Hiroshi Ishiguro: Ilmuwan yang Membuat Kembarannya Sendiri dari Robot
Robot ini bukan sekadar mesin berbentuk manusia, melainkan refleksi dari obsesinya terhadap hubungan manusia dengan teknologi.

Hiroshi Ishiguro adalah nama yang dikenal luas di dunia robotika modern. Ia bukan hanya ilmuwan yang menciptakan robot canggih, tetapi juga seorang pemikir yang mencoba memahami esensi kemanusiaan melalui teknologi.
Salah satu karyanya yang paling fenomenal adalah Geminoid HI-1, sebuah robot humanoid yang merupakan kembaran dirinya sendiri. Robot ini bukan sekadar mesin berbentuk manusia, melainkan refleksi dari obsesinya terhadap hubungan manusia dengan teknologi.
Mengutip pemberitaan CNN tahun 2017, Senin (17/2), ketertarikan Ishiguro pada robot humanoid sudah terlihat sejak lama. Ia terinspirasi oleh film dan komik fiksi ilmiah seperti Astro Boy, yang membayangkan masa depan di mana manusia dan robot hidup berdampingan.
Dari situlah muncul keinginan untuk menciptakan robot yang bisa meniru manusia secara fisik maupun emosional. Geminoid HI-1 menjadi bukti nyata dari mimpi itu. Robot ini dibuat dengan detail yang menakjubkan: kulitnya dilapisi silikon untuk meniru tekstur kulit manusia, sementara rambutnya berasal langsung dari kepala Ishiguro.
Dengan bantuan sistem pengendali jarak jauh, Geminoid mampu meniru ekspresi wajah dan gerakan tubuh Ishiguro secara presisi.Namun, di balik penciptaan robot kembarannya, Ishiguro memiliki misi yang lebih dalam. Ia ingin mengetahui bagaimana manusia bereaksi terhadap keberadaan robot yang menyerupai mereka.
Ishiguro pernah mengirim Geminoid untuk mengajar di kelas dan menghadiri konferensi ilmiah sementara dirinya memantau dari jarak jauh. Reaksinya sangat beragam. Ada yang kagum, ada yang ketakutan, dan ada pula yang tidak sadar bahwa mereka sedang berinteraksi dengan robot.
Eksperimen ini menunjukkan bahwa manusia cenderung merespons robot berdasarkan kemiripan visual dan perilaku, bukan pada pengetahuan apakah yang dihadapinya adalah manusia atau mesin.
Robot Bukan Sekadar Mesin
Bagi Ishiguro, robot tidak hanya sekadar mesin. Mereka adalah alat untuk memahami manusia dengan lebih baik. Ia sering mempertanyakan apa yang membedakan manusia dan robot. Jika mesin bisa meniru ekspresi wajah, menampilkan emosi, dan berinteraksi secara sosial, apakah itu berarti mereka memiliki kesadaran?
Pertanyaan ini menjadi landasan dalam setiap proyek yang ia kerjakan. Ishiguro percaya bahwa memahami bagaimana manusia bereaksi terhadap robot adalah langkah penting untuk memahami bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain.
Seperti yang pernah ia katakan, "Jika Anda berbicara dengan robot yang sangat mirip manusia, Anda mulai bertanya-tanya: Apa yang membuat Anda benar-benar menjadi manusia?"
Tidak hanya Geminoid, Ishiguro juga menciptakan berbagai robot humanoid lain, seperti Erica dan Geminoid-F. Erica dikenal sebagai robot penyiar berita pertama di Jepang yang mampu membaca berita dengan intonasi alami.
Robot ini menggunakan kecerdasan buatan untuk memahami dan menanggapi percakapan secara spontan. Sementara Geminoid-F, robot humanoid perempuan, pernah membintangi film berjudul Sayonara. Robot ini menjadi simbol bagaimana robot dapat berperan dalam dunia hiburan.
Eksperimen sosial yang dilakukan Ishiguro juga merambah ke dunia pendidikan dan kehidupan sosial. Ia menciptakan Telenoid R1, robot berukuran kecil dengan desain minimalis yang digunakan untuk komunikasi jarak jauh, khususnya untuk membantu lansia merasa tetap terhubung dengan keluarga mereka.
Selain itu, robot CommU dan Sota dirancang untuk mendukung pembelajaran interaktif di sekolah-sekolah Jepang. Ishiguro percaya bahwa robot sosial bisa membantu anak-anak belajar dengan cara yang lebih menyenangkan dan efektif.
Kontroversi
Namun, pencapaian Ishiguro tidak terlepas dari kontroversi. Sejumlah pihak mengkhawatirkan dampak psikologis dari interaksi manusia dengan robot. Ada yang takut bahwa ketergantungan pada robot sosial dapat mengurangi kemampuan manusia untuk berinteraksi secara alami dengan sesamanya.
Ishiguro memahami kekhawatiran ini, tetapi ia tetap optimis bahwa robot humanoid akan menjadi bagian penting dari kehidupan manusia di masa depan. Menurutnya, robot bisa membantu mengatasi masalah sosial seperti kesepian di kalangan lansia dan mendukung pembelajaran di daerah terpencil.
Robot bagi Ishiguro bukanlah ancaman, melainkan alat untuk mengeksplorasi sifat dasar manusia. Ia melihat robot sebagai "cermin" yang membantu manusia memahami dirinya sendiri. Dalam setiap interaksi dengan robot, manusia diuji untuk mengidentifikasi apa yang sebenarnya membuat mereka berbeda. Apakah itu kesadaran? Emosi? Atau sekadar kebiasaan sosial?
Hiroshi Ishiguro telah membawa robotika ke ranah sosial dan filosofis. Ia membuktikan bahwa teknologi tidak hanya soal kecepatan dan efisiensi, tetapi juga tentang memahami kemanusiaan itu sendiri. Melalui robot-robot humanoid ciptaannya, ia mengajak kita semua untuk merenungkan: apakah kemanusiaan hanya terletak pada fisik dan perilaku, atau ada sesuatu yang lebih dalam yang tak bisa ditiru oleh mesin?
Saat teknologi semakin maju, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Ishiguro akan menjadi semakin relevan. Ketika suatu hari nanti kita berbicara dengan robot yang memiliki wajah, suara, dan perilaku layaknya manusia, mungkin kita akan memahami bahwa menjadi manusia bukanlah soal penampilan, melainkan soal bagaimana kita memahami dan memaknai hubungan dengan sesama.