Saat Yenny Wahid Pusing Baca Penjelasan Politisi Demokrat: Muter-Muter Kayak Tong Setan di Pasar Malam
Politikus Demokrat awalnya tak setuju jika Yenny Wahid jadi Cawapres Anies.
Yenny Wahid membaca tanggapan Jensen Sitindaon.
Saat Yenny Wahid Pusing Baca Penjelasan Politisi Demokrat: Muter-Muter Kayak Tong Setan di Pasar Malam
Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid sempat terlibat twitwar dengan Wasekjen Partai Demokrat Jansen Sitindaon. Jensen mengungkapkan Partai Demokrat tak setuju jika Putri Gus Dur tersebut dipilih jadi Cawapres Anies Baswedan.
Yenny langsung 'skak mat' Jensen.
"Kalau situ belum apa-apa udah menolak saya, pas bossmu butuh dukungan, saya emoh lho," balas Yenny Wahid.
Jensen akhirnya menjelaskan jika ketidaksetujuan atas Yenny jadi cawapres Anies merupakan sikap politiknya. Dia juga menyinggung dukungan ke Prabowo di pemilu 2019, namun Prabowo malah masuk pemerintahan.
"Hehe. Ampunn mbakk," tulis Jensen diawali dengan emoticon senyum.
"Walau kemudian hasilnya kalah dan dampaknya masih saya rasakan sampai skrg — khususnya di kampung, krn mayoritas di suku/di kampung saya pendukung berat pak Jokowi semua — buat saya tidak mengapa, itulah politik, pilihan berbeda pasti terjadi dgn segala konsekuensinya," jelas Jensen.
Namun, Yenny Wahid lagi-lagi membalas 4 poin tanggapan yang ditulis Jensen dengan nada sindiran.
"Saya pusing Mas Jansen, baca tanggapannya. Muter muter kayak tong setan di pasar malam," tulis Yenny, Sabtu (12/8/2023).
Berikut 4 poin penjelasan Jensen yang buat Yenny pusing:
Hehe. Ampunn mbakk 1) Kalau soal dukung mendukung siapa — karena perbedatan ini terkait politik dan pemilu besok — ya kembali pada sikap, keyakinan dan pilihan jenengan mbak. (lanjut di slide berikut)
Sama dgn sikap saya, sepanjang koalisi ini namanya masih menyandang “perubahan” sesuai nama di piagam yg telah ditandatangani 3 partai — dan ini juga sama dan sejalan dgn hasil Rapimnas partai kami Partai Demokrat tahun 2022 yg menghasilkan keputusan tentang Perubahan dan Perbaikan sebagai agenda politik Demokrat di Pemilu 2024 — idealnya menurut saya kandidatnya ya bukan bagian rezim. Biar kontras sekalian. Itulah sikap saya. Krn bagi saya itulah gunanya pemilu dan diharapkan terjadi di pemilu. Ada perbedaan jelas antar kandidat. Jika tidak, nama “perubahan” ini diubah saja. Krn nama/“merek” itu vital, jadi panduan bagi pemilih, jadi pembeda dalam kebijakan yg akan diambil kedepan;
2) Krn ini soal sikap, keyakinan dan pilihan politik — bukan argumen soal opini atau kebijakan — sebenarnya tidak perlu ada yg diperbedatkan. Saya juga sepenuhnya menghargai sikap yg jenengan ambil mbak, termasuk soal akan mendukung atau tidak mendukung siapa;
3) Soal lain-lainnya saya kira sudah cukup gamblang saya jelaskan di tulisan itu. Itulah keyakinan dan sikap politikku mbak. Sama dgn sikap dan pilihan saya di pemilu 2019 lalu mendukung pak Prabowo/mas Sandi habis-habisan. Walau kemudian hasilnya kalah dan dampaknya masih saya rasakan sampai skrg — khususnya di kampung, krn mayoritas di suku/di kampung saya pendukung berat pak Jokowi semua — buat saya tidak mengapa, itulah politik, pilihan berbeda pasti terjadi dgn segala konsekuensinya. (lanjut di slide berikut)
Skrg pak Prabowo yg saya dukung dulu sudah jadi bagian rezim dan pemerintahan. Jika koalisi perubahan ini terus lanjut dan maju sampai pendaftaran (tidak bubar ditengah jalan), maka pilihan politik saya berikutnya tentunya bersebrangan dgn beliau termasuk dgn banyak kawan2 saya yg lain yg dulu satu barisan. Namun namanya kawan ya tetap selamanya kawan, walau pilihan politik skrg berbeda dan nanti mungkin kami akan berdebat keras tentang banyak hal dibanyak tempat.
4) Terakhir, sehat terus mbak. Saya juga mendoakan dan mendukung jenengan semoga bisa ikut berkontestasi di Pilpres ini, khususnya mengisi posisi Cawapres yg masih kosong di beberapa koalisi yg telah terbentuk khususnya di blok lanjutkan. Krn sebagaimana telah saya sampaikan juga dalam tulisan itu secara terang benderang, bagi saya, dgn segala atribusi yg melekat dalam diri jenengan, jenengan itu sangat lengkap. Sama lagi dgn Ketumku sama2 Alumni Harvard juga.
Maturnuwun, terimakasih atas percakapan di twitter ini mbak, termasuk utk semua teman2 yg ikut memberi comment baik yg pro ataupun kontra. Hormatku utk mbak Yenny, — JANSEN SITINDAON