Cegah Komplikasi Sejak Dini, Kenali Gejala Diabetes Tipe 2
Peningkatan nafsu makan bisa menjadi gejala awal diabetes tipe 2? Berikut adalah gejala awal dan penanganan untuk penyakit ini
Diabetes mellitus tipe 2 merupakan salah satu penyakit metabolik yang semakin umum dijumpai di seluruh dunia. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah penderita diabetes terus meningkat, dengan estimasi mencapai 422 juta orang pada tahun 2014.
Diabetes adalah suatu kondisi yang terjadi ketika gula darah (glukosa) Anda terlalu tinggi. Penyakit ini berkembang ketika pankreas Anda tidak menghasilkan insulin yang cukup, atau ketika tubuh Anda tidak merespons efek insulin dengan baik. Diabetes mempengaruhi orang-orang dari segala usia. Sebagian besar bentuk diabetes bersifat kronis (seumur hidup), dan semua bentuk dapat ditangani dengan obat-obatan dan/atau perubahan gaya hidup.
-
Apa itu Diabetes Melitus tipe 2? Kondisi ini muncul ketika tubuh tidak memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau tidak dapat memanfaatkan insulin secara efektif, yang menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah.
-
Apa yang dimaksud dengan diabetes melitus tipe 2? Kadar gula darah yang tinggi menjadi salah satu masalah kesehatan yang banyak dihadapi oleh masyarakat saat ini. Jika tidak ditangani dengan baik, kondisi ini bisa berujung pada komplikasi serius seperti diabetes atau penyakit kardiovaskular.
-
Apa yang terjadi pada penderita Diabetes Tipe 2? Diabetes tipe 2 terkait dengan resistensi insulin, di mana tubuh tidak merespons insulin dengan optimal.
-
Kapan diabetes tipe 2 muncul? Sedangkan diabetes tipe 2 pada anak-anak lebih banyak berhubungan dengan gaya hidup tidak sehat.
-
Bagaimana cara mencegah komplikasi diabetes? Mengenali gejala dan komplikasi sejak dini memungkinkan untuk tindakan preventif yang lebih efektif.
-
Bagaimana cara mengontrol diabetes tipe 2 di anak? 'Olahraga, mengatur pola makan, kalau sudah remaja bisa dengan intermittent fasting... Intinya gaya hidup yang sehat itu bisa membalikkan diabetes di awal-awal,' katanya.
Dilansir dari Cleveland Clinic, jika pankreas Anda tidak menghasilkan cukup insulin atau tubuh Anda tidak menggunakannya dengan benar, glukosa akan menumpuk di aliran darah Anda, menyebabkan gula darah tinggi (hiperglikemia). Seiring waktu, kadar glukosa darah yang tinggi secara konsisten dapat menyebabkan masalah kesehatan, seperti penyakit jantung, kerusakan saraf, dan masalah mata.
Pada diabetes tipe 2 ini, tubuh Anda tidak menghasilkan cukup insulin dan/atau sel-sel tubuh Anda tidak merespons insulin secara normal (resistensi insulin). Ini adalah jenis diabetes yang paling umum. Penyakit ini terutama menyerang orang dewasa, hingga anak-anak. Penting bagi masyarakat untuk memahami gejala serta penanganan awal diabetes tipe 2 agar dapat melakukan langkah pencegahan yang efektif.
Gejala Diabetes Tipe 2
Sering Haus dan Buang Air Kecil
Penderita diabetes tipe 2 sering merasakan haus yang berlebihan, atau yang biasa disebut polydipsia. Mengutip dari Cleveland Clinic, polidipsia adalah definisi medis dari rasa haus yang berlebihan. Rasa haus yang berlebihan adalah keinginan tidak normal untuk meminum cairan setiap saat. Ini adalah suatu reaksi terhadap hilangnya cairan dalam tubuh Anda. Polidipsia biasanya akan disertai dengan mulut kering (xerostomia) dan keinginan untuk sering buang air kecil (sering buang air kecil).
Sering buang air kecil adalah gejala umum diabetes Tipe 1 dan Tipe 2. Kadar glukosa yang tinggi dalam darah membuat ginjal bekerja lebih keras untuk menyaring dan mengeluarkan kelebihan glukosa, sehingga meningkatkan frekuensi buang air kecil. Diabetes akan menyebabkan volume urin lebih banyak saat Anda buang air kecil (poliuria).
