Erick Thohir Respons Ribut soal JIS: Nanti Kalau Batal, Nyesel, Salah-Salahan Lagi
Erick menegaskan, polemik stadion ini dibangun Rp 5 triliun dan renovasinya Rp 5 triliun dan menurutnya itu tidak benar.
JIS Dipilih untuk Gelaran Piala Dunia U-17
Erick Thohir Respons Ribut soal JIS: Nanti Kalau Batal, Nyesel, Salah-Salahan Lagi
Ketua Umum PSSI Erick Thohir bingung banyak yang meributkan terkait renovasi Jakarta International Stadium (JIS) agar bisa menjadi venue Piala Dunia U-17. Erick menyampaikan, renovasi JIS dilakukan agar standartnya seperti yang diinginkan FIFA, bukan yang diinginkan oleh PSSI.
"Ketika pada ribut JIS, saya agak bingung karena kita berniat baik supaya lapangan JIS bisa standar FIFA. Terus kalau ditanya ini sudah standar FIFA, yang menentukan siapa, orang PSSI saja tidak bisa menentukan. Yang menentukan ini standard FIFA iya FIFA,"
Erick Thohir
Saat Piala Dunia U-20, Erick mengingatkan, pihaknya mengusulkan banyak stadion atau lapangan sepakbola tetapi yang dipilih oleh FIFA hanya enam stadion dan setiap kota harus memiliki empat lapangan latihan.
"Waktu U-20 kita mengusulkan banyak lapangan yang dipilih cuma enam, itupun ditambah setiap kota harus punya empat lapangan latihan. Kalau liga perlu tidak lapangan latihan, tidak, orang latihannya di situ. Argentina perlu lapangan latihan, tidak perlu empat, tapi satu,"
Erick Thohir
"Nanti kalau batal, nyesel, salah-salahan lagi. Politik lagi, stop, yang menentukan standarisasi FIFA adalah FIFA. (Tapi) yang menentukan standarisasi internasional banyak pihak kalau pas main di sini, termasuk pembangunan,"
Erick Thohir
Erick optimis JIS bisa menjadi tempat pertandingan U-17 nantinya, tetapi kalau pintunya dibuka lebar. Tetapi kalau renovasi dipersulit dan dihambat, pihaknya tidak menjamin. "Kalau saya maunya optimis kalau pintunya dibuka lebar. Cuma nanti kalau renovasi dihambat dipersulit (iya gimana lagi)," kata Erick. Menurutnya, yang perlu diperhatikan di JIS adalah soal akses penonton karena mengingat tragedi di Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. "Iya kembali akses. Ingat perisitiwa Kanjuruhan, isunya apa, akses, karena sepakbola ini bukan nonton konser. Keluar senang, ada timnya seri (atau) kalah ngambek, itukan. Itulah, kenapa dua tahun kedepan transisi FIFA meminta Indonesia seluruh pertandingan di liga tidak ada suporter tamu. Adanya suporter tuan rumah," jelas Erick.
Sementara, soal akses di JIS itu cuma ada satu akses di tengah dan diputeri oleh pagar. Kalau terjadi keributan itu bisa berbahaya. "Kan aksesnya sekarang cuman di tengah itu satu. Nah terus diputeri oleh pagar. Kebayang tidak kalau di dalam pager itu ada keributan atau di depan (pintu) terjadi sesuatu. Kan tidak bisa keluar, artinya musti ada dipecah, nah itulah kenapa perlu dipecahkan jadi empat (akses)," jelas Erick. "Jadi saya tidak berbohong, ini Pak Erick orang pintunya banyak katanya dibilang satu. Loh itu pintu masuknya banyak di stadion, saya ini pernah di Inter Milan jadi tahu stadion. Pernah bangun stadion juga," tutur Erick.
Selain itu, di sana juga ada keterbatasan akses parkir dari 82 ribu kapasitas parkir yang tersedia baru 1.300 kapasitas parkir dan saat konser band Dewa 19 banyak penonton yang parkir di Ancol.
"Di situ ada keterbatasan parkir, 82 ribu kapasitas parkir yang hari ini (ada ) 1.300. Kemarin, waktu konser Dewa banyak yang parkir di Ancol (itu ada) kerja sama. Berarti kan ada potensi lahan parkir di Ancol yang besar tetapi kita perlu cari jalan keluar, apa, jembatan penyeberangan yang dari Ancol menuju sepakbola," ujarnya.
"Nah itu ada bolong lagi, supaya orang bisa lari ke sana kalau jalan. Lalu ada lagi, misalnya dibilang, tapi ini kendaraan umum. Lah, kalau kendaraan umum jalannya hanya muter di situ itu akan bahaya. Ingat tidak waktu Gelora Bung Karno itu kan aksesnya dibuka semua. Karena itu, salah satunya yang dibelakang itu kan ada tempat jalan yang bisa menuju jalan tol, itu juga mau disambungkan ke jalan tol, supaya bisa naik. Yang kereta api akses keempat ini yang perlu waktu, yah makannya dibangun sementara,"
Erick Thohir