Ilmuwan China Buat Robot Ekspresi Wajahnya Persis Manusia
Kendala ekspresi robot persis manusia masih menjadi teka-teki. Ilmuwan China mencoba memberikan solusi itu.
Sejauh ini robot humanoid sering kali kesulitan menampilkan ekspresi wajah manusia yang rumit dan autentik, sehingga berpotensi menghambat keterlibatan pengguna. Liu Xiaofeng, seorang profesor dari Universitas Hohai di Provinsi Jiangsu, Tiongkok timur beserta tim penelitinya, sudah melakukan riset agar robot humanoid punya ekspresi wajah manusia yang natural.
Lantas, bagaimana hasilnya? Mengutip Xinhua, Jumat (2/8), dalam laporannya dipublikasikan di jurnal Internasional IEEE Transactions on Robotics, mereka melakukannya dengan pendekatan baru untuk sintesis penguraian ekspresi wajah yang digerakkan oleh Action Unit (AU).
-
Kenapa Robot humanoid dibuat? Salah satu perubahan signifikan adalah kemunculan humanoid, robot yang meniru ukuran, bentuk, dan kemampuan manusia.
-
Bagaimana robot tersenyum? Para peneliti di Universitas Tokyo menumbuhkan sel-sel kulit manusia dalam bentuk wajah dan menariknya menjadi seringai lebar, menggunakan ikatan seperti ligamen yang tertanam.
-
Bagaimana robot berjalan seperti manusia? Sebuah kelompok peneliti dari Sekolah Pascasarjana Teknik Universitas Tohoku telah mereplikasi jalan robot mirip manusia. Mereka menggunakan model muskuloskeletal – yang dikendalikan oleh metode kontrol refleks yang mencerminkan sistem saraf manusia.
-
Siapa yang menciptakan robot ini? Para peneliti di Universitas Tianjin di Tiongkok telah menciptakan robot yang dikendalikan oleh sel otak manusia.
-
Siapa yang menciptakan Robot AI? Para ilmuwan dari Technical University of Denmark (DTU), menciptakan model AI yang bernama Life2vec.
-
Siapa yang membuat robot bisa tersenyum? 'Meskipun hasilnya menakutkan, ini merupakan langkah penting menuju pembuatan robot yang lebih mirip kehidupan,' kata pemimpin peneliti Shoji Takeuchi.
“Untuk mengatasi tantangan ini, kami memperkenalkan metodologi dua tahap yang komprehensif untuk memberdayakan robot afektif otonom kami dengan kapasitas untuk menunjukkan ekspresi wajah yang kaya dan alami,” kata Liu.
Liu menjelaskan bahwa pada tahap pertama, metode mereka menghasilkan gambar ekspresi wajah robot bernuansa yang dipandu oleh AU. Pada fase berikutnya, mereka mewujudkan robot afektif dengan derajat kebebasan beragam untuk gerakan wajah, yang memungkinkannya mewujudkan ekspresi wajah halus yang disintesis.
Ni Rongrong dari Universitas Changzhou yang merupakan salah satu periset proyek ini, mengatakan bahwa masyarakat mungkin lebih akrab dengan berbagai “manusia digital” dan “jangkar virtual”, yang dapat menghasilkan berbagai ekspresi waktu nyata.
Namun, robot humanoid menghadapi kendala tertentu, seperti ukuran dan jumlah motor, yang menjadikannya lebih menantang.
“Misalnya, robot humanoid yang kami gunakan sebelumnya hanya memiliki sembilan motor mikro di bawah permukaan wajahnya, jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah otot di wajah manusia," kata dia.
Oleh karena itu, menurut Ni, tim membagi sembilan motor pada wajah robot humanoid tersebut menjadi 17 AU untuk memungkinkan ekspresi yang lebih kaya dan transisi yang lebih mulus melalui gerakan yang terkoordinasi. Liu mengatakan bahwa tim peneliti berencana untuk memperluas jumlah AU wajah dan memberikan robot ekspresi halus secara mandiri.
Liu percaya bahwa seiring dengan kemajuan kemampuan interaksi emosional robot humanoid, robot-robot ini – yang dilengkapi dengan kecerdasan emosional dan intelektual yang tinggi – akan digunakan secara luas di panti jompo, taman kanak-kanak, sekolah pendidikan khusus, dan lingkungan lainnya.