LSI: Meski mahal, rakyat tetap mau pilkada langsung
Merdeka.com - Pelaksanaan pilkada secara langsung diakui memang membutuhkan biaya besar. Hal ini menjadi salah satu alasan digulirkannya pilkada melalui DPRD oleh Koalisi Merah Putih (KMP).
Direktur Eksekutif LSI Dodi Ambardi membenarkan hal tersebut. Berdasarkan temuan LSI dari survei yang dijalankan sepanjang 25 Oktober hingga 3 November 2014, sebanyak 45,5 persen responden menyatakan pilkada langsung berbiaya mahal.
"Meskipun tidak mayoritas angka ini cukup besar, khususnya jika dibandingkan dengan mereka yang berpandangan sebaliknya sebesar 36,3 persen," ujar Dodi di kantornya, Jakarta, Rabu (17/12).
-
Apa itu pantarlih pilkada? Salah satunya adalah Petugas Pemutakhiran Data Pemilih (Pantarlih).
-
Bagaimana menjadi pantarlih pilkada? Dengan mematuhi semua syarat-syarat yang telah ditetapkan, calon Pantarlih akan memenuhi kualifikasi untuk mendaftar sebagai Pantarlih pada Pilkada 2024.
-
Kenapa biaya distribusi logistik Pemilu di Papua sangat tinggi? Tingginya biaya distribusi logistik Pemilu di Papua. Nilainya mencapai Rp150 juta per TPS (Tempat Pemungutan Suara). Demikian diungkap Ketua KPU Papua Steve Dumbon. Hal tersebut disebabkan sejumlah faktor.
-
Di mana biaya distribusi logistik Pemilu paling tinggi di Papua? 'Kabupaten Mamberamo Raya memang merupakan kabupaten yang mengalokasikan dana tertinggi untuk mendistribusikan logistik,'
-
Apa itu Pilkada? Pilkada atau Pemilihan Kepala Daerah adalah proses demokratisasi di Indonesia yang memungkinkan rakyat untuk memilih kepala daerah mereka secara langsung.
-
Apa itu DPT Pemilu? DPT Pemilu adalah singkatan dari Daftar Pemilih Tetap.
Dodi mengatakan terdapat perbedaan jumlah persentase pendukung masing-masing pasangan calon terkait mahalnya penyelenggaraan pilkada langsung. Menurut dia, pendukung Prabowo-Hatta lebih banyak menyatakan pilkada langsung mahal dibandingkan pendukung Jokowi-JK, dengan rasio 52 persen banding 40 persen.
"Namun jika dilihat dari sisi koalisi, jumlah mereka yang berpandangan seperti ini relatif sama, KIH 45 persen, KMP 46 persen, PPP ditambah Demokrat 48 persen," ungkap Dodi.
Meski demikian, Dodi menerangkan mayoritas responden tetap menginginkan pilkada langsung. Dalam survei tersebut sebanyak 66,8 persen responden tetap ingin pilkada langsung meski mahal.
"Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat cenderung memandang memilih pemimpin secara langsung lebih penting dibandingkan konsekuensi biaya yang harus dikeluarkan," ungkap dia.
LSI menjalankan survei ini menggunakan metode wawancara melibatkan 2.000 responden tersebar di 34 provinsi dengan tingkat margin of errors sebesar 2,1 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Sumber pembiayaan survei ini berasal dari International Foundation for Electoral Systems (IFES).
(mdk/war)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Untuk menjadi calon anggota legislatif (caleg) membutuhkan biaya yang besar.
Baca SelengkapnyaPakar Hukum Tata Refly Harun mengatakan alasan Pilkada, Pileg, hingga Pilpres mahal karena pertemuan calon dengan pemilih membutuhkan biaya.
Baca SelengkapnyaMenurut Ara, Pilpres satu putaran dapat menghemat anggaran
Baca SelengkapnyaMenurut Cak Imin, kompetisi politik sudah semakin pragmatis. Dia ingin pemilihan dikembalikan kepada nilai-nilai dari tujuan berbangsa dan bernegara.
Baca SelengkapnyaTerkait dengan angka 93,3 persen itu belum dapat dipastikan jika pemilih untuk tidak golput.
Baca SelengkapnyaPuan menyinggung soal konstitusi di Indonesia. Termasuk penyelenggaraan pemilu tahun ini.
Baca SelengkapnyaSurvei LSI dilaksanakan pada 7 April hingga 9 April 2024
Baca SelengkapnyaAlasan paling banyak adalah karena masyarakat mengaku tidak punya waktu menonton.
Baca SelengkapnyaKesimpulan hasil survei LSI menunjukan pihak yang menilai Pemilu 2024 diwarnai kecurangan mayoritas berasal dari pemilih pasangan capres dan cawapres 01 dan 03.
Baca SelengkapnyaPersoalan politik uang menempati posisi pertama di angka 37,2 persen.
Baca Selengkapnya