Kelelahan
Kelelahan atau fatigue adalah salah satu gejala utama yang sering dilaporkan oleh penderita diabetes tipe 2. Gejala ini sering kali tidak disadari atau dianggap sebagai masalah kesehatan lain, padahal dapat menjadi indikasi penting bahwa tubuh mengalami gangguan metabolisme. Fatigue pada diabetes tipe 2 berkaitan erat dengan ketidakseimbangan metabolik yang menyebabkan tubuh tidak dapat menggunakan glukosa secara efektif sebagai sumber energi.
Pada penderita diabetes tipe 2, tubuh mengalami resistensi insulin, yaitu kondisi di mana sel-sel tubuh tidak merespons insulin dengan baik. Insulin adalah hormon yang membantu glukosa masuk ke dalam sel untuk diubah menjadi energi. Dalam kondisi resistensi insulin, glukosa tidak dapat diserap oleh sel-sel tubuh secara efektif. Menurut penelitian oleh Anderson et al. (2001), ketika sel-sel tubuh kekurangan energi akibat ketidakmampuan menyerap glukosa, tubuh akan mengalami kelelahan yang berkelanjutan, meskipun kadar glukosa dalam darah tinggi.
Peningkatan Nafsu Makan
Peningkatan nafsu makan merupakan salah satu gejala klasik diabetes tipe 2 yang sering kali diabaikan. Kondisi ini terjadi sebagai respons tubuh terhadap ketidakmampuan sel untuk mendapatkan energi yang cukup, meskipun kadar glukosa dalam darah tinggi.
Penelitian yang dilakukan oleh DeFronzo et al. (1992) menunjukkan bahwa resistensi insulin di jaringan otot dan lemak menghambat proses penyerapan glukosa ke dalam sel-sel tubuh. Meskipun kadar glukosa darah tinggi, sel-sel tubuh 'kelaparan' karena tidak mendapatkan sumber energi yang cukup. Akibatnya, tubuh mengirimkan sinyal kelaparan ke otak, sehingga penderita diabetes merasa lapar terus-menerus dan ingin makan lebih banyak.
Selain itu, penurunan sensitivitas insulin di otak juga memengaruhi regulasi nafsu makan. Studi oleh Morton et al. (2006) menemukan bahwa insulin di otak berperan dalam menekan nafsu makan dan mengatur keseimbangan energi. Pada diabetes tipe 2, fungsi ini terganggu, sehingga sinyal yang biasanya memberitahukan otak untuk berhenti makan, tidak berfungsi dengan baik.
Penglihatan Kabur
Penglihatan kabur sebagai gejala diabetes tipe 2 memiliki kaitan erat dengan perubahan kadar glukosa darah yang memengaruhi fungsi mata. Kadar glukosa yang tinggi dalam darah dapat memengaruhi cairan di dalam tubuh, termasuk pada lensa mata. Lensa mata tidak memiliki pembuluh darah langsung tetapi bergantung pada cairan di sekitarnya untuk mempertahankan bentuk dan fungsinya.
Ketika kadar glukosa darah meningkat, hal ini menyebabkan perubahan osmolaritas cairan di sekitar lensa, yang mengakibatkan lensa menjadi bengkak. Pembengkakan ini memengaruhi kemampuan lensa untuk memfokuskan cahaya pada retina dengan tepat, sehingga menyebabkan penglihatan kabur.
Penelitian yang diterbitkan dalam Diabetes Care menunjukkan bahwa perubahan glukosa darah dalam jangka pendek dapat menyebabkan fluktuasi ketajaman penglihatan, terutama pada penderita diabetes.
Luka yang Sulit Sembuh
Penderita diabetes tipe 2 sering mengalami luka atau infeksi yang lebih sulit untuk sembuh. Diabetes tipe 2 ditandai oleh hiperglikemia kronis atau kadar gula darah yang tinggi. Hiperglikemia ini dapat berdampak secara langsung pada berbagai proses biologis yang terkait dengan penyembuhan luka. Salah satu dampaknya adalah penurunan fungsi sel-sel imun dan fibroblast, yaitu sel yang penting dalam proses penyembuhan luka. Menurut penelitian oleh Brem & Tomic-Canic (2007), hiperglikemia mengurangi aktivitas makrofag, sel yang berperan dalam membersihkan bakteri dan jaringan mati dari luka. Hal ini menyebabkan proses penyembuhan berjalan lebih lambat dan risiko infeksi meningkat.
