Apa Itu Barnum Effect dan Mengapa Kita Kerap Merasa dan Berharap Diri Kita Spesial
Kita seringkali berharap bahwa diri kita adalah orang spesial dan terpilih. Kondisi munculnya pemikiran ini dikenal sebagai Barnum Effect.
Barnum Effect adalah fenomena psikologis di mana individu merasa bahwa deskripsi kepribadian yang bersifat umum atau ambigu terasa sangat relevan dengan dirinya. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh psikolog Paul Meehl pada tahun 1956, yang menamakan efek tersebut berdasarkan kata-kata Phineas Taylor Barnum, seorang pengusaha hiburan terkenal di abad ke-19, yang mengatakan, “Selalu ada sesuatu untuk semua orang.”
Prinsip ini sering digunakan dalam astrologi, ramalan, tes kepribadian, dan bahkan pseudoscience, di mana individu merasa seolah-olah deskripsi kepribadian tersebut "khusus dibuat" untuk dirinya, padahal sebenarnya sifat tersebut dapat berlaku untuk siapa saja.
-
Apa yang dimaksud dengan Barnum Effect? Barnum Effect adalah sebuah fenomena psikologis di mana seseorang cenderung mempercayai deskripsi atau pernyataan yang bersifat umum tentang kepribadiannya sebagai sesuatu yang khusus dan cocok dengan dirinya sendiri. Padahal, deskripsi tersebut sebenarnya bersifat umum dan dapat diterapkan pada banyak orang.
-
Bagaimana Barnum Effect bekerja? Barnum Effect juga terkait dengan validasi subjektif, di mana seseorang mencoba mengaitkan peristiwa atau informasi yang tidak terkait agar sesuai dengan keyakinan atau harapannya. Misalnya, saat membaca horoskop, seseorang aktif mencoba mengaitkan isi horoskop dengan aspek kepribadian mereka.
-
Siapa yang bisa terpengaruh Barnum Effect? Efek Barnum berkaitan erat dengan astrologi. Efek Barnum terjadi ketika seseorang percaya bahwa deskripsi tentang diri mereka dalam astrologi atau ramalan zodiak sangat akurat dan khusus untuk mereka, padahal deskripsi tersebut sebenarnya sangat umum dan dapat berlaku untuk banyak orang.
-
Bagaimana Dunning-Kruger Effect bisa mempengaruhi seseorang? Mereka mungkin merasa bahwa mereka sudah ahli tanpa memahami tingkat sebenarnya dari keahlian yang dibutuhkan.
-
Kenapa orang ingin beruntung? Setiap orang ingin mendapatkan keberuntungan. Beruntung adalah salah satu faktor yang juga ikut menentukan jika seseorang telah berusaha sekuat tenaga dan menyerahkan hasil dari usahanya kepada takdir. Jika beruntung, orang tersebut akan mendapatkan kemudahan.
-
Kenapa self reward membuat bahagia? Ketika Anda mendapatkan hadiah yang diinginkan, entah itu berupa tiket liburan, produk kecantikan, atau tiket konser, Anda pasti akan merasa senang, bahagia.
Barnum Effect berfungsi karena manusia cenderung mencari konfirmasi terhadap kepercayaan atau harapan yang sudah ada. Menurut studi yang dipublikasikan oleh Dickson and Kelly (1985), individu lebih mungkin menerima deskripsi yang bersifat positif meskipun deskripsi itu cukup umum.
Deskripsi seperti "Anda adalah orang yang mudah beradaptasi, tetapi kadang-kadang terlalu keras pada diri sendiri," adalah contoh klasik. Pernyataan ini dapat diterima hampir oleh siapa saja karena menyentuh berbagai aspek umum dari pengalaman hidup. Namun, penerima informasi menganggapnya sebagai deskripsi unik dari kepribadiannya karena adanya keinginan manusia untuk merasa istimewa.
Mengapa Kita Ingin Merasa Diri Spesial?
Secara psikologis, manusia memiliki kebutuhan mendasar untuk merasa unik dan berbeda dari orang lain. Teori Self-Concept yang diajukan oleh Carl Rogers (1959) menjelaskan bahwa perasaan unik adalah bagian penting dari identitas seseorang. Merasa spesial atau berbeda dari orang lain dapat meningkatkan rasa percaya diri dan memberikan rasa memiliki terhadap dunia di sekitarnya.
Dalam konteks ini, Barnum Effect memainkan peran penting dalam memenuhi harapan kita akan identitas yang unik. Kita ingin percaya bahwa ada karakteristik tertentu yang hanya kita miliki, atau bahwa pernyataan umum bisa menggambarkan kompleksitas kepribadian kita dengan sangat tepat.
Furnham dan Schofield (1987) dalam jurnal British Journal of Psychology juga menyebutkan bahwa kita cenderung memilih informasi yang mendukung keyakinan kita, sebuah fenomena yang disebut sebagai confirmation bias. Saat kita membaca deskripsi umum yang tampaknya sesuai, otak kita secara tidak sadar mengabaikan aspek-aspek yang tidak relevan dan lebih fokus pada yang dianggap benar.
Selain itu, manusia cenderung mengharapkan hal-hal positif tentang dirinya. Dalam berbagai studi, seperti yang dilakukan oleh Petty dan Wegener (1998), ditemukan bahwa individu lebih mungkin menerima deskripsi yang menggambarkan mereka secara positif dibandingkan yang kritis. Oleh karena itu, kita sering merasa senang ketika mendengar pujian yang ambigu, karena harapan kita sendiri memperkuat penerimaan kita terhadap informasi tersebut. Ini membuat kita merasa "dikenali" atau "dimengerti" oleh deskripsi tersebut, meskipun sebenarnya pernyataannya bersifat sangat umum.
Pengaruh Barnum Effect dalam Kehidupan Sehari-hari
Barnum Effect tidak hanya terbatas pada astrologi atau ramalan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering terjebak dalam fenomena ini, terutama dalam konteks konsultasi kepribadian atau pengembangan diri. Misalnya, saat mengikuti tes kepribadian online, sering kali hasilnya memberikan deskripsi yang dirancang agar terasa sangat relevan dengan siapa pun yang membacanya. Hal ini membuat kita merasa seolah-olah hasil tes tersebut benar-benar mencerminkan kepribadian kita secara detail.
Sebagai contoh, tes seperti Myers-Briggs Type Indicator (MBTI), meskipun populer, telah mendapat kritik dari komunitas psikologi karena banyak deskripsinya yang bisa berlaku pada siapa saja, namun tetap dianggap sangat akurat oleh pengguna. Menurut penelitian Pittenger (2005), sifat-sifat yang disampaikan dalam MBTI cenderung terlalu umum, sehingga tidak memberikan penilaian yang objektif. Meskipun begitu, orang tetap mempercayainya karena merasa bahwa hasil tes tersebut menggambarkan mereka dengan sempurna.
Fenomena Barnum Effect ini memanfaatkan harapan alami manusia untuk merasa unik dan berbeda dari yang lain, serta keinginan untuk diakui secara positif. Meski demikian, penting untuk tetap skeptis dan kritis terhadap deskripsi yang tampaknya terlalu umum dan menggugah, agar tidak terjebak dalam kepercayaan yang salah. Fenomena ini mengingatkan kita betapa kuatnya pengaruh psikologi dalam memengaruhi cara kita memandang diri sendiri dan dunia di sekitar kita.