Aksi Relawan Anies dan Ganjar Gelar Stand Up Comedy Gandeng Aktivis Bertajuk 'Jaga Demokrasi'
Democracy Fest terbuka untuk umum sebab merupakan upaya mereka untuk mendorong masyarakat melalui kekuatan civil society
Democracy Fest terbuka untuk umum sebab merupakan upaya mereka untuk mendorong masyarakat melalui kekuatan civil society
Aksi Relawan Anies dan Ganjar Gelar Stand Up Comedy Gandeng Aktivis Bertajuk 'Jaga Demokrasi'
Relawan IndonesiAnies menggandeng Relawan Progresif dan Relawan Jaga Demokrasi menggelar acara Democracy Fest di Tebet, Jakarta Selatan.
Acara ini menghadirkan para aktivis reformasi, komika, dan musisi.
Kegiatan ini berisi orasi kebangsaan, Stand Up Comedy oleh para komika, dan berbagai penampilan musik.
Semuanya dipersembahkan untuk memperkuat nilai-nilai demokrasi yang kian terancam di akhir era Jokowi.
Aktivis yang hadir adalah Ray Rangkuti, Al Araf, Usman Hamid, Masinton Pasaribu, dan Syahganda Nainggolan, Joni Suyarman, Andri Alimuddin, dan Afiq Nauval. Sedangkan komika yang hadir adalah Sammy Notaslimboy, David Nurbianto, Rahmet Ababil dan Mega Salsabila.
Direktur Nasional Program Gotong Royong untuk Ekonomi Sejahtera dan Inklusif (Progresif), Dr Eka Sastra, mengatakan, acara Democracy Fest ini menjadi penanda bagaimana masyarakat bersama gerakan civil society memiliki kekuatan yang sangat besar untuk dapat bersama-sama menjaga nilai-nilai demokrasi.
"Kegiatan ini adalah upaya untuk menjaga kemudi sejarah kita agar tetap di garis cita-cita bangsa. Kami sangat mendukung kegiatan ini sebab niatnya untuk menjaga agar kereta republik tetap pada rel demokrasi dan keadilan," tutur Eka Sastra, Jumat (9/2).
Mewakili penyelenggara kegiatan, Koodinator Nasional Relawan IndonesiAnies, Anshar, menjelaskan, dengan hashtag #KolaborasiUntukPerubahan, #SaveDemokrasi, dan #JagaDemokrasi, acara ini menegaskan pentingnya kolaborasi dan partisipasi publik dalam mempertahankan dan mengembangkan demokrasi.
Anshar menambahkan Democracy Fest terbuka untuk umum sebab merupakan upaya mereka untuk mendorong masyarakat melalui kekuatan civil society untuk bergerak bersama memastikan demokrasi dan reformasi tidak dikhianati.
"Kami mengajak pihak yang memiliki alam pikir sama, tujuan yang sama untuk memastikan demokrasi Indonesia tidak berjalan mundur. Juga bentuk komitmen kami, IndonesiAnies untuk mempertegas arah reformasi dan memastikan janji proklamasi terpenuhi," jelas Anshar.
Orasi kebangsaan menjadi salah satu highlight pada acara ini. Semua aktivis memberikan pandangan mereka tentang kondisi demokrasi saat ini dan langkah-langkah yang perlu diambil untuk menjaganya.
Kritik melalui humor dipersembahkan oleh berbagai komika yang memiliki komitmen serupa terhadap demokrasi, yakni Sammy Notaslimboy, David Nurbianto, Rahmet Ababil dan Mega Salsabila. Sedangkan kritik melalui musik dipersembahkan oleh aktivis HAM, Usmad Hamid, yang tampil dengan grup musik Usman Hamid & The Blackstones.
Pendiri Lingkar Madani yang juga Aktivis 1998 Ray Rangkuti turut menegaskan bahwa suara-suara kritik terhadap pemerintah telah berhasil mengusik Istana Negara.
"Stand-up comedy-an yang mulai berbicara melalui jalur-jalurnya, para akademisi yang berbicara melalui jalurnya, dan mahasiswa yang berbicara lewat jalurnya, getaran suaranya sudah sampai ke Istana. Saya berpikir kalau ini sampai 3 hingga 4 minggu tidak ada perubahan perilaku dari sana, mungkin getaran itu akan menjadi apa? Silakan interpretasikan," ujar Ray Rangkuti.
Aktivis lainnya Al Araf menyampaikan demokrasi di era pemerintahan Jokowi berada di ujung tanduk.
"Kini demokrasi di ujung tanduk bahkan ada yang mengatakan demokrasi sudah mati, karena rezim pemerintahan Jokowi secara perlahan tapi pasti membunuh demokrasi dan memastikan dinasti untuk kepentingan satu keluarga. Padahal pendiri republik ini tidak akan rela satu dinamika republik yang dibangun dalam satu proses perjuangan panjang hanya dikuasai satu keluarga," tegas Al Araf.
Sammy Notaslimboy yang mengaku mantan aktivis mahasiswa yang turut melakukan aksi demonstrasi menumbangkan Soeharto pada 1998 berjanji akan setia pada nilai-nilai untuk menentang kembalinya Orde Baru.
"Enggak mungkin seorang yang menurunkan Soeharto memilih Prabowo. Gak mungkinlah dan ini sebenarnya yang dipertaruhkan nasib bangsa 30 tahun ke depan, karena kalau Prabowo menang itu 2029 Gibran pasti nyapres dan kalau menang itu Gibran akan nyapres sampai 2039. Setelahnya, tahun 2039 Kaesang yang nyapres sampai 2049. Sepertinya kita berkelakar tapi siapa yang bisa bayangkan itu akan terjadi kalau kita tidak hentikan," ujar Sammy.