Terombang-ambing Dua Hari karena Patah Kemudi, Kapal Nelayan Sulawesi Tenggara Terdampar dan Tenggelam di Kupang
Kapal nelayan pencari teripang asal Sulawesi Tenggara, terombang-ambing dua hari akibat patah kemudi di dekat perbatasan Indonesia-Australia.
Kapal nelayan pencari teripang asal Sulawesi Tenggara, terombang-ambing dua hari akibat patah kemudi di dekat perbatasan Indonesia-Australia.
Terombang-ambing Dua Hari karena Patah Kemudi, Kapal Nelayan Sulawesi Tenggara Terdampar dan Tenggelam di Kupang
Kapal itu akhirnya terdampar dan tenggelam di perairan Pantai Selatan Noni, Desa Pakubaun, Kecamatan Amarasi Timur, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kapolres Kupang AKBP Anak Agung Gde Anom Wirata menjelaskan, kapal pencari teripang berkapasitas 5 GT dengan tujuh awak itu terbawa arus dan angin kencang dari perairan Papela, Kabupaten Rote Ndao, hingga Pantai Selatan Noni.
Ketujuh awak kapal selamat dalam insiden itu. Mereka menyelamatkan diri masing-masing dengan cara berenang menuju pesisir pantai Noni.
"Semuanya dalam keadaan selamat karena mereka berenang ke tepi pantai," jelas Anak Agung Gde Anom Wirata, Rabu (26/7).
Kapal Simpati awalnya berlayar dari Dermaga Baipapa, Desa Lengora Pantai, Kecamatan Kabaina Tengah, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara, menuju Kabupaten Rote Ndao pada Jumat (7/7) sekitar pukul 04.00 Wita. Kapal itu tiba di Papela, Kecamatan Rote Timur, Kabupaten Rote Ndao pada Senin (10/7) sekitar pukul 15.00 Wita. Selanjutnya pada Sabtu (15/7) sekitar pukul 05.00 Wita, kapal kembali berlayar menuju perairan perbatasan Indonesia-Australia, tepatnya Pulau Pasir untuk mencari teripang dan tiba pada Senin (17/7) sekitar pukul 06.00 Wita. Pada Sabtu (22/7) malam, Kapal Simpati kembali berlayar ke Papela. Namun dalam perjalanan, kapal mengalami patah kemudi, mesinnya pun mati, sehingga terseret arus dan angin kencang. Dua hari kemudian pada Senin (24/7) sekitar pukul 16.00 Wita. Kapal kemudian terdampar dan tenggelam di perairan kawasan Desa Pakubaun, Kecamatan Amarasi Timur, Kabupaten Kupang. Seluruh awak kapal langsung berusaha menyelamatkan diri dengan cara berenang ke pesisir Pantai Manipon, Desa Pakubaun. Mereka meminta pertolongan kepada warga sekitar."Dua warga bernama Petrus Lodo dan Nice Nubatonis yang sedang menjala ikan langsung menolong mereka karena para awak berteriak meminta pertolongan."
Kapolres Kupang AKBP Anak Agung Gde Anom Wirata.
Warga kemudian melaporkan kejadian itu ke Polsek Amarasi Timur untuk dilakukan evakuasi. "Saat ini para awak kapal sudah berada di Mapolsek Amarasi Timur sambil menunggu kepastian kembali ke kampung halaman mereka," ujarnya.
Anak Agung Gde Anom Wirata memastikan kondisi para awak kapal dipastikan aman. Penanganan lebih lanjut dikoordinasikan dengan pemerintah kabupaten.
"Kami sudah sampaikan ke BPBD Kabupaten Kupang dan Puskesmas Pakubaun guna penanganan terhadap para korban," tutupnya.
Berikut identitas para korban: 1. Salam (45), pemilik kapal asal Desa Mapila, Kabaena Utara. Bombana, Sulawesi Tenggara. 2. Zulihdat (40) asal Desa Tondasi, Tiwora Utara, Muna Barat, Sulawesi Tenggara. 3. Sahrin (38) asal Desa Lengora Pantai, Kabaena Tengah, Bombana, Sulawesi Tenggara. 4. Fajrin (25), Desa Lora, Mataoleo, Bombana, Sulawesi Tenggara. 5. Sahban (23) 6. Pipin (23) 7. Tasrun Sahrul (33) asal Desa Lengura Pantai, Kabena Tengah, Bombana, Sulawesi Tenggara.