PKB: Pemilu Biayanya Besar dan Mahal
Untuk menjadi calon anggota legislatif (caleg) membutuhkan biaya yang besar.
"Menurut saya biayanya besar, jadi pemilu itu biayanya besar," kata Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid.
PKB: Pemilu Biayanya Besar dan Mahal
Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jazilul Fawaid mengatakan, pemilu di Indonesia sangat mahal. Sehingga untuk menjadi calon anggota legislatif (caleg) membutuhkan biaya yang besar.
"Menurut saya biayanya besar, jadi pemilu itu biayanya besar, mahal. Belum lagi yang dikeluarkan oleh calon, mahal. Jadi demokrasi kita ini kategorinya demokrasi yang masih mahal, high cost," kata Jazilul di Gedung Parlemen Jakarta, Jumat (25/8).
Oleh karenanya, ia ingin adanya pengoreksian terkait biaya politik yang mahal tersebut. Hal ini agar mewujudkan pemilu yang murah dan efisien.
"Di mana seorang calon anggota legislatif itu dia berperang dengan internalnya, bersaing pula dengan eksternalnya. Jadi menurut saya banyak yang harus dikoreksi dalam konteks demokrasi yang tidak high cost, Pemilu yang murah, efisien," ungkapnya.
"Tapi jangan kemudian ada anggapan berarti pilihan presiden dipindah ke MPR saja, enggak juga. Tapi maksud saya sistem yang sudah langsung ini, tetap harus dilaksanakan tapi dengan pola yang lebih efisien, mahal," sambungnya.
Biaya Politik di Jakarta Butuh Rp40 Miliar
Sebelumnya, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin mengungkap mahalnya biaya politik di Jakarta. Nilainya hingga menyentuh Rp40 miliar.
Mulanya, Cak Imin menanggapi pidato mantan Ketum PBNU Said Aqil Siroj terkait bahaya politik uang di acara pidato kebudayaan di Gedung Joang, Jakarta, Jumat (11/8) malam.
"Apa yang disampaikan kiai Aqil Siroj soal money politics, politik uang yang kaya yang berkuasa yang menang yang punya duit itu terbukti di lapangan dengan baik,"
kata Cak Imin.
Merdeka.com
Para calon legislatif (Caleg) yang tidak memiliki uang atau miskin masa depan politiknya agak suram.
"Hari ini yang saya lihat wajah-wajah caleg-caleg yang kelihatannya miskin pasti masa depannya agak suram," sambung dia.
Padahal, Cak Imin berharap agar banyak para aktivis bisa lolos ke Senayan. Namun, hal itu tak pernah terjadi karena terkendala biaya politik.
Selain itu, dia mengaku prihatin dengan calon DPR RI yang maju dari daerah pemilihan Jakarta yang membutuhkan biaya politik yang mahal. Biaya politik menurutnya bisa mencapai Rp 40 miliar pada pemilu.
"Di Jakarta ini teman-teman yang jadi tiga-empat kali itu, itu kira-kira buat orang NU akan sangat tidak mungkin jadi DPR dari DKI Jakarta. Cost-nya sekitar 40 miliar, ada yang 20 miliar enggak jadi, ada yang 25 miliar enggak jadi, yang selalu jadi itu yang sekitar 40 miliranya," ungkapnya.