Temuan Baru Mayat Sekeluarga di Kalideres, Merinding Bikin Bulu Kuduk Berdiri
Merdeka.com - Keping demi keping fakta kasus penemuan mayat sekeluarga di Kalideres, Jakarta Barat dikumpulkan polisi. Teranyar, fakta menyebut Margareth (68) satu dari mayat sekeluarga di Kalideres, sudah meninggal sejak bulan Mei 2022 lalu.
Yang bikin merinding, mayat Margareth tak langsung dikebumikan. Mayatnya tetap disemayamkan di dalam kamar rumah Kalideres, sementara anggota keluarga lain menganggap ia sedang tidur.
Saking belum terima kenyataan, Dian Febbyana, anak Margareth selalu menyisiri rambut ibunya dan memberi susu tiap hari.
-
Bagaimana Mayangsari diterima keluarga? Kehadiran Mayangsari telah lama diterima oleh keluarga Cendana. Meskipun beberapa belas tahun yang lalu menyebabkan kehebohan, kini Mayangsari sudah diterima dengan baik oleh keluarga dari almarhum Presiden Soeharto.
-
Apa yang ibu berikan kepada anaknya? Ibu telah memberikan banyak waktu, energi, dan kasih sayangnya untuk merawat, mendampingi, mendukung seorang anak.
-
Kenapa si anak nanya 'Ini siapa, Ma?' ke ibunya? Tapi yang bikin sedih, setelah selesai foto, si anak malah balik tanya, 'Ini siapa, Ma?'. Bener-benar ya si ibu :)
-
Kenapa orang tua menggunduli rambut bayi? Menggunduli rambut bayi memiliki manfaat lain yang lebih praktis. Salah satunya adalah mempermudah identifikasi iritasi, bisul, atau masalah kulit lainnya di kepala bayi.
-
Apa yang Maia bagikan? Belakangan ini, Maia Estianty nampaknya tengah menikmati momen nostalgia masa lalu. Dia sering membagikan foto-foto jadulnya di platform media sosial Instagram.
-
Apa yang dilakukan anak perempuan Ferry Maryadi? Momen hangat antara Ferry dan anaknya, Princy.
Hingga akhirnya Dian Febbyana juga ditemukan tewas di kediamannya, Perumahan Citra Garden, Kalideres, Jakarta Barat, beberapa hari lalu.
"Oh ibu saya belum meninggal ini disisir rambutnya rontok, setiap hari minum susu' tapi keluar sambil nangis. Foto fotonya ada, posisi dia sambil nangis," kata Dirkrimum Polda Metro Jaya, Kombes Hengki Haryadi menirukan ucapan Dian kepada salah satu saksi saat jumpa pers di kantornya, Senin (21/11).
Diketahui, mayat sekeluarga di Kalideres terdiri dari Rudyanto Gunawan, K Margaretha Gunawan, Budyanto Gunawan dan Dian Febbyana.
Keterangan itu didapat dari seorang pegawai koperasi yang sempat berkunjung ke TKP Kalideres. Saat penghuninya masih ada yang hidup.
Saksi mendatangi rumah korban pada Mei 2022 lalu. Sesampainya di rumah itu, saksi sempat curiga dengan bau menyengat. Oleh korban Budiyanto menyebut bau tersebut berasal dari got.
Saksi tidak terlalu banyak bertanya lagi. Dia kemudian ingin bertemu dengan korban Margareth yang namanya tertulis dalam sertifikat rumah. Saat bertemu Margareth, ada korban Dian. Dian adalah anak dari Margareth.
Dian meminta saksi tidak menghidupkan lampu di kamar yang ditiduri Margareth karena ibunya tidak bisa melihat cahaya. Merasa janggal, tanpa sepengetahuan Dian, korban menyalakan lampu ponselnya dan mengarahkan pada Margareth yang ternyata sudah menjadi mayat. Saksi berteriak Allahu Akbar kemudian bergegas keluar rumah.
Tetapi, sembari menangis Dian coba meyakinkan saksi pada saksi bahwa ibunya masih hidup. Dia pun sering memberikan susu dan menyisir rambutnya.
Sederet fakta lain Kalideres juga telah ditemukan polisi, di antaranya:
1. Temuan Kapur Barus dan Lilin di Meja Makan
Polisi menemukan lilin yang diletakkan di meja makan saat polisi kembali olah TKP, Jumat (11/11). Ketua RT setempat menduga lilin tersebut digunakan sebagai alternatif penerangan saat listrik hendak diputus PLN. Selain itu, dua barang yang berfungsi sebagai penghilang bau, yakni kapur barus dan sisa bedak bayi juga ditemukan dalam penyelidikan.
"Ditemukan ada beberapa bekas bedak bayi dan kapur barus, menurut dokter, itu untuk menghilangkan bau," ujar Kapolsek Kalideres, AKP Syafri Wasdar.
Dilihat dari tingkat kebusukan, Kapolres Metro Jakarta Barat, Pasma menduga keempat mayat ini sudah meninggal sejak tiga pekan sebelum ditemukan. Meski demikian, ada kemungkinan mereka tewas dalam rentang waktu yang berbeda. Hasil forensik juga menunjukkan tidak ada tanda-tanda kekerasan dalam keempat mayat tersebut.
