Bolong puasa 3 hari, bule mualaf merasa bersalah ganti puasa 50 hari

Merdeka.com - Tidak lah mudah bagi Gary Matthew Clements (46) seorang mualaf Amerika untuk mulai menjalankan ibadah puasa. Apalagi sebagai seorang yang bekerja di dunia periklanan, menuntutnya selalu berada di luar rumah yang menguras banyak tenaga. Bagi Gary, puasa pertama adalah ujian berat.

"Sangat sulit Ramadhan pertama saya. Di Amerika sangat lama jamnya, 14 sampai 15 jam. Jam 5.30 pagi sampai 10 malam sangat sulit. Ramadan pertama saya sulit bukan karena lapar tapi air karena pekerjaan kebanyakan di luar, tapi saya selesai 10 hari," ungkap Gary Matthew Clements kepada merdeka.comdi bilangan Jakarta Selatan, Rabu (3/6).

Namun Gary berusaha lebih baik di Ramadan selanjutnya. Meski tetap terasa berat, Gary menunjukkan prestasinya dengan menambah jumlah hari puasanya. "Ramadan kedua saya 21 hari," ucap dia bangga.

Namun prestasinya menurun pada tahun berikutnya atau tahun ketiga sejak dia mengucapkan syahadat. Kendati demikian, Gary berusaha mengganti puasa tersebut di bulan lain yang membuat orang terkagum-kagum.

"Ramadan ketiga saya hanya 4 atau 5 hari saja, itu memang tidak bagus tapi saya bilang kepada Allah saya bisa ganti puasa sampai 50 hari, dan berhasil. Yang paling sulit itu ya air karena tanpa air sangat sulit untuk napas dan kita butuh air," terang lelaki asal Atlanta, Amerika.

Sampai saat ini, Gary tidak menyembunyikan keislamannya, meskipun dia tidak berpenampilan seperti seorang muslim kebanyakan. Dia mengaku lebih suka ke masjid tanpa kopiah dan bercelana jins.

"Menjadi muslim tidak mengubah apapun dalam dirimu" tegas dia. Dia pun amat bersyukur karena keluarganya menerima keislamannya, meskipun terkadang keluarga mempertanyakan keseriusannya memeluk Islam.

"Keluarga saya sangat menerima walau mereka kristen, dan tidak ada gap di antara keluarga karena sejak mahasiswa kita sudah diajarkan untuk hidup bebas," tukas dia.

Kendati demikian, menjadi seorang muslim di antara mayoritas pemeluk katolik, kristen dan yahudi, adalah hal sulit dan butuh perjuangan. Gary harus pintar dan peka melihat waktu untuk menunaikan salat dan butuh perjuangan untuk bisa mendapatkan makanan halal.

"Kita enggak punya suara azan setiap waktu, jadi kita harus tahu harus solat jam berapa. Bahkan saya harus berjalan 30 menit untuk mendapatkan makanan halal atau sekitar 25 mil. namun itu membuat kita menjadi menghargai agama kita,"

"Sulit bagi orang Amerika itu solat 5 waktu tidak seperti orang Indonesia dan Timur Tengah yang bisa solat kapan saja karena muslim di amerika sekitar 1 persen saja dari populasi," cerita dia.

Kesulitan ini bukan membuat iman Gary jadi kendor justru dia merasa makin berserah kepada Sang Khalik. "Saya merasa selalu dilindungi sama Allah, setiap saya berdoa saya selalu meminta perlindungan, dan saya selalu didampingi dua malaikat di samping saya," katanya penuh syukur (mdk/rep)