Ganjar Jadikan Cilacap Pilot Project Kapal Listrik, Dorong Transisi Energi
Seorang nelayan, Budi mengatakan, pihaknya menyambut baik adanya program peralihan mesin kapal.
Tak hanya di darat, Ganjar juga menginisiasi program ramah lingkungan di sektor kelautan dan perikanan.
Ganjar Jadikan Cilacap Pilot Project Kapal Listrik, Dorong Transisi Energi
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo terus menggenjot program transisi energi.
Tak hanya di darat, Ganjar juga menginisiasi program ramah lingkungan di sektor kelautan dan perikanan. Hal itu dibuktikan dengan menjadikan Cilacap sebagai pilot project kapal berbahan bakar listrik berbasis baterai. Menggandeng PLN dan perusahaan teknologi terkemuka, Ganjar mengajak nelayan Cilacap mengganti kapal motor berbahan BBM ke mesin listrik berbasis baterai.
Launching dilakukan Ganjar di Pantai Teluk Penyu Cilacap pada Jumat (11/8). Dalam kesempatan itu, Ganjar memberikan bantuan mesin kapal berbahan listrik kepada sejumlah nelayan.
Selain itu, bantuan lain juga diberikan antara lain hibah alat perikanan tangkap senilai Rp1,6 miliar, asuransi nelayan senilai Rp1 miliar dan bantuan lainnya.
"Kita harus berani melakukan tindakan cepat, apa itu transformasi energi ke energi ramah lingkungan. Hari ini produk-produknya sudah jadi, sekarang yang perlu dilakukan adalah eksekusi," kata Ganjar. Seperti kapal listrik bertenaga baterai di Cilacap ini. Menurut Ganjar, sudah saatnya peralihan energi dimulai. Meski begitu, Ganjar menegaskan harus ada insentif agar nelayan mendapatkan kemudahan. "Kalau tidak ada insentif, ini akan sulit. Maka saya tadi usulkan, pemerintah memberikan insentif kepada mereka. PLN memberikan apa, pemerintah daerah, provinsi dan pusat memberikan apa. Sehingga, para nelayan kita siap dan menerima peralihan ini," tutur Ganjar.
Selain mengurangi emisi, penggunaan kapal listrik berbahan bakar baterai ini, lanjut Ganjar, juga membuat nelayan semakin sejahtera. Sebab, pengeluaran yang dikeluarkan nelayan semakin sedikit untuk pergi melaut.
Jika biasanya nelayan harus mengeluarkan Rp230.000 untuk membeli 20 liter BBM sekali melaut, dengan mesin berbahan bakar listrik ini, nelayan hanya butuh Rp25.000 saja. Sebab biaya listrik per KWH hanya Rp2.500. "Bayangkan, biayanya jelas lebih murah. Perbandingannya bisa sepersepuluh. Ya memang untuk investasi awal cukup mahal, di situlah saya katakan tadi, harus ada insentif yang diberikan," jelas Ganjar. Cilacap, lanjut Ganjar, akan dijadikan pilot project peralihan energi di laut. Ke depan, sejumlah daerah di Jateng akan didorong untuk melakukan hal itu.
"Tidak hanya kapal nelayan, tapi juga kapal angkutan dan kapal wisata. Sudah saatnya sekarang kita beralih dan harus dimulai," kata Ganjar. Seorang nelayan, Budi mengatakan, pihaknya menyambut baik adanya program peralihan mesin kapal. Apalagi, setelah mendengarkan pemaparan, biaya yang dikeluarkan untuk melaut jauh lebih murah. "Ya tentu ini kabar baik, soalnya biayanya jauh lebih murah. Jika biasanya kami menghabiskan 10 liter BBM dalam sehari seharga Rp230.000, kalau pakai listrik hanya Rp25.000 saja," kata Ganjar.
Meski begitu, Budi mengatakan bahwa kemungkinan harga mesin listrik lebih mahal dibanding mesin berbahan bakar fosil. Untuk itu, ia sepakat dengan Ganjar bahwa nelayan harus mendapatkan insentif. "Jadi harus diberi kemudahan dan keringanan agar nelayan tidak keberatan," ucap pria yang sudah 20 tahun menjadi nelayan itu.