Wali Kota Jakarta Barat, Yani Wahyu Purwoko menduga orang yang pertama meninggal ialah suami (71) yang kemudian ditaburi kapur barus oleh anggota lain, lalu disusul istri, ipar, dan yang terakhir anak.
2. Sempat Pinjam Uang Rp50 Juta
Salah satu tukang jamu langganan keluarga yang tewas di Kalideres mengaku pernah menerima pesan dari salah satu keluarga, yakni Dian (anak) untuk meminjam uang. Uang sebesar 50 juta yang ingin dipinjam itu disebut akan digunakan untuk operasi.
"Dia pernah WhatsApp ke saya minjam duit Rp50 juta buat operasi. Operasi untuk apa saya enggak tahu," kata R. Saat R menyarankan ke korban untuk meminjam uang, korban mengaku tidak memiliki barang yang dapat digunakan sebagai jaminan.
R juga kaget saat dua bulan lalu bertemu dengan Dian. Saat itu Dian terlihat berjalan kaki dan tampak lebih kurus. Sebelumnya, keluarga itu terkenal lebih sering mengendarai motor atau mobil dan sangat jarang berjalan kaki. Ia sama sekali tidak menyapa R. Padahal, sebelum berhenti langganan jamu saat Corona tahun 2020, korban digambarkan sebagai sosok yang tinggi, gemuk dan ramah. Korban juga tidak lagi mengenakan perhiasan yang biasanya dipakai.
3. Mobil Brio Dijual pada Januari 2022
Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes Pol Pasma Royce menemukan fakta baru bahwa mobil Brio dengan nopol B 2601 BRK milik ipar telah dijual 20 Januari 2022 bulan seharga Rp160 juta.
"Bahwa kendaraan tersebut telah dijual langsung oleh Budyanto Gunawan selaku pemiliknya," kata Pasma dalam keterangannya, Selasa (15/11).
Dalam penyelidikan itu, polisi juga menyita sejumlah buku tabungan diduga milik salah satu mayat sekeluarga di Kalideres, Jakarta Barat. Namun, di antaranya tidak ada atas nama Budyanto.
4. Polisi Temukan Gunungan Sampah
Polisi kembali menemukan barang bukti berupa gunungan sampah ketika melakukan olah TKP. Tumpukan sampah itu berada di belakang ruangan rumah. Mengingat kembali penuturan warga yang menyebut keluarga itu sangat tertutup, Hengki berasumsi bahwa gunungan sampah menunjukkan keluarga tersebut terindikasi mengisolasi diri.
“Artinya ini menunjukkan yang bersangkutan dengan tetangga dan lain sebagainya apakah sifatnya ini mengurung diri dan lain sebagainya," ujarnya Hengki.
Terbaru, Polda Metro Jaya menggandeng ahli entomologi atau ahli serangga untuk menyelidiki kapan tewasnya keluarga tersebut berdasarkan temuan belatung pada mayat.
"Dan ini bisa mengarahkan kapan dia (mayat sekeluarga di Kalideres) meninggal. Nah ini tim ahli," ujar Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Hengki Haryadi.
Selain itu, temuan-temuan dari metode penyelidikan digital forensik juga dinilai memberikan petunjuk yang sangat penting. Hengki menambahkan, hasil temuan dari metode induktif dan metode deduktif nantinya akan digabungan.
"Karenanya kita cari keidentikan dari masing-masing metode penyelidikan ini. Nanti akan kami jelaskan rinci setelah semua lengkap, tidak boleh satu-persatu," ujar dia.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Peristiwa ini memilukan ini terjadi di sebuah rumah yang ada di Jalan Raung RT 4, RW 3, Kelurahan Singotrunan, Banyuwangi.
Baca SelengkapnyaPetugas ekspedisi tidak melaporkan kepada satpam perumahan karena menduga aroma busuk itu bau bangkai binatang.
Baca SelengkapnyaWarga Kediri digemparkan penemuan mayat dua bocah di dalam rumah mereka.
Baca Selengkapnya"Ini sangat mirip dengan kejadian yang di Kalideres, oleh karenanya pola sama, ditemukan jenazah sudah rusak," kata Kombes Pol Hengki.
Baca SelengkapnyaTiap jengkal dari sudut rumah didokumentasikan dan akan ditelaah lebih dalam.
Baca SelengkapnyaPolda Metro Jaya melakukan olah TKP ulang dan melibatkan Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) untuk mengungkap misteri kematian ibu dan anak yang membusuk itu.
Baca SelengkapnyaPolisi menemukan bukti baru usai olah TKP ulang di Jalan Ciseuti, Desa Jalancagak, Kecamatan Jalancagak.
Baca SelengkapnyaKematian ibu dan anak tinggal tulang itu baru diketahui warga setempat setelah kurang lebih satu bulan.
Baca SelengkapnyaSelama ini ibu korban jarang bersosialisasi dengan masyarakat dan ada dugaan depresi.
Baca SelengkapnyaDiduga, sebelum dibuang ke saluran irigasi, bayi tersebut mendapatkan penyiksaan dari orang tuanya.
Baca SelengkapnyaTetangga mengaku sempat mendengar adanya benturan ke dinding dan guyuran air dari dalam kontrakan yang dihuni oleh pelaku.
Baca SelengkapnyaPenyebab kematian kedua korban masih diselidiki dengan autopsi dan olah TKP.
Baca Selengkapnya