Baru Liburan Kok Sudah Burnout Lagi, Kenali Apa Penyebabnya
Pada saat seseorang menjalani liburan, rasa burnout yang mereka alami bisa terasa begitu nyata dan muncul kembali. Apa penyebabnya?
Pada saat seseorang menjalani liburan, rasa burnout yang mereka alami bisa terasa begitu nyata dan muncul kembali. Apa penyebabnya?
-
Kenapa burnout muncul setelah liburan? Salah satu alasan burnout terasa lebih parah setelah liburan adalah karena kecenderungan orang untuk bekerja lebih keras menjelang liburan. 'Perpindahan dari bekerja ekstra keras, ke liburan, lalu kembali langsung bekerja, bisa menjadi sangat melelahkan,' katanya.
-
Kapan muncul burnout setelah liburan? Bagi sebagian orang, kembali bekerja setelah liburan memang bisa terasa berat. Namun, bagi mereka yang sudah mengalami burnout atau keadaan kelelahan emosional dan sinis terhadap pekerjaan, peralihan ini bisa menjadi jauh lebih sulit.
-
Kenapa burnout terjadi? Burnout biasanya terjadi karena tuntutan pekerjaan yang berlebihan, konflik interpersonal, atau kurangnya penghargaan.
-
Kenapa burnout bisa terjadi? Ketika tuntutan pekerjaan terlalu tinggi atau waktu yang diberikan untuk menyelesaikan tugas terlalu singkat, seseorang dapat merasa kewalahan. Beban kerja yang berlebihan menyebabkan stres kronis dan membuat individu sulit untuk menemukan waktu untuk beristirahat atau memulihkan diri.
-
Apa itu burnout? Burnout adalah kondisi psikologis yang ditandai dengan stres kronis, kehilangan motivasi, dan penurunan kinerja.
Baru Liburan Kok Sudah Burnout Lagi, Kenali Apa Penyebabnya
Pernahkah Anda merasakan hal ini, baru saja selesai liburan, namun perasaan lelah dan tertekan akibat pekerjaan sudah kembali menghantui? Liburan yang seharusnya menjadi penyegar justru seolah membuat kita tersadar betapa lelahnya kita sebenarnya.
Bagi sebagian orang, kembali bekerja setelah liburan memang bisa terasa berat. Namun, bagi mereka yang sudah mengalami burnout atau keadaan kelelahan emosional dan sinis terhadap pekerjaan, peralihan ini bisa menjadi jauh lebih sulit.
Apa Itu Burnout?
Dilansir dari CNA, burnout muncul dari perasaan tidak memiliki kontrol atas pekerjaan. Gejalanya bisa berupa rasa cemas dan lelah yang terus-menerus, hingga muncul perasaan cemas berlebihan menjelang hari Senin. Burnout juga bisa memengaruhi kehidupan di luar pekerjaan.
Dr. Thea Gallagher, psikolog klinis, menjelaskan bahwa orang yang mengalami burnout biasanya merasa tidak memiliki energi untuk melakukan apapun selain sekadar menjalani hari. Tanggung jawab keluarga, waktu untuk bersosialisasi dengan teman, dan hobi seringkali terabaikan.
Meskipun memiliki waktu luang di luar pekerjaan, mereka mungkin merasa terlalu lelah atau kehilangan minat untuk melakukan aktivitas tersebut.
Liburan Sebagai Solusi Sementara?
Liburan memang bisa menjadi solusi untuk mengatasi rasa terbebani oleh pekerjaan. Liburan yang berkualitas dapat membuat kita kembali bekerja dengan perasaan segar dan lebih siap menghadapi beban kerja.
Namun, bagi mereka yang mengalami burnout yang parah, liburan mungkin hanya berfungsi seperti plester. Mereka mungkin merasa lebih baik saat berlibur, tetapi kecemasan dan tekanan akan kembali muncul begitu harus kembali bekerja.
Mengenali Tanda-Tanda Burnout
Dr. Jeanette M. Bennett, peneliti efek stres pada kesehatan, menyarankan untuk mengajukan beberapa pertanyaan pada diri sendiri setelah kembali bekerja untuk mengetahui apakah Anda mengalami burnout:
Apakah Anda bisa tidur nyenyak saat liburan, tetapi sekarang kesulitan tidur?
Apakah detak jantung Anda meningkat saat berkendara ke kantor atau saat membuka aplikasi kerja?
Apakah jadwal kerja Anda tidak menyisakan waktu untuk bersantai atau menghabiskan waktu dengan orang tersayang?
Mempermudah Transisi Kembali Bekerja
Dr. Gallagher menjelaskan salah satu alasan mengapa burnout bisa terasa begitu parah setelah liburan adalah karena kecenderungan orang untuk bekerja lebih keras pada hari-hari menjelang liburan. Perpindahan dari bekerja ekstra keras, ke liburan, lalu kembali langsung bekerja bisa menjadi sangat melelahkan.
Jika memungkinkan, Dr. Gallagher menyarankan untuk mengambil "buffer day" (hari penyangga) sebelum kembali bekerja. Gunakan waktu tersebut untuk beristirahat dan menyesuaikan diri kembali: bongkar barang bawaan jika Anda bepergian, belanja kebutuhan sehari-hari, dan biasakan diri kembali dengan rutinitas di rumah agar transisi terasa lebih lancar.
Selain itu, membuat rencana kerja singkat juga bisa membantu. Pikirkan tugas-tugas yang realistis untuk diselesaikan pada hari pertama kerja dan buatlah daftar yang dapat Anda kerjakan saat hari kerja dimulai.
Mengelola Stres di Tempat Kerja
Dr. Bennett menyarankan untuk memperhatikan bagaimana stres memengaruhi tubuh Anda. Catatlah bagaimana perasaan Anda setiap hari dan apa yang tampaknya menjadi penyebabnya.
Misalnya, jika Anda selalu mengalami sakit kepala setelah berbicara dengan rekan kerja tertentu, atau merasa cemas sebelum rapat rutin, buatlah rencana untuk menenangkan diri sendiri. Anda bisa mencoba teknik pernapasan sebelum rapat, atau berjalan sebentar untuk menjernihkan pikiran setelah berbicara dengan rekan kerja yang membuat stres.
Rekan kerja juga bisa menjadi sumber dukungan. Christina Maslach, profesor psikologi yang meneliti burnout, menyarankan untuk bertanya kepada mereka tentang cara mereka mengelola beban kerja atau mengatasi atasan yang sulit.
Anda dan rekan kerja bisa bekerja sama untuk mengidentifikasi "gangguan kecil" di tempat kerja yang secara terus-menerus menyebabkan stres (seperti rapat yang tidak perlu atau tugas yang dapat didelegasikan).
Jika Anda terus-menerus kesulitan untuk mengatasi pekerjaan, mencari pekerjaan baru mungkin menjadi solusi terbaik. Namun, Dr. Bennett mengakui bahwa hal ini lebih mudah diucapkan daripada dilakukan.
Sementara itu, Dr. Bennett menyarankan untuk meluangkan waktu dan menilai apakah beban kerja Anda masih masuk akal dan bisa diselesaikan. Jika tidak, mungkin sudah saatnya untuk berbicara secara terbuka dengan atasan Anda tentang perubahan yang diperlukan.