Gagal paham anggota DPR Jokowi pilih Jonan & Arcandra buat ESDM
Merdeka.com - Teka teki siapa yang dipilih Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi menteri ESDM terjawab sudah. Kemarin, Presiden langsung melantik pemimpin kementerian tersebut.
Adalah Ignasius Jonan yang dipilih Presiden menjadi menteri ESDM. Selain menteri, Jokowi juga melantik wakil menteri ESDM. Orang dipilih menempati pos itu adalah Arcandra Tahar.
Pengangkatan dua orang tersebut menjadi menteri dan wakil menteri ESDM langsung menuai pro dan kontra. Banyak yang sepakat tapi banyak juga yang mempertanyakannya. Bagi yang mempertanyakan rata-rata mempersoalkan Jonan yang pernah 'dipecat' dalam reshuffle Jokowi beberapa waktu lalu begitu juga Arcandra yang dicopot karena kasus dwikewarganegaraan.
-
Siapa yang gagal jadi anggota DPR? Thariq Halilintar mencalonkan diri sebagai anggota legislatif dari PDIP Daerah Pemilihan Jawa Barat VI. Seperti halnya dengan Anang, jumlah suara yang diperoleh Thariq juga sangat minim. Akibatnya, ia dipastikan tidak berhasil.
-
Siapa yang gagal lolos jadi Anggota DPR RI? Kris Dayanti, yang juga merupakan penyanyi kondang, gagal lolos menjadi anggota DPR RI dari daerah pemilihan (Dapil) Jawa Timur V.
-
Siapa anggota DPRD Jawa Tengah? Wafa dipastikan menjadi anggota DPRD Jawa Tengah, sedangkan Luthfi dipastikan terpilih menjadi anggota DPRD Rembang.
-
Kenapa Arteria Dahlan gagal di Pemilu? Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi PDIP Arteria Dahlan berpotensi gagal mendapat jatah kursi DPR RI di Pemilu 2024.Dia maju sebagai caleg dari dapil Jawa Timur VI yang meliputi Tulungagung, Blitar, Kediri, Kota Kediri, dan Kota Blitar. Tercatat meraih 62.242 suara, Arteria duduk di peringkat ketiga partainya. Sementara, jatah kursi PDIP hanya dua kursi. Dari total sembilan kursi di dapil tersebut.
-
Siapa yang mengkritik Jokowi? Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat mengkritik kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
-
Kenapa Jokowi dikritik? Khususnya terhadap keluarga Jokowi yang ikut dalam kontestasi politik baik Pilpres maupun pilkada.
Ketua Komisi VII DPR Gus Irawan Pasaribu bahkan mengaku gagal paham atas keputusan Jokowi menunjuk Ignasius Jonan dan Arcandra Tahar. Politikus Gerindra ini bahkan menjelaskan empat kali gagal paham atas hal itu.
Alasan ketidakpahamannya itu, pertama, dengan pencopotan Jonan sebagai Menteri Perhubungan beberapa waktu lalu telah menunjukkan kinerja Jonan tidak maksimal mengelola sektor itu. Namun, setelah dinilai gagal, Jonan malah dipercaya menduduki Kementerian ESDM.
"Pertimbangan reshuffle itu kan, karena kabinet ini adalah kabinet profesional maka mengusung profesionalitas yang ukurannya kinerja, artinya orang diberhentikan dari satu jabatan karena kinerjanya tidak maksimal atau jelek," kata Irawan saat dihubungi, Jumat (14/10).
"Tapi kemudian, orang yang sudah diberhentikan karena enggak memiliki kinerja itu sekarang jadi menteri lagi. Dan kemudian, sebelumnya kan dia sudah gagal di perhubungan dan masuk ke sektor ESDM. Saya enggak tahu. Makanya saya gagal paham," sambungnya.
Irawan heran, apa alasan Jokowi menempatkan Jonan di kementerian ESDM. Padahal, tugas dan peran seorang menteri di sektor energi terbilang cukup berat daripada perhubungan. Kementerian ESDM dianggapnya salah satu sektor strategis penopang ekonomi negara.
