Bicara Sejarah Perjuangan, Mardiono PPP Sebut Senjata dari Solo Menikam dari Belakang
Plt Ketua Umum PPP Muhamad Mardiono bercerita soal perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan.
Plt Ketua Umum PPP Muhamad Mardiono bercerita soal perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan
Bicara Sejarah Perjuangan, Mardiono PPP Sebut Senjata dari Solo Menikam dari Belakang
Plt Ketua Umum PPP Muhamad Mardiono bercerita soal perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan.
Hal itu dia sampaikan saat memberikan sambutan di acara Mukerwil DKI Jakarta, Minggu (19/11) di Hotel Boutique, Kemayoran, Jakarta Pusat.
"Saya ingin mengingatkan kepada rekan-rekan semua bahwa Indonesia adalah bangsa pejuang Indonesia telah merebut penjajahan selama 300 tahun lebih dengan tumpahan darah perjuangan yang tidak mudah. Indonesia merdeka tidak mendapatkan hadiah dari bangsa-bangsa lain," kata Mardiono.
Mardiono menyampaikan, dengan adanya perjuangan tersebut, maka bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke memiliki simbol-simbol senjata.
Mardiono menyebutkan beberapa senjata dari berbagai daerah.
Di antaranya, senjata dari DKI Jakarta yakni golok, lalu dari Aceh ada rencong dan wilayah Jawa yakni Yogyakarta dan Solo ada keris.
Dari berbagai senjata tersebut, kata Mardiono, penggunaan senjatanya berbeda. Seperti rencong dan golok bisa digunakan untuk mematikan lawan lewat depan.
"Kalau di Aceh punya simbol senjata rencong kalau di DKI Jakarta diketahui senjatanya golok, kalau di Jawa itu senjatanya keris. Hanya bedanya kalau di Aceh itu di saat perang itu bisa menusuk dari depan kemudian diketahui juga bisa mematok goloknya dari depan," ucap dia.
"Tapi kalau di Jawa di Yogya, Solo sana itu dari belakang karena memang pusakanya pun ditaruh di belakang. Jadi tahu ya pusakanya orang Jawa di Yogya-Solo itu ada ditaruh di belakang," papar dia disambut teriakan dari para peserta Mukerwil.
Lebih lanjut, Mardiono menegaskan, pernyataan soal senjata tidak ada maksud lain. Dia hanya ingin menyampaikan jika generasi yang akan datang, harus menjadi generasi pejuang.
"Ini enggak ada makna apa-apa ya, ini murni cerita sejarah ya. Oleh karena itu, karena kita bangsa pejuang, karena itu kita berkewajiban untuk melanjutkan jiwa juang itu," tegas Mardiono.
"Jadi kita bangsa Indonesia tidak boleh jadi pecundang, karena generasi Indonesia yang sejati adalah generasi pejuang," imbuh Mardiono.