Viral Hujan Guyur Satu Rumah di Tasikmalaya, Ini Penjelasan BMKG
Membuat geger warga karena hanya turun dan membasahi satu rumah saja.
Hujan tersebut membuat geger warga karena hanya turun dan membasahi satu rumah saja di Kampung Margalaksana,
Viral Hujan Guyur Satu Rumah di Tasikmalaya, Ini Penjelasan BMKG
Hujan deras mengguyur Kelurahan Kahuripan, Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat pada Sabtu (5/8). Hujan tersebut membuat geger warga karena hanya turun dan membasahi satu rumah saja di Kampung Margalaksana. Titing (58) salah seorang warga Kampung Margalaksana mengatakan bahwa kejadian langka itu terjadi sekitar pukul 04.30. Ia mengaku menyaksikan langsung fenomena hujan yang baru pertama kali dilihatnya seumur hidup.
Saat kejadian, Titing bercerita hendak membeli telur ke salah satu warung yang ada di kampungnya. “Begitu keluar dari gang rumah, saya melihat hujan mengguyur sehingga saya pulang lagi ke rumah untuk mengambil payung,” kata Titing kepada wartawan, Minggu (6/8).
Setelah selesai mengambil payung dari rumah, Titing pun kembali berangkat menuju warung yang ditujunya. Namun begitu melewati lokasi hujan ia merasakan kejanggalan karena hujan hanya mengguyur satu rumah saja.
“Saya langsung kasih tahu kakak saya. Saya bilang hujannya hanya di sini saja. Kaget dan takut dengan fenomena itu tentu saja, sempat merinding juga karena pas kejadian itu kondisi langit sedang cerah dan bulan juga masih terlihat bersinar pas kejadian,” jelas Titing.
Titing mengungkapkan bahwa hujan mengguyur rumah dan sebagian halamannya. Diperkirakan, hujan terjadi di area 8x4 meter. Ia mengaku sempat berpikir hujan tersebut menjadi pertanda musibah, apalagi hujan ketika itu turun dengan cukup deras dengan durasi sekitar 45 hingga 60 menit. “Warga yang baru pulang salat subuh dari masjid juga sempat berdatangan melihat fenomena yang terjadi, termasuk pa RT sempat merekam kejadian,” katanya.
Hujan yang mengguyur satu rumah itu akhirnya berhenti sekitar pukul 05.30. sebelum berhenti, listrik rumah yang terguyur hujan sempat mati. "Mudah-mudahan cuma fenomena biasa," ucapnya. Sejumlah warga lain di sekitar lokasi membenarkan fenomena yang terjadi di kampungnya. Fenomena itu menurut mereka baru pertama kali terjadi di wilayah tersebut.Penjelasan BMKG
Terkait fenomena yang terjadi di Kota Tasikmalaya, Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Bandung Teguh Rahayu mengatakan bahwa fenomena hujan dengan skala sangat lokal lazim terjadi di musim kemarau. ”Fenomena hujan jenis ini disebabkan oleh awan single cell yang terbentuk di suatu area atau wilayah,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa awan hujan biasanya bergerak diatas sebuah wilayah dan melepaskan kelembaban saat mereka pergi dalam bentuk hujan. Bangunan dan struktur lainnya dapat memblokir kejadian hujan, sehingga menyebabkan hujan jatuh hanya di satu sisi jalan. “Selain itu, sudut matahari juga dapat mempengaruhi fenomena ini, menyebabkan kelembaban menguap dari satu sisi sebelum memiliki kesempatan untuk jatuh sebagai curah hujan. Akibatnya, satu sisi dapat dilihat sebagai kering sementara yang lain basah,” jelas Rahayu.
“Ini adalah fenomena yang lazim di musim kemarau karena cahaya matahari juga dapat memainkan peran dalam skenario ini dengan menguap kelembaban dari satu sisi jalan. Ini berarti bahwa tidak ada hujan terjadi di sisi itu, dan di sisi lain yang tidak terpengaruh oleh cahaya matahari, terjadi curah hujan,” sambung Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Bandung Teguh Rahayu.
Selain itu, menurut Rahayu kecepatan dan arah angin dapat menyebabkan hujan turun pada sudut yang berbeda sehingga kemudian dapat meningkatkan kemungkinan hujan yang lebih besar di satu sisi. “Ada beberapa faktor yang menentukan di mana hujan akan turun. Namun, sisi mana yang akan hujan dapat bervariasi tergantung pada lokasi,” ucapnya.
Teguh juga mengungkapkan bahwa urbanisasi memiliki dampak pada distribusi hujan di perkotaan.
Itu karena kota cenderung ditutupi dengan banyak permukaan yang tidak mudah menyerap air, seperti jalan, bangunan, dan trotoar, mencegah air menembus tanah. Ini menyebabkan meningkatnya runoff dan pada akhirnya banjir di daerah yang lebih rendah sementara meninggalkan daerah lain kering.
“Wilayah perkotaan juga lebih mungkin mengandung dalam menyerap panas, seperti dari beton dan aspal, yang kemudian menciptakan pulau panas (heat island). Tempat-tempat yang lebih hangat ini menyebabkan udara naik, menyebabkan peningkatan curah hujan di daerah tersebut dibandingkan dengan lingkungan pedesaan,” kata Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Bandung Teguh Rahayu.
Warga Jangan Panik
Dengan adanya kejadian tersebut, Teguh meminta agar warga tidak perlu panik dengan fenomena hujan dalam skala sangat lokal, karena lazim terjadi di musim kemarau seperti pada saat ini. “Kondisi ini tidak berkaitan dengan prekursor bencana lain nya, dan mohon disikapi dengan tenang dan tidak panik. Hanya percaya berita yang berasal dari akun atau kanal resmi lembaga pemerintahan yang berwenang seperti BMKG, BPBD, dan Basarnas. Dan jangan mudah menyebarkan berita yang belum jelas asal usulnya,” pungkasnya.