"Apakah sektor ini dianggap sektor yang ringan saja. Tapi bertentangan pula, kalau presiden melihat ESDM ini di bawah perhubungan, misalnya. Tapi ini kan beliau juga masalah mengangkat wakil. Gagal paham lagi saya," terangnya.
Lebih lanjut, Irawan juga mempertanyakan penunjukkan Arcandra sebagai wakil Jonan. Arcandra, katanya, pernah memiliki masalah terkait dualisme kewarganegaraan dan sempat melepas status WNI-nya.
"Yang ketiga, yang mengisi wakil ini adalah orang yang pernah bermasalah kewarganegaraan. Ini tiga kali gagal paham," tambahnya.
Gagal paham Irawan selanjutnya, yakni mengapa Arcandra diberi tugas sebagai wakil menteri ESDM. Sebab, sejumlah pihak menilai Arcandra memiliki kemampuan dan reputasi cukup baik untuk mengelola Kementerian ESDM.
"Kalau memang sudah selesai dari sisi kewarganegaraan, legalitasnya sudah dipenuhi, Archandra ini kan orang yang digadang-gadang manusia super yang sangat bagus, loh kok jadi wakil? Gagal paham yang keempat," tandasnya.
Terakhir, Irawan tidak paham dengan alasan Jokowi melantik keduanya karena keras kepala. Meski dianggap keras kepala, tapi Jokowi percaya Jonan dan Arcandra mampu menyelesaikan masalah dan mereformasi sektor energi di Indonesia.
"Ini kan alasannya bandel, keras kepala. Kalau karena keras kepala jadi menteri banyak sekali yang bisa jadi menteri itu kan. Jadi enggak paham saya. Rasionalitas berpikir saya belum terima. Bagaimana ini pertimbangannya," tutupnya.
Sementara itu, anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Partai Hanura Inas Nasrullah Zubir mengaku tidak percaya Jokowi melantik Jonan dan Arcandra sebagai pimpinan di Kementerian ESDM. Dia menilai keputusan tersebut terkesan dipaksakan agar Arcandra bisa mendapat jabatan.
"Spechless! Kelihatan banget dipaksakan dengan adanya Wamen ESDM," kata Inas saat dihubungi, Jumat.
Menurutnya, Jonan hanya akan menjadi boneka dari Arcandra seperti yang dialami Jero Wacik. Sebab, Arcandra yang jauh lebih paham mengelola sektor energi dan sumber daya mineral ketimbang Jonan.
"Jonan akan seperti Jero Wacik. Boneka doang, yang paham wamen," terangnya.
Dia menilai seharusnya Jokowi tidak terlalu terburu-buru memberikan jabatan Wamen ESDM kepada Arcandra. Lebih tepat, katanya, Arcandra ditempatkan sebagai Kepala SKK Migas agar membuktikan kinerjanya terlebih dahulu.
"Pantesnya Arcandra dipercaya sebagai kepala SKK Migas, itu pas. Beres-beresin dulu di sana buktikan dulu. Baru periode berikutnya baru angkat jadi menteri, jangan buru-buru lah," pungkasnya.
Dia heran mengapa Jokowi memercayakan posisi menteri ESDM kepada Jonan. Sebab, kata Inas, kompleksitas dan beban tugas di Kementerian ESDM jauh lebih tinggi ketimbang Kementerian Perhubungan. Apalagi, didepaknya Jonan dari Kementerian Perhubungan menunjukkan dia tidak mampu bekerja di sektor tersebut.
"Sekarang kan kompleksitas ESDM begitu tingginya dibanding perhubungan. Di perhubungan kan dia diganti berarti dianggap tidak mampu, kok ditempatin di sini (Kementerian ESDM)," tegasnya.
Selain itu, karakter Jonan yang dikenal tempramental dikhawatirkan akan menimbulkan keributan dengan Arcandra saat mengelola kementerian ESDM.
"Kita kan tahu Jonan tempramental juga. Jangan sampai nanti di dalam ESDM bikin gaduh mereka berdua berantem," tutup Inas.