Penanganan Awal Diabetes Tipe 2
Perubahan Pola Makan
Salah satu langkah awal yang paling efektif adalah dengan mengubah pola makan. Mengurangi konsumsi makanan yang tinggi gula dan karbohidrat sederhana serta meningkatkan asupan sayur-sayuran, buah-buahan, serta sumber protein yang sehat sangat dianjurkan.
Selain itu, lemak jenuh dan lemak trans diketahui dapat memperburuk resistensi insulin, yang merupakan masalah utama pada diabetes tipe 2. Oleh karena itu, pengurangan lemak jenuh dari makanan seperti daging merah berlemak, produk susu tinggi lemak, dan makanan olahan sangat dianjurkan. Sebagai gantinya, ahli kesehatan menyarankan untuk meningkatkan konsumsi lemak sehat dari sumber-sumber seperti ikan berlemak, minyak zaitun, alpukat, dan kacang-kacangan.
Menurut penelitian oleh Salas-Salvadó et al. (2011) yang diterbitkan dalam Diabetes Care, diet Mediterania yang kaya akan lemak sehat, seperti asam lemak tak jenuh tunggal dari minyak zaitun, dapat menurunkan risiko diabetes tipe 2. Studi ini menunjukkan bahwa diet Mediterania dapat meningkatkan sensitivitas insulin, memperbaiki profil lipid, dan mengurangi risiko komplikasi kardiovaskular. Selain itu, asupan protein dari sumber-sumber seperti ikan dan kacang-kacangan dapat membantu menjaga kontrol gula darah,memberikan rasa kenyang lebih lama dan membantu memperlambat penyerapan karbohidrat.
Aktivitas Fisik
Olahraga secara teratur juga merupakan bagian penting dalam penanganan diabetes tipe 2. Aktivitas fisik dapat membantu menurunkan kadar glukosa dalam darah. Selama aktivitas fisik, otot menggunakan glukosa yang disimpan dalam tubuh sebagai bahan bakar, sehingga membantu menurunkan kadar gula dalam darah. Sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Sigal et al. (2006) menunjukkan bahwa latihan aerobik dengan intensitas sedang hingga berat, selama minimal 150 menit per minggu dapat menurunkan kadar HbA1c (indikator pengelolaan glukosa darah jangka panjang) pada penderita diabetes tipe 2. Studi ini menunjukkan penurunan rata-rata 0,6% pada kadar HbA1c, yang merupakan perbaikan klinis signifikan dalam pengelolaan diabetes.
Aktivitas fisik tidak hanya berfungsi untuk mengendalikan kadar gula darah, tetapi juga membantu mencegah komplikasi yang sering terjadi pada penderita diabetes tipe 2, seperti penyakit jantung, hipertensi, dan stroke. Menurut American College of Sports Medicine (ACSM) dalam penelitian oleh Snowling dan Hopkins (2006), latihan aerobik secara rutin dapat menurunkan tekanan darah, meningkatkan profil lipid darah (seperti meningkatkan kadar HDL atau kolesterol baik), dan menurunkan risiko penyakit kardiovaskular.
Pemantauan Gula Darah
Penting bagi penderita untuk memantau kadar gula darah secara teratur. Pemantauan gula darah memungkinkan penderita diabetes tipe 2 untuk melihat bagaimana berbagai faktor seperti makanan, aktivitas fisik, stres, dan obat-obatan memengaruhi kadar gula darah. Dalam jurnal yang dipublikasikan oleh The American Diabetes Association (ADA), disebutkan bahwa pemantauan glukosa secara mandiri (Self-Monitoring of Blood Glucose/SMBG) membantu pasien mengidentifikasi hubungan antara gaya hidup dan kadar gula darah mereka.
Penelitian yang dilakukan oleh Polonsky et al. (2011), menunjukkan bahwa pasien yang melakukan pemantauan glukosa secara mandiri lebih mampu untuk mengenali pola makan yang menyebabkan kenaikan gula darah. Hal ini memungkinkan pasien untuk menyesuaikan pola makan mereka, baik dengan mengurangi asupan karbohidrat atau memilih makanan yang lebih sehat yang lebih stabil dalam meningkatkan kadar gula darah.
Mengenali gejala dan melakukan penanganan awal terhadap diabetes tipe 2 sangat penting untuk mencegah perkembangan penyakit yang lebih serius. Dengan memahami tanda-tanda awal dan menerapkan perubahan gaya hidup yang sehat, penderita dapat mengatasi penyakit ini dengan lebih baik. Penanganan yang tepat dan disiplin dalam menjalani pola hidup sehat akan membantu mempertahankan kualitas hidup yang baik serta mencegah komplikasi jangka panjang.