Anies soal Rektor Unika Diminta Buat Video Apresiasi Jokowi: Tidak akan Berhasil, Semua akan Terungkap
Anies menilai permintaan kepada Rektor Unika untuk membuat video apresiasi kinerja Presiden Jokowi sebagai operasi memperbaiki citra.
Anies kembali menyinggung pernyataan sebelumnya soal 'becik ketitik ala ketara' yang artinya yang baik akan terlihat, yang buruk akan terkuak.
Anies soal Rektor Unika Diminta Buat Video Apresiasi Jokowi: Tidak akan Berhasil, Semua akan Terungkap
Calon Presiden nomor urut 1 Anies Baswedan menilai permintaan kepada Rektor Unika untuk membuat video apresiasi kinerja Presiden Jokowi sebagai operasi memperbaiki citra.
Dia menilai upaya pemerintah menjaga citra Presiden tidak akan berhasil.
"Sekarang ini era untuk mengungkapkan pandangan secara otentik. Sudah lewat masanya untuk melakukan operasi-operasi yang sifatnya kosmetik, tidak akan berhasil dan semuanya akan terungkap," ujarnya kepada wartawan usai kampanye di Lapangan Luppue Kota Parepare, Selasa (6/2).
Anies kembali menyinggung pernyataan sebelumnya soal 'becik ketitik ala ketara' yang artinya yang baik akan terlihat, yang buruk akan terkuak. Ia mengaku ingin Pilpres 2024 berjalan senatural mungkin.
"Kita natural aja dan kita menyaksikan bahwa kampus-kampus ini menyampaikan dan mengungkapkan pandangan kenyataannya dari masyarakat," tuturnya.
Seharusnya, kata Anies, suara sejumlah sivitas akademi dihormati. Dia menyebut jika pemerintah harus dikoreksi, maka seharusnya memang diberikan koreksi.
"Kita hormati dan jika ada yang harus dikoreksi ya harus dilakukan koreksi secara sederhana itu,"
tegas Anies.
merdeka.com
Dia pun meminta kepada aparat keamanan untuk kembali kepada tugas utamanya yakni melindungi rakyat Indonesia.
"Jadi aparat keamanan, saya rasa kembali kepada tugas utamanya. Kita tidak juga boleh melarang orang mendukung kan dan tidak boleh juga melarang orang mengkritik. Itu merupakan kebebasan berekspresi,"
kata mantan Gubernur DKI Jakarta ini.
merdeka.com
Anies menilai negara tidak bisa mengatur pikiran warga. Anies menyebut negara hanya bisa mengatur terkait perbuatan.
"Negara tidak bisa mengatur pikiran, tetapi negara mengatur perbuatan. Selama kegiatan itu tidak melanggar hukum itu boleh. Tetapi tidak boleh diatur pikirannya. Karena pikiran tidak bisa diatur oleh negara," ucapnya.
"Oknum tersebut meminta saya agar membuat video pernyataan. Lantas saya tolak, saya katakan mohon maaf bapak kami memilih untuk tidak membuat itu," kata Ferdinandus