Anggota Komisi III DPR dari Partai NasDem Taufiqulhadi juga ikut menyentil keputusan Jokowi tersebut. Taufiq memberikan sejumlah catatan kepada Jonan dan Arcandra. Pertama, publik masih mempertanyakan polemik paspor ganda yang dimiliki Arcandra. Menurutnya, Arcandra belum memberikan penjelasan apapun soal masalah itu.
Taufiq menilai, ada ketidakpatutan dalam konteks politik apabila Arcandra belum membuka alasan kewarganegaraan ganda yang dimilikinya meski status WNI-nya telah dikembalikan.
"Sekarang ini diangkat kembali menjadi wakil menteri ESDM. Menurut saya, ada sedikit ketidakpantasan dalam kontes politik. Karena belum menjelaskan apapun terhadap posisi dia," kata Taufiq saat dihubungi, Jumat.
"Walaupun, dia telah dipulihkan kembali sebagai warga negara Indonesia. Tetapi belum memulihkan pertanyaan dari masyarakat. Bahwa benar atau tidak bahwa dia menyembunyikan kewarganegaraan ganda. Itu untuk Arcandra," sambungnya.
Soal Jonan, Taufik berpendapat, jika dia memang dianggap memiliki kapasitas dan layak sebagai menteri seharusnya tidak dicopot dari jabatannya di Kementerian Perhubungan beberapa waktu lalu. Sehingga, lebih baik Jonan tidak copot dan hanya mendapat rotasi jabatan.
"Untuk Jonan, kalau memang benar presiden menganggap orang ini adalah tepat menjadi menteri, dia layak menjadi ada kapabilitas, kapasitas, kenapa harus diberhentikan dulu," terangnya.
Dia menilai ada kesan ketidakcermatan dari pemerintah dalam pengangkatan Arcandra dan Jonan. Sekaligus menimbulkan pertanyaan, apakah sumber daya manusia Indonesia tidak ada yang pantas menjadi pimpinan ESDM selain mereka berdua.
"Menurut saya ada sedikit ketidakcermatan melihat orang-orang berkaitan dengan Archandra sekali lagi saya mengatakan bahwa ketika dia ditempatkan lagi walapun sebagai menteri, seakan-akan di Indonesia ini tidak ada lagi orang," katanya.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hubungan PDIP dengan Jokowi dikabarkan memanas, usai
Baca SelengkapnyaJokowi telah menunjukkan bahwa ia solid bersama relawannya dengan memberikan jabatan di kabinet, ketimbang PDIP sebagai partainya.
Baca Selengkapnyarasa sayang Megawati itu terlihat dengan pemberian berbagai penugasan kepada Jokowi dan Gibran.
Baca SelengkapnyaKubu Ganjar-Mahfud diminta untuk segera bangkit meraih elektabilitas kembali agar tak tertinggal di posisi ketiga.
Baca SelengkapnyaAria Bima juga membantah anggapan jika partainya mengabaikan partai-partai kecil.
Baca SelengkapnyaHasto mengatakan, PDIP mencintai Jokowi dan keluarganya sampai memberikan privilese yang besar.
Baca SelengkapnyaNamun, kemajuan tersebut berdampak pada tingginya utang negara.
Baca SelengkapnyaPartai yang tergabung dalam KIM Plus telah sepakat untuk mengusung mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil untuk maju sebagai bakal calon gubernur.
Baca SelengkapnyaDia berkeyakinan Jokowi masih akan tetap mendukung Ganjar-Mahfud MD.
Baca SelengkapnyaSecara partai, Jokowi harusnya mendukung Ganjar. Namun, Jokowi juga terlihat mesra dengan Prabowo.
Baca SelengkapnyaJokowi menugaskan tim tujuh untuk mengatur strategi komunikasi dan narasi besar Ganjar Pranowo.
Baca SelengkapnyaPeserta aksi mengaku kecewa karena DPP Partai Golkar tidak mengusung kadernya pada Pilkada Jambi dan justru mendukung politisi dari partai lain.
Baca Selengkapnya