Varian Baru Arcturus dan Kraken, Epidemiolog: Kenaikan Kasus Covid jadi Alarm Waspada
Merdeka.com - Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Iwan Ariawan menyampaikan bahwa tren kenaikan angka kasus penularan COVID-19 harus dijadikan sebagai alarm untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat.
Dia mengatakan bahwa angka kasus penularan COVID-19 yang sebelumnya bisa ditekan sampai di bawah 1.000 per hari belakangan meningkat menjadi 2.000-an kasus per hari.
"Kondisi ini harus kita sikapi dengan kehati-hatian dan tidak menularkan atau tertular COVID-19," katanya di Jakarta, Jumat (5/5). Seperti dilansir dari Antara.
-
Kapan kasus Covid-19 meningkat? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Kenapa kasus Covid-19 naik? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Penyakit apa yang paling sering terjadi setelah lebaran? Umumnya, peradangan pada tenggorokan muncul karena konsumsi makanan yang terlalu panas, terlalu dingin, atau pedas. Gejala yang sering menyertai peradangan tenggorokan atau faringitis ini adalah sensasi terbakar dan rasa sakit saat menelan.
-
Kapan biasanya penyakit yang muncul setelah lebaran muncul? Meskipun memikat untuk dinikmati, menu-menu lebaran sebaiknya dinikmati dengan porsi yang terkendali demi mencegah timbulnya sejumlah masalah kesehatan yang mungkin muncul.
-
Masalah kesehatan apa yang sering muncul setelah lebaran? Dari gangguan pencernaan hingga peningkatan berat badan, efek dari perubahan pola makan dan gaya hidup selama Lebaran dapat dirasakan oleh banyak orang.
Menurut Iwan, peningkatan kasus COVID-19 yang belakangan terjadi antara lain dipengaruhi oleh munculnya subvarian baru virus corona penyebab COVID-19 seperti Arcturus dan Kraken.
Selain itu, peningkatan signifikan mobilitas dan interaksi masyarakat menjelang hingga setelah Lebaran juga meningkatkan risiko penularan COVID-19.
"Kami memang sudah memprediksi adanya kenaikan kasus kali ini, sebab adanya pergerakan masyarakat yang masif selama mudik dan Lebaran," kata Iwan.
Iwan, yang tergabung dalam Tim Serologi Survei Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, memperkirakan penularan COVID-19 di Indonesia bisa tetap terkendali karena mayoritas penduduk sudah punya antibodi SARS-CoV-2 hingga 98,5 persen berkat vaksinasi dan infeksi alami.
Dia juga menyampaikan bahwa tren peningkatan kasus COVID-19 yang terjadi sejak 29 April 2023, dengan angka kasus 2.074 dalam sehari, kemungkinan memuncak dan mencapai angka 5.000 kasus per hari dalam dua pekan.
Guna menekan risiko penularan, ia mengatakan, warga yang mengalami gejala COVID-19 dianjurkan segera memeriksakan diri ke dokter.
"Kalau ada yang memiliki gejala seperti flu, batuk, pilek, demam, segera periksa antigen, paling tidak kita tahu apakah COVID-19 atau bukan," katanya.
Orang muda yang terserang COVID-19 tetapi tanpa gejala, menurut dia, harus segera menjalani isolasi mandiri dan memberitahukan orang-orang yang melakukan kontak dengannya ke petugas kesehatan atau kerabat supaya mereka bisa diperiksa.
Warga lanjut usia yang terserang COVID-19, ia melanjutkan, dianjurkan segera mengakses pelayanan kesehatan.
Iwan tidak merekomendasikan penggunaan obat tanpa resep dokter pada pasien COVID-19, meskipun yang bersangkutan hanya mengalami gejala ringan serupa influenza.
"Kalau dia usia muda, gejala ringan atau tidak bergejala, kalau mau pakai obat sendiri dengan resep dokter untuk atasi gejala tidak masalah, kecuali asupan suplemen untuk menjaga stamina tubuh (boleh tanpa resep dokter)," katanya.
Dia juga menekankan pentingnya vaksinasi dan penerapan protokol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19.
"Kalau kita yang tidak punya dugaan sakit, kalau yang belum vaksin segera lengkapi sampai booster. Prokesnya juga tetap dilakukan dengan pakai masker dan cuci tangan," katanya.
Menurut data Kementerian Kesehatan, sebanyak 1.423 pasien COVID-19 dilaporkan meninggal di rumah sakit dalam kurun 1 hingga 3 Mei 2023.
"Kalau kami analisa siapa saja yang mengalami COVID-19 bergejala berat, bahkan meninggal, terutama adalah lansia," kata Iwan.
Pada kelompok orang dewasa, ia mengatakan, penderita COVID-19 yang mengalami gejala sakit umumnya belum mendapat vaksinasi lengkap maupun penguat.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Imbauan ini untuk mencegah lonjakan kasus Covid-19 jelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
Baca SelengkapnyaKemenkes merekomendasikan masyarakat untuk melengkapi vaksinasi Covid-19 di tengah kasus yang kembali melonjak.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 di Singapura melonjak drastis. Indonesia mulai waspada.
Baca SelengkapnyaTren kenaikan kasus mingguan Covid-19 nasional per 9 Desember 2023 dilaporkan menyentuh angka 554 kasus positif.
Baca SelengkapnyaKemenkes meminta pelayanan kesehatan meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran Covid-19.
Baca SelengkapnyaTerjadi lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
Baca SelengkapnyaKepala sebuah klinik di Tokyo, Ando Sakuro mengatakan bahwa sepuluh orang telah teruji positif setiap hari sejak akhir Juni.
Baca SelengkapnyaKemenkes juga melaporkan kasus Covid-19 terkonfirmasi per 12 Desember 2023 mencapai 6.815.576 kasus atau bertambah sekitar 298 pasien dalam sepekan terakhir.
Baca SelengkapnyaDinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mengungkapkan tiga penyebab kenaikan kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat. Kenaikan terjadi sejak dua pekan terakhir saat Singapura dihantam lagi badai Covid-19.
Baca SelengkapnyaSejak 27 November sampai 3 Desember kenaikan sebanyak 30 persen.
Baca SelengkapnyaMasyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.
Baca Selengkapnya