Singgung Senjata Solo Bisa Menikam dari Belakang, Ketum PPP Mardiono Tegaskan Bukan Sindir Jokowi
Mardiono menegaskan bahwa pernyataannya hanya untuk menceritakan tradisi dan sejarah senjata Solo.
Mardiono menegaskan bahwa pernyataannya hanya untuk menceritakan tradisi dan sejarah senjata Solo.
Singgung Senjata Solo Bisa Menikam dari Belakang, Ketum PPP Mardiono Tegaskan Bukan Sindir Jokowi
Pelaksana tugas (Plt) Ketua Umum PPP Muhamad Mardiono menyinggung soal senjata dari Solo yakni keris.
Mardiono mengatakan, senjata dari Solo itu mampu menikam lawan dari belakang.
Namun Mardiono menepis bahwa maksud keris yang mampu menikam lawan dari belakang itu menyinggung manuver politik Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang merupakan dari Solo.
Mardiono menegaskan bahwa pernyataannya hanya untuk menceritakan tradisi dan sejarah senjata Solo.
"Enggak ada hubungannya sama itu, kan saya kan orang Jawa, saya kan termasuk orang yang lahir di Yogyakarta, yang saya juga memiliki tradisi budaya Jawa yang di mana saya punya senjata keris juga. Itu pada diri saya jadi kita tidak menghubungkan politik ini singgung menyinggung," kata Mardioni di Hotel Golden Boutique, Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (19/11).
Mardiono menjelaskan bahwa senjata dari Solo memang disimpan di belakang badan yang merupakan tradisi.
"Makanya kalau orang Jawa itu kadang-kadang tidak spontan mengatakan bahwa a atau b atau c. Tapi melalui bahasa-bahasa yang kiasan itu adalah tradisi dan budaya, yang harus kita lestarikan. Kan enggak mungkin keris yang tadinya di belakang terus di zaman sekarang jadi di depan," ujar Mardiono.
Selain itu, menurut Mardiono, makna dari sejarah senjata Solo yakni meminta seluruh kader PPP DKI Jakarta agar terus berjuang seperti para pejuang saat merebut kemerdekaan.
"Nah simbol-simbol perjuangan itu mengisyaratkan kita ya kita untuk melanjutkan perjuangan itu. Seraya mengaborsi tradisi dan budaya yang kita sebut kearifan lokal," ucap Mardiono.
"Jadi yang kearifan lokal itu harus kita miliki kalau berjuang di DKI ya harus ramah dengan masyarakat Betawi, masyarakat DKI itu lah kearifan lokal. Sehingga, apa yang diperjuangkan oleh masyarakat DKI itu lah yang harus diperjuangkan oleh pada kader-kader saya," imbuh Mardiono.
Sebelumnya, Mardiono bercerita soal perjuangan bangsa Indonesia dalam.merebut kemerdekaan. Hal itu, dia sampaikan saat memberikan sambutan di acara Mukerwil DKI Jakarta, Minggu (19/11) di Hotel Boutique, Kemayoran, Jakarta Pusat.
"Saya ingin mengingatkan kepada rekan-rekan semua bahwa Indonesia adalah bangsa pejuang Indonesia telah merebut penjajahan selama 300 tahun lebih dengan tumpahan darah perjuangan yang tidak mudah. Indonesia merdeka tidak mendapatkan hadiah dari bangsa-bangsa lain," kata Mardiono.
Dia menyampaikan, dengan adanya perjuangan tersebut maka bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke memiliki simbol-simbol senjata.
Mardiono menyebutkan beberapa senjata dari berbagai daerah. Diantaranya, senjata dari DKI Jakarta yakni golok, lalu dari Aceh ada rencong dan wilayah Jawa yakni Yogyakarta dan Solo ada keris.
Dari berbagai senjata tersebut, kata Mardiono, penggunaan senjatanya berbeda. Seperti rencong dan golok bisa digunakan untuk mematikan lawan lewat depan.
"Kalau di Aceh punya simbol senjata rencong kalau di DKI Jakarta diketahui senjatanya golok, kalau di Jawa itu senjatanya keris. Hanya bedanya kalau di Aceh itu di saat perang itu bisa menusuk dari depan kemudian diketahui juga bisa memlatok goloknya dari depan," ucap dia.
Sementara, senjata Solo bisa menikam lawan dari belakang. Bahkan, pusaka kerisnya bagi orang Soli diletakan dibelakang.
"Tapi kalau di Jawa di Jogja, Solo sana itu dari belakang karena memang pusakanya pun ditaruh di belakang jadi tahu ya pusakanya orang Jawa di Jogja Solo itu ada ditaruh di belakang," papar dia disambut teriakan dari para peserta Mukerwil.