu, PSSI akan membuat pelatihan untuk para suporter agar tidak melakukannya lagi.
Erick bakal melarang suporter yang diketahui melakukan tindakan diskriminasi atau yang membawa flare atau petasan saat pertandingan sepakbola.
"(Yang bawa) flare dan (melalukan) diskriminasi pelan-pelan kita batasi masuk stadionnya. Nanti nyesel, tidak bisa masuk stadion. Kemarin (suporter ) yang (pertandingan) Argentina yang lari itu tidak boleh nonton tim nasional setahun," tegasnya.
aksi rasisme yang diterima tiga pemain PSM Makassar saat menghadapi Persija Jakarta di laga pertama Liga l 2023-2024. Duel antara kedua tim tersebut berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, Senin (3/7) malam.
Tiga pemain PSM Makassar menjadi korban bullying dan rasisme, adalah Yuran Fernandez, Yance Sayuri, dan Erwin Gutawa. Ketiga pemain tersebut telah setuju untuk melanjutkan kasus ini ke ranah hukum.
Bali Belum Pasti Jadi Tempat Piala Dunia U-17
Gubernur Bali, Wayan Koster siap memfasilitasi bila Pulau Dewata ditujuk jadi tempat pertandingan Piala Dunia U-17. Namun, Erick belum bisa menjanjikan. Erick menerangkan, yang perlu diketahui untuk panitia U-17 itu beda dengan panitia U-20. Jadi untuk pemilihan stadion harus diulang kembali. "Karena begini, panitia U-20 dan U-17 beda di FIFA, bukan orang yang sama jadi kita harus mengulang secara menyeluruh. Kita usulkan enam sampai delapan tentu ada (stadion) yang (diajukan saat) U-20," ujarnya.
Erick mengatakan, bahwa standarisasi FIFA dalam menentukan stadion itu lebih tinggi ketimbang standarisasi pertandingan internasional seperti Timnas Indonesia dan Argentina.
"Jadi itulah kita akan mendorong enam sampai delapan lapangan untuk U-17," tutupnya.