Ilmuwan Jepang Buat Robot Bisa Tersenyum, tetapi Senyumannya Malah Bikin Takut
Robot ini bisa tersenyum percis seperti manusia karena ada jaringan kulit hidup yang ditempelkan.
Ilmuwan Jepang telah menemukan cara untuk menempelkan jaringan kulit hidup ke wajah robot dan membuat mereka bisa "tersenyum".
Di masa depan, ini merupakan terobosan yang menjanjikan penerapannya dalam bidang kosmetik dan obat-obatan.
Mengutip Reuters, Jumat (19/7), para peneliti di Universitas Tokyo menumbuhkan sel-sel kulit manusia dalam bentuk wajah dan menariknya menjadi seringai lebar, menggunakan ikatan seperti ligamen yang tertanam.
“Meskipun hasilnya menakutkan, ini merupakan langkah penting menuju pembuatan robot yang lebih mirip kehidupan,” kata pemimpin peneliti Shoji Takeuchi.
“Dengan memasang aktuator dan jangkar ini, manipulasi kulit hidup dapat dilakukan untuk pertama kalinya,” tambahnya.
-
Robot siapa yang tertawa canggung? Dibuat untuk membuat percakapan terasa lebih manusiawi, Erica dilatih untuk tertawa pada waktu yang tepat dalam interaksi sosial. Meski dia dapat merespons tawa orang lain, Erica masih kesulitan tertawa sendiri, yang sering menimbulkan momen-momen lucu dan canggung selama pengujian.
-
Bagaimana Robot bisa membuat manusia merasa tidak nyaman? Beberapa teori ilmiah menyatakan bahwa manusia merasa tidak nyaman ketika menyadari fitur yang tidak sesuai, seperti mata yang realistis tetapi kulit yang tidak realistis.
-
Siapa yang menciptakan robot ini? Para peneliti di Universitas Tianjin di Tiongkok telah menciptakan robot yang dikendalikan oleh sel otak manusia.
-
Apa yang dilakukan robot cantik itu? Seorang pengamen di China menyamar menjadi 'robot' yang membagikan brosur adalah seorang pemilik restoran hotpot.
-
Siapa robot cantik ini? Mengutip dari South China Morning Post, Kamis (31/10), ternyata dirinya adalah seorang pemilik restoran hotpot berusia 26 tahun yang benar-benar manusiawi.
-
Kenapa manusia merasa tidak nyaman dengan Robot? Alasan Diel menjelaskan bahwa manusia mungkin melihat ketidaksempurnaan dalam replika manusia sebagai tanda bahwa mereka mungkin sakit fisik atau sumber penyakit menular. Hal ini dapat memicu respons jijik manusia.
Robot tersenyum, yang ditampilkan dalam penelitian yang dipublikasikan secara online bulan lalu oleh Cell Reports Physical Science.
Perlu diketahui, penelitian ini dilakukan adalah hasil riset selama satu dekade oleh Takeuchi dan laboratoriumnya tentang cara terbaik menggabungkan mesin biologis dan buatan.
“Jaringan hidup memiliki banyak keunggulan dibandingkan logam dan plastic mulai dari efisiensi energi otak dan otot hingga kemampuan kulit untuk memperbaiki dirinya sendiri,” ujarnya.
Ke depan, para peneliti bertujuan untuk menambahkan lebih banyak elemen pada kulit yang dikembangkan di laboratorium, termasuk sistem peredaran darah dan saraf.
Hal ini dapat mengarah pada platform pengujian yang lebih aman untuk kosmetik dan obat-obatan yang diserap melalui kulit.
Hal ini juga dapat menghasilkan penutup yang lebih realistis dan fungsional untuk robot.
Namun, masih ada tantangan untuk menghilangkan perasaan aneh atau menakutkan yang ditimbulkan oleh mesin yang tidak sepenuhnya meyakinkan.
"Masih ada sedikit hal yang menyeramkan," lugas Takeuchi.