Usai Pilkada 2018: Jokowi menang elektoral, oposisi makin percaya diri
Merdeka.com - Hasil Pilkada 2018 dipercaya sejumlah pihak dapat menentukan kemenangan Presiden Joko Widodo atau Jokowi dalam ajang Pilpres 2019 mendatang.
Peneliti Litbang Kompas Yohan Wahyu menyampaikan, hasil hitung cepat atau quick count Pilkada 2018 secara umum memang memperlihatkan kemenangan elektoral Jokowi.
"Ada kemenangan elektoral, dalam tanda kutip, ke Jokowi. Secara umum, landscape elektoral ini menangkan Jokowi," tutur Yohan di kawasan Jakarta Pusat, Sabtu (30/6).
-
Siapa yang ingin Prabowo menangkan di Jawa Timur? AHY mengungkapkan Prabowo memberikan tugas khusus kepada Demokrat untuk bisa memenangkan dirinya di Jawa Timur.
-
Siapa yang mendukung Khofifah di Pilgub Jatim? 'Sudah dari Desember yang lalu, sudah 4 partai , Gerindra, ada Golkar, ada Demokrat, PAN, bulan Desember lalu sudah memberikan surat penugasan,' jelas dia.
-
Bagaimana pengaruh Jokowi terhadap Pilgub Jateng? Responden yang puas dengan kinerja presiden Jokowi mendukung Kaesang dengan 33,8 persen. Di posisi kedua Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Ahmad Luthfi 29,1 persen dan diposisi ketiga Ketua DPD PDIP Jawa Tengah Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul 14,8 persen.
-
Siapa yang menjadi calon gubernur Jawa Barat? Calon Gubernur Jawa Barat Ahmad Syaikhu menggagas program Teras ASIH.
-
Siapa calon gubernur dari Koalisi Indonesia Maju? 'Pak Andika bagus, kemudian dari segi perfom, pernah sama-sama [tugas]. Saya Kapolres beliau Komandan Paspampres, tak perlu risaukan, demokrasi harus rangkulan dan perbedaan merupakan rahmat yang harus dijalankan sama-sama,' ungkapnya.
-
Siapa yang menjadi calon Wakil Gubernur Jawa Barat? Ronal Surapradja menceritakan dirinya ditunjuk menjadi bakal calon wakil gubernur Jawa Barat di momen krusial sebelum pendaftaran ditutup.
Di Jawa Timur misalnya, lanjut Yohan, pertarungan antar calon gubernur yakni Khofifah Indar Parawansa dengan Saifullah Yusuf pada dasarnya akan tetap mengarahkan suara ke Jokowi. Dia menggunakan istilah Jokowi Final.
"Survei kita, 60 persen pemilih Khofifah dan Gus Ipul nantinya akan memilih Jokowi," kata dia.
Sama halnya dengan Pilkada Jawa Tengah. Berdasarkan survei, pemilih calon gubernur Ganjar Pranowo dan Sudirman Said sebanyak 60 persen akan memberikan suaranya kepada Jokowi di Pilpres 2019.
"Yang berbeda itu di Jawa Barat, berbeda. Pemilih Ridwan Kamil dan Deddy Mizwar terbelah (tidak hanya ke Jokowi). Yang terlihat mencolok ya pemilih Hasanudin (suaranya ke PDIP)," ujar Yohan.
Sementara untuk pihak oposisi, gambaran hasil Pilkada 2018 justru akan menambah semangat menantang Jokowi di Pilpres 2019. Sebab secara jelas, paslon yang diusung mereka cukup memberikan perlawanan.
Jokowi Jan Ethes naik bumper car ©2018 Instagram/Jokowi
Seperti suara untuk Sudrajat-Ahmad Syaikhu di Jawa Barat yang mengalahkan paslon Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi yang diusung Demokrat dan Golkar.
"Untuk oposisi ini menjadi pemanasan mesin politik dan hasilnya memberikan semangat dan kepercayaan diri untuk melawan petahana," jelas Yohan.
Direktur Pusat Studi Sosial Politik Indonesia UNJ Ubedilah Badrun mengatakan, hasil Pilkada 2018 menunjukkan bahwa ada keinginan publik untuk melakukan perubahan. Untuk itu, di Pilpres 2019 nanti ada kemungkinan pola pemilih pun tidak berbeda.
