Ibu Hamil Hendak Bepergian Menggunakan Pesawat, Ketahui Kondisi yang Boleh dan Tidak Boleh Terbang
Pada ibu hamil yang hendak naik pesawat, terdapat sejumlah hal yang penting diperhatikan.
Banyak ibu hamil yang sering bertanya-tanya mengenai izin untuk naik pesawat terbang saat hamil. Menurut dokter spesialis obstetri dan ginekologi subspesialis fetomaternal, Astrid Fransisca Padang, secara umum, ibu hamil diperbolehkan untuk terbang. "Soal naik pesawat ini adalah pertanyaan yang sering diajukan oleh banyak pasien. Dari kami (dokter obstetri dan ginekologi) mengizinkan hingga usia kandungan 36 minggu," ungkap Astrid.
Mengenai durasi penerbangan, disarankan bagi ibu hamil yang sudah melewati 36 minggu untuk tidak terbang lebih dari enam jam. "Jangan jauh-jauh, trimester 3 itu sebaiknya di bawah enam jam perjalanan," jelas Astrid.
-
Siapa yang boleh naik pesawat saat hamil? Ibu hamil dengan kehamilan normal sebenarnya diperbolehkan untuk naik pesawat terbang, khususnya pada trimester kedua.
-
Kapan ibu hamil diperbolehkan naik pesawat? Secara umum, ibu hamil diperbolehkan naik pesawat hingga minggu ke-36 kehamilan tanpa batasan.
-
Apa yang perlu dipersiapkan ibu hamil sebelum naik pesawat? Membawa rencana darurat, seperti mengetahui lokasi fasilitas kesehatan terdekat di tempat tujuan, akan sangat membantu jika terjadi situasi tak terduga.
-
Kenapa ibu hamil harus konsultasi ke dokter sebelum naik pesawat? Hal ini penting, terutama untuk mengantisipasi kemungkinan komplikasi yang dapat diperburuk oleh tekanan kabin pesawat dan perjalanan panjang.
-
Siapa yang perlu memberi izin untuk ibu hamil naik pesawat? Maskapai besar seringkali memerlukan surat keterangan dokter jika kehamilan sudah memasuki usia tertentu.
-
Kapan ibu hamil harus hindari perjalanan jauh? Keenam, hindari perjalanan wisata terlalu jauh terutama pada trimester akhir kehamilan.
"Sementara itu, untuk trimester kedua, penerbangan di atas enam jam diperbolehkan," tambahnya. Wanita yang sehari-hari berpraktik di RSPI Puri Indah Jakarta ini juga menekankan pentingnya memperhatikan waktu penerbangan.
Di sisi lain, beberapa maskapai penerbangan mengizinkan ibu hamil berusia 37-38 minggu untuk terbang, dengan syarat harus mendapatkan izin dari dokter yang merawat, yang ditandai dengan surat dokter untuk memastikan kondisi kesehatan ibu. Hal ini disampaikan oleh dokter spesialis obstetri dan ginekologi subspesialis kedokteran fetomaternal, Better Versi Paniroi, dalam kesempatan yang berbeda. Melalui pemeriksaan fisik, dokter dapat memprediksi bahwa kehamilan ibu tidak akan melahirkan dalam waktu dekat. Misalnya, dengan pemeriksaan USG, dokter dapat melihat panjang serviks atau mulut rahim untuk menilai potensi kelahiran dalam waktu dekat.
"Sebenarnya yang dikhawatirkan adalah kelahiran di pesawat," kata Better saat dijumpai di Jakarta Pusat. Pada ibu hamil yang berada di usia kehamilan 34 minggu, secara teori, ada potensi kelahiran antara 10-20 persen. Namun, perlu diingat bahwa ibu hamil yang akan melahirkan untuk pertama kalinya biasanya membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai bukaan 1-3.
Bolehkah Ibu Hamil yang Mengalami Anemia Boleh Naik Pesawat?
Astrid menjelaskan bahwa seorang ibu yang mengalami anemia tetap dapat melakukan perjalanan dengan pesawat terbang. Ia menegaskan bahwa penerbangan tidak akan menyebabkan penurunan kadar hemoglobin (HB) dalam darah ibu. "Naik pesawat enggak bikin HB turun lagi. Harusnya sih bisa terbang," ucap Astrid.
Mengenai dampak anemia terhadap janin, ia menyatakan bahwa janin telah beradaptasi dengan kondisi tubuh ibu, termasuk jika ibu mengalami hipertensi atau anemia. Oleh karena itu, perjalanan dengan pesawat umumnya tidak akan berdampak buruk pada janin. Namun, sangat penting untuk melakukan konsultasi dengan dokter spesialis obstetri dan ginekologi sebelum melakukan penerbangan.
Kelembapan di Pesawat Bisa Bervariasi
Menurut para ahli, gravitasi dan tekanan udara saat penerbangan tidak memberikan dampak negatif bagi ibu hamil. Dampak yang dirasakan oleh ibu hamil saat terbang sama dengan yang dialami oleh penumpang lainnya. Namun, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh ibu hamil selama berada di pesawat, salah satunya adalah menjaga kecukupan cairan tubuh dengan memastikan mereka cukup minum air. "Humid (kelembapan) beda. Kalau long flight maka harus dipastikan ibu hamil terhidrasi dengan baik ya. Itu kunci selama di perjalanan," ungkap dokter yang berpraktik di RSPI - Puri Indah.
Penting bagi ibu hamil untuk memperhatikan asupan cairan saat terbang, terutama pada penerbangan jarak jauh. Kelembapan udara yang berbeda di dalam kabin pesawat dapat menyebabkan dehidrasi jika tidak diimbangi dengan konsumsi air yang cukup. Dengan menjaga hidrasi, ibu hamil dapat menjalani perjalanan dengan lebih nyaman dan mengