Fahri Hamzah yakin Jokowi kalah dari Prabowo di Pilpres 2019
Merdeka.com - Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengaku memiliki kesamaan ideologi dan pandangan dengan Gerindra dan Prabowo Subianto. Fahri tidak secara tegas menyatakan mendukung Prabowo. Namun, dia memprediksi, Prabowo bakal memenangi pertarungan dari Joko Widodo di Pemilihan Presiden 2019 mendatang.
"Ya pasti Pak Jokowi kalah lah," kata Fahri di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (8/3).
Fahri menilai, ketokohan dan ide-ide Prabowo layak diperjuangkan. Prabowo dianggap cukup konsisten dalam bersikap. Contohnya soal sikap politik Gerindra yang tetap bertahan sebagai oposisi dan gagasan pembangunan di DKI Jakarta.
-
Apa klaim Prabowo tentang dirinya dan Jokowi? Menteri Pertahanan (Menhan) sekaligus calon presiden (capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto mengatakan dirinya sudah menyatu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sebab, Jokowi mampu menyatukan lawan menjadi kawan. Saat Pilpres 2019 Prabowo merupakan lawan Jokowi, namun setelah Jokowi terpilih menjadi presiden Prabowo pun merapat kedalam kabinet Jokowi.
-
Siapa yang meyakini Prabowo-Gibran menang? Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menargetkan suara pasangan capres-cawapres nomor urut 02, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka tembus di atas 51 persen usai kampanye akbar terakhir di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta, Sabtu (10/2/2024).
-
Mengapa Prabowo-Gibran unggul? Peneliti Litbang Kompas, Bambang Setiawan menjelaskan, meroketnya elektabilitas Prabowo-Gibran lantaran pergerakan akar rumput pasangan nomor urut 2 itu sangat masif.
-
Apa keyakinan Prabowo soal PKB? 'Kita kumpul berbeda bisa kerja sama saudara-saudara sekalian walaupun dalam pemilihan yang lalu PKB mendukung yang lain, tapi saya mengatakan dari awal saya yakin pada saatnya PKB akan kembali mendukung saya. Saya yakin saya yakin bahwa PKB akan bersama saya membangun bangsa,'kata Prabowo.
-
Apa yang membuat Prabowo unggul? Survei yang selesai mereka lakukan pada 6 Februari atau delapan hari jelang pemungutan suara itu menemukan bahwa elektabilitas Prabowo-Gibran sebesar 53,5 persen. Pasangan tersebut unggul telak dibanding dua kompetitornya, Anies-Muhaimin yang elektabilitasnya 21,7 persen dan Ganjar-Mahfud dengan tingkat keterpilihan 19,2 persen.
"Apalagi dengan koalisi yang tidak pernah berubah, sikap-sikapnya itu yang relatif konsisten gitu. Dalam Pilkada DKI dalam pandangannya terhadap pembangunan dan sebagainya," tegasnya.
Selain itu, Fahri sebenarnya menginginkan Pemilu 2019 melibatkan banyak poros agar masyarakat memiliki banyak pilihan calon pemimpin. Sayang, syarat ambang batas pencalonan presiden sebesar 20 persen membatasi partai-partai mengusung calon presiden.
"Saya inginnya itu porosnya banyak gitu. Supaya konsentrasi idenya tuh lebih beragam. Alternatif pikiran yang ditawarkan kepada masyarakat itu lebih beragam gitu lho," tuturnya.
Fahri memprediksi akan ada 2 atau bahkan 1 calon presiden di Pilpres 2019. Dia menegaskan bakal menentang adanya calon tunggal.
"Kemungkinan maksimalnya itu cuma 4, tapi kalau dilihat orang kumpul-kumpul gitu bisa cuma 2. Bahkan ada yang inginkan itu cuma 1 tiket melawan kotak kosong gitu. Yang pasti saya akan tentang habis-habisan siapa pun dia," ungkapnya.
Di sisi lain, Fahri mengkritik kinerja pemerintah di beberapa sektor, salah satunya terkait ketenagakerjaan. Dia mengaku mendapatkan laporan bahwa pemerintah melanggar UU Ketenagakerjaan dengan masuknya tenaga kerja asing yang tidak memiliki keahlian.
"Pemerintah secara terang-terangan telah melanggar UU ketenagakerjaan karena membiarkan bobolnya tenaga kerja tenaga kerja yang unsecure yang tidak punya keahlian dalam jumlah yang sangat besar," tegas Fahri.
"Bahwa yang datang itu harus ekspert, ngerti bahas yang bisa mentransfer ilmunya itu kepada warga negara indoensia. Kita sibuk memproteksi tenaga kerja kita di luar negeri melalui uu pekerja migran tiba-tiba kita kebobolan, nah ini bagaimana ini, mau dibiarin gitu loh," sambungnya.
Masalah lainnya, kata Fahri, terjadi dalam penegakkan hukum tindak pidana korupsi. Fahri menganggap Presiden Jokowi tidak mempunyai solusi alternatif dalam memberantas korupsi di Indonesia.
"Presiden kita perlu pemikiran alternatif dong, kalau masalah hari ini sama dengan masalah 5 tahun lalu, terus apa yang maju, enggak ada yang maju dari kehidupan kita," tandasnya.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Waketum NasDem Ingatkan Fahri Hamzah untuk tidak terburu-buru menjadi menteri
Baca SelengkapnyaGerindra meyakini Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka bisa menang mutlak di Jakarta.
Baca SelengkapnyaFahri pun mengajak semua elemen bangsa untuk berkepala dingin dan fokus memilih dengan pertimbangan jauh ke depan.
Baca SelengkapnyaSetelah terpilihnya Jokowi menjadi orang nomor satu di Indonesia, lalu mengajak Prabowo ke dalam susunan kabinet.
Baca SelengkapnyaFahri pun menyamakan Prabowo dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Perdana Menteri India Narendra Modi
Baca SelengkapnyaMenurutnya, semua pihak juga harus bersyukur sekarang, karena ketegangan seperti ini tidak terlalu besar.
Baca SelengkapnyaJokowi meyakini kepemimpinan Prabowo Subianto dengan konsep keberlanjutan dapat membawa Indonesia menjadi negara maju di tahun 2045.
Baca SelengkapnyaGerindra merasa untung jika skenario itu terwujud.
Baca SelengkapnyaGanjar juga mengkritik Prabowo. Ganjar bicara dengan data bahwa kinerja sektor pertahanan turun.
Baca SelengkapnyaMenurut Hasto, capres Prabowo Subianto berbeda dengan Presiden Jokowi
Baca SelengkapnyaSekjen PDIP memastikan sangat solid sepanjang mendukung Ganjar-Mahfud hingga saat ini
Baca SelengkapnyaMenurut Budiman, kemampuan Prabowo meredam masalah lama terlihat usai bergabung pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Baca Selengkapnya