"Pilkada ini adalah warning bagi partai berkuasa bahkan untuk oposisi juga. Malah yang tinggi Nasdem, PAN. Artinya ada sinyal publik menginginkan perubahan," terang Ubaedilah.
Dia menilai, kemenangan para paslon Pilkada 2018 tidak signifikan disebabkan ketokohan, baik yang diusung dan sosok pendukung, atau pun mesin politik dalam arti hanya soal besarnya partai saja.
"Saya masih melihat mesin politik (yang berhasil) dalam arti struktur besar partai dan relawan (yang aktif turun ke masyarakat)," sambung dia.
Direktur Riset Populi Center Usep S Ahyar menyebut, hasil Pilkada 2018 menunjukkan partai yang dapat membaca geopolitik di sejumlah daerah tentunya meraih suara cukup besar.
"Yang menang itu menurut saya, bisa digeneralisir menurut saya, itu tim parpol yang mampu membaca geopolitik tiap medan pertarungan, itu. Mulai pemilihan wakil, kemudian mendekati tokoh pendukung, termasuk membuat instrumen dan isu kampanye di daerah itu dan program kerja," beber Usep.
Prabowo nyoblos di TPS Bojong Koneng ©2018 Merdeka.com/Ramdhan Triyadi
Dia mencontohkan, PDIP sebagai partai yang bisa mengusung sendiri saja tidak mampu memenangkan pertarungan di Pilkada Jawa Barat. Bahkan basis pemilihnya pun menjadi pindah ke pasangan lain.
"Ini memperkuat bahwa mesin partai tidak sepenuhnya bekerja. Seperti Sudrajat dan Syaikhu, ini pintar melihat. Di Tasikmalaya itu berhasil mereka melihat masyarakat. Dengan program-program Islam di lingkungan itu," ungkap dia.
Sementara itu, Ketua Umum Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia Philip J Vermonte melihat bahwa masyarakat mulai menuntut pelayanan terhadap daerahnya. Sebab itu, mereka lebih melihat bagaimana rekam jejak sosok yang maju.
Seperti Ridwan Kamil yang dinilai berhasil membangun Kota Bandung. Juga Khofifah Indar Parawansa yang pada dasarnya bukan darah biru keturunan kyai Nahdlatul Ulama (NU) di Jawa Timur, namun dikenal sebagai aktivis peduli di masyarakat.
"Memang ada kecenderungan Pak Jokowi posisinya diuntungkan dari hasil pilkada ini. Sementara dari sisi partai, PDIP ini mengalami penurunan. Tapi kalau dari otonomi daerah, rekornya jadi agak lain. PDIP 60 persen lebih menang di kabupaten kota yang diikuti. Dan itu adalah kadernya. Memang partai bisa mengklaim menang sekian persen, tapi apa dia partai pengusung atau pendukung," tutup Philip.
Reporter: Nanda Perdana Putra
Sumber: Liputan6.com
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menurutnya, pengaruh Jokowi masih dinilai kuat sehingga diprediksi mampu menarik ceruk pemilih yang belum menentukan pilihan atau undecided voters pada Pilkada
Baca Selengkapnya“PDIP perlu waspada, karena ‘Jokowi Effect’ di Pilpres itu pernah nyata terjadi,” ungkap Luthfi.
Baca SelengkapnyaTingginya approval rating tersebut pun membuat rebutan capres.
Baca SelengkapnyaDjayadi menegaskan, Pilkada Jawa Tengah masih sangat cair.
Baca SelengkapnyaHal itu dikatakan Ketua DPD Golkar Jawa Timur, M Sarmuji.
Baca Selengkapnya" kepada Pak Prabowo untuk tidak melupakan masyarakat Jawa Timur yang mayoritas memilih beliau," kata Khofifah
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi blak-blakan bicara perannya dalam dunia perpolitikan usai rampungnya Pemilu dan Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaYusril pun membandingkan pasangan calon lain yang juga didukung oleh tokoh-tokoh berpengaruh lain.
Baca SelengkapnyaSetidaknya ada tiga faktor yang membuat elektabilitas Prabowo-Gibran mendominasi kota yang terkenal dengan kesenian reog tersebut.
Baca SelengkapnyaKemenangan Prabowo-Gibran diyakini karena efek Jokowi
Baca SelengkapnyaSebaliknya, penurunan dialami pasangan nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Padahal, Ganjar pernah menjabat Gubernur Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaDi lokasi, Prabowo-Gibran mendapatkan sebanyak 144 suara.
Baca Selengkapnya