Kubu Prabowo Tak Ambil Pusing Soal Komunikasi Kubu Ganjar Dengan Anies
Hasan tetap menitik beratkan jika pemilih bukan seperti uang yang bisa langsung dipindahkan.
Hasan tetap menitik beratkan jika pemilih bukan seperti uang yang bisa langsung dipindahkan.
Kubu Prabowo Tak Ambil Pusing Soal Komunikasi Kubu Ganjar Dengan Anies
Arah politik semakin berkembang, kekinian adanya narasi untuk Pilpres 2024 berjalan dua putaran. Menyusuk komunikasi yang dibangun antara pasangan capres -cawapres nomor urut satu, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin (AMIN) dengan nomor urut tiga, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.
Atas narasi dua putaran, Jubir TKN Prabowo-Gibran, Hasan Nasbi mengaku tidak mau ambil pusing terkait narasi dua putaran. Dengan melihat sisi lain dibalik komunikasi yang terjalin antara pasangan nomor urut satu dan nomor urut tiga.
“Bagus juga pak Prabowo ekstrim kiri dan kanan itu sebenarnya juga hebat jadi bagian berkah dari demokrasi hari ini, adalah PDIP menjalin komunikasi dengan Tim Anies Cak Imin itu menurut saya luar biasa itu, itu jadi berkah demokrasi. Jadi kita jangan anggap itu jelek, tapi berkah demokrasi,” kata Hasan saat diskusi, Rumah Besar Relawan, di Jakarta Barat, Kamis (4/1).
Namun demikian, meskipun kedua kubu AMIN dengan Ganjar - Mahfud mulai menggulirkan isu putaran kedua, Hasan tetap menitik beratkan jika pemilih bukan seperti uang yang bisa langsung dipindahkan.
“Tapi data menunjukan kalaupun dua putaran, pemilih ini tidak bisa ditransfer kaya transfer uang. Saya punya satu juta pemilih, saya transfer ke kamu gak bisa begitu. Ini kan manusia, bukan angka - angka di rekening yang bisa ditransfer, dia juga punya pikiran sendiri,” kata dia.
Sebab, Hasan menjelaskan berdasarkan data-data survei yang ada simulasi walaupun Pilpres 2024 masuk putaran kedua. Tetap, pemilih Anies dan Ganjar sulit untuk secara tiba-tiba beralih pilihan karena perbedaan kultur pemilih diantara keduanya.
“Dari ekstrim kanan (Anies-Cak Imin) loncat ke ekstrim kiri (Ganjar-Mahfud) jaraknya agak jauh. Jadi kalau mau bertahap loncat ke tengah dulu. Jadi kalau simulasi, sebaliknya kalau pak Prabowo, semisal dua putaran melawan Mas Anies Sebagian besar pemilih pak Ganjar tidak bisa ditransfer,” kata dia.
“Meskipun elite nya bersatu pemilih ini kah punya pikiran Per hari ini, data memutuskan sebagian besar pemilih mas Ganjar memilih Pak Prabowo. Jadi artinya kalau satu putaran dua putaran sama presidennya,” tambahnya.
Soal Komunikasi Ganjar-Anies
Sebelumnya, Juru Bicara Timnas Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, Muhammad Ramli Rahim mengungkapkan bahwa Co-Kapten Timnas AMIN Sudirman Said melakukan komunikasi dengan kubu pasangan calon nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Namun, dia mengatakan komunikasi yang dilakukan Sudirman Said barulah komunikasi tidak resmi.
"Terkait komunikasi antara paslon 01 dengan 03 ya komunikasi secara resmi memang belum terjalin, tapi komunikasi informal ya biasa-biasa saja," kata Ramli, saat dihubungi merdeka.com, Minggu (31/12/2023).
Dia pun menyebut, komunikasi yang dilakukan Sudirman Said dengan kubu Ganjar-Mahfud tak perlu diributkan. Sebab, komunikasi yang dibangun baru sebatas tahap awal.
Secara terpisah, politikus PDIP Aria Bima membenarkan adanya komunikasi dengan kubu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar alias Cak Imin (AMIN). Komunikasi tersebut terbangun karena pihaknya dengan AMIN yakin Pilpres 2024 berjalan dua putaran.
"Putaran kedua saling dinamis, masih sangat dinamis. Saya kira, untuk melihat putaran kedua, itu yang kami yakini dengan 01. Karena 02 terlalu yakin 1 putaran. Kami dengan 01 tidak yakin 1 putaran, pasti 2 putaran," kata Aria Bima, saat ditemui di Media Center TPN Ganjar-Mahfud, Jakarta, Senin (1/1).
Dia menjelaskan saat ini berbagai pihak tengah membangun sebuah opini agar Pilpres 2024 berjalan satu putaran melalui lembaga survei. Oleh karena itu, pihak paslon nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD membangun komunikasi dengan paslon nomor urut 1.
"Iya (komunikasi) Kita tanya, lu percaya satu putaran? Enggak. Nah lu enggak, gue enggak. Gitu aja. Karena gini lho, ini kan ada opini publik, dibangun lewat survei, kemudian diglorifikasi satu putaran, kemudian survei yang harusnya memotret realitas tapi ini menggiring realitas opini yang ada," kata Aria Bima.
"Jadi ada desain lembaga survei seolah-olah jadi satu putaran. Jangan sampai kami dengan 01 menjadi panik," sambungnya.