Air Hujan dan Mitos Penyakit, Membedah Kebenaran di Balik Tetesan
Anggapan bahwa air hujan dapat menyebabkan penyakit sebenarnya hanyalah sebuah mitos. Sejauh ini, belum ada penelitian yang membuktikan hujan bisa bikin sakit.
Saat masa kecil, seringkali kita diingatkan oleh orang tua untuk segera mencari perlindungan saat hujan turun. Mitos yang mengaitkan hujan dengan penyakit seperti flu, masuk angin, atau diare telah menjadi bagian dari kepercayaan umum.
Air Hujan dan Mitos Penyakit, Membedah Kebenaran di Balik Tetesan
Tetapi, apakah benar-benar air hujan yang membuat kita sakit? Mari kita telusuri jawabannya dalam ulasan berikut.
Kenapa Air Hujan Dianggap Membuat Sakit?
Anggapan bahwa air hujan dapat menyebabkan penyakit sebenarnya hanyalah sebuah mitos. Sampai sejauh ini, penelitian belum mampu membuktikan bahwa hujan secara langsung dapat menyebabkan seseorang demam atau mengalami masalah kesehatan lainnya.
-
Apa itu Cuaca Hujan? Cuaca hujan adalah kondisi cuaca di mana atmosfer memproduksi air dalam bentuk cair dan jatuh ke permukaan bumi.
-
Apa itu hujan? Hujan adalah fenomena alam yang sangat penting bagi kehidupan di bumi.
-
Kenapa musim hujan gampang sakit? 'Sebenarnya penyakit bisa datang kapan saja, tetapi pada saat musim hujan badan memang akan lebih rentan mengalami sakit,' ucap Reisa Broto Asmoro saat Siaran Sehat Bersama Dokter Reisa di Channel YouTube Kementerian Kesehatan RI.
-
Apa yang membuat mudah sakit di musim hujan? 'Lingkungan yang cenderung lembab akan membuat bakteri, kuman, virus dan jamur akan berkembang lebih cepat. Sehingga risiko sakit akan lebih tinggi,' kata Reisa.
-
Apa saja jenis penyakit musim hujan? Penyakit-penyakit ini dapat menular melalui air, makanan, atau nyamuk yang terkontaminasi, serta perubahan suhu dan kelembaban yang memengaruhi sistem imun tubuh.
-
Bagaimana hujan terjadi? Proses hujan melibatkan siklus air, di mana air menguap dari permukaan bumi, kemudian terkondensasi menjadi awan, dan akhirnya jatuh kembali ke bumi dalam bentuk tetesan air.
Namun, apa yang membuat orang percaya bahwa air hujan bisa membuat sakit? Penyebabnya terletak pada perubahan suhu yang terjadi pada lingkungan dan tubuh kita saat hujan. Perubahan suhu ini menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi perkembangan virus dan bakteri, yang pada gilirannya dapat menyebabkan berbagai macam penyakit.
Salah satu contoh adalah rhinovirus, jenis virus penyebab flu yang cenderung berkembang pada musim hujan karena keberadaannya yang optimal pada suhu dingin.
Virus ini memiliki kemampuan untuk menempel di rongga hidung atau tenggorokan. Namun, dengan sistem kekebalan tubuh yang kuat, kita dapat melawan virus dan bakteri penyebab penyakit yang mungkin aktif saat hujan.
Sementara air hujan dianggap sebagai penyebab penyakit, ada beberapa fakta menarik yang mungkin belum Anda ketahui. Mari kita lihat beberapa di antaranya.
Mitos vs Fakta: Menyingkap Kebohongan tentang Air Hujan
1. Aroma Khas Air Hujan: Petrikor
Ketika tetesan air menyentuh tanah, aroma khas air hujan dapat tercium. Aroma ini dikenal sebagai petrikor, yang sebenarnya berasal dari berbagai zat yang dilepaskan oleh tanah saat terkena hujan.
Petrikor tidak hanya memberikan pengalaman sensorik yang unik, tetapi bagi beberapa orang, aroma ini juga dapat mengurangi stres dan meningkatkan suasana hati. Tidak heran jika banyak produk pengharum ruangan mengadopsi petrikor sebagai salah satu komponen aromanya.
Seringkali kita membayangkan tetesan hujan sebagai air mata dengan ujung runcing dan dasar yang melengkung. Namun, faktanya, bentuk awal tetesan hujan saat meninggalkan awan adalah bulat. Gesekan yang dialami tetes hujan saat mendekati tanah kemudian mengubah bentuknya menjadi setengah bola pipih.
2. Bentuk Tetesan Air Hujan yang Menarik
3. Kecepatan Jatuhnya Tetesan Hujan
Menurut Met Office, kecepatan rata-rata jatuhnya tetesan hujan adalah 25 km/jam.
Dengan kecepatan tersebut dan ketinggian awan sekitar 762 meter di atas permukaan laut, tetesan hujan membutuhkan waktu sekitar dua menit untuk mencapai tanah.
Tetesan hujan yang lebih besar, dengan kecepatan hingga 32 km/jam, akan mencapai tanah lebih cepat.
4. Hujan Hantu: Tetesan yang Tidak Sampai ke Tanah
Tidak semua tetesan air yang keluar dari awan akan mencapai tanah sebagai hujan.
Beberapa tetesan tersebut akan menguap atau menyublim sebelum sampai ke tanah, membentuk apa yang disebut sebagai hujan hantu.
Tetesan air yang tidak mencapai tanah ini membentuk awan virga, dan fenomena ini sering terjadi di padang pasir atau daerah beriklim sedang.
5. Curah Hujan Tertinggi di Meghalaya, India
Meghalaya, India, merupakan wilayah dengan curah hujan tahunan tertinggi, mencapai 11.870 mm.
Untuk perbandingan, Indonesia memiliki rata-rata curah hujan 2.702 mm per tahun.
Keberadaan curah hujan yang tinggi di Meghalaya disebabkan oleh letaknya di Perbukitan Garo setinggi 1.400 meter, yang berdekatan dengan Teluk Benggala.
Kondisi ini menyebabkan air lembap yang terbawa dari Teluk Benggala tertahan di wilayah tersebut, khususnya di Mawsynram.
Di daerah McMurdo Dry Valleys, Antartika, sudah lebih dari 14 juta tahun tidak ada tetesan air hujan. Wilayah ini merupakan kawasan bebas es terbesar di Benua Antartika, memiliki tingkat kelembapan yang sangat rendah, dan minim sinar matahari, sehingga penguapan yang diperlukan untuk turunnya hujan sulit terjadi.
6. Keringnya Antartika: Tanpa Tetesan Air Hujan Selama Jutaan Tahun
Mencegah Sakit Pilek Saat Hujan
Jadi, apakah air hujan benar-benar membuat kita sakit? Jawabannya tidak, tetapi perubahan suhu tubuh dan lingkungan selama hujan dapat membuat kita lebih rentan terhadap infeksi bakteri atau virus penyebab flu.
Untuk mencegah sakit pilek saat hujan, yang terbaik adalah menjaga sistem kekebalan tubuh dengan pola makan bergizi, istirahat yang cukup, dan menjaga kebersihan secara keseluruhan.
Dalam pandangan ini, kita dapat melihat bahwa air hujan, jauh dari mitos penyakit, menyimpan fakta-fakta menarik dan keunikan sendiri. Selain menjadi bagian dari siklus hidrologi, hujan juga memberikan pengalaman sensorik dan fenomena alam yang patut dihargai.