Analisis Pengamat: Tidak Mungkin Pilpres 2024 Berlangsung Satu Putaran
Sebab, ketiga Capres masih berpeluang kalah dan hanya dua Capres yang berpeluang masuk putaran kedua
Sebab, ketiga Capres masih berpeluang kalah dan hanya dua Capres yang berpeluang masuk putaran kedua
Analisis Pengamat: Tidak Mungkin Pilpres 2024 Berlangsung Satu Putaran
Pengamat Politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing menilai mustahil Pilpres 2024 berlangsung satu putaran.
Sebab, ketiga Capres masih berpeluang kalah dan hanya dua Capres yang berpeluang masuk putaran kedua.
"Selain itu, hingga saat ini belum ada lembaga survei yang merilis elektabilitas pasangan calon presiden dan wakil presiden meraih suara lebih dari 50 persen atau angka 50 persen plus satu, sebagai syarat minimal memenangi pilpres," kata Emrus saat dihubungi di Jakarta, Selasa (9/1).
Emrus mengatakan hal itu untuk menanggapi klaim dari Gerakan Satu Putaran (GSP), yang menyebut pasangan calon nomor urut dua Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka memiliki peluang 70 persen memenangi Pilpres 2024 satu putaran.
Menurut Emrus, klaim tersebut akan sulit terwujud jika merujuk pada teori probabilitas yang menjadi landasan survei.
"Tidak mungkin Pilpres 2024 berlangsung satu putaran. Secara rasional, saya pikir sulit satu putaran, karena tiga pasangan calon untuk mencapai suara 50 persen plus satu sangat sulit. Kalau ada yang memaksakan satu putaran itu hiperbola," kata Emrus.
Emrus mencontohkan, rilis dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) periode 3-5 Desember 2023 masih menempatkan Prabowo-Gibran di angka 45,6 persen; lalu disusul Ganjar-Mahfud 23,8 persen dan Anies-Muhaimin 22,3 persen.
Kemudian, survei Litbang Kompas menempatkan elektabilitas Prabowo-Gibran di bawah 40 persen, tepatnya 39,3 persen; lalu pasangan AMIN di angka 16,7 persen dan pasangan Ganjar-Mahfud 15,3 persen.
"Jika terjadi satu putaran, maka terjadi penyimpangan dari teori probability itu sendiri, yang justru menimbulkan pertanyaan besar," ujar Emrus.
Di sisi lain, Emrus berharap para pengamat atau politisi untuk tidak menggiring opini sesat dengan memaksakan narasi satu putaran.
"Pertanyaan di survei rata-rata bunyinya: kalau Pemilu berlangsung hari ini apa pilihan anda? Sementara masih banyak pemilih yang belum memberitahu pilihan mereka. Itulah mereka para undecided voters atau pemilih bimbang dan swing voters," pungkas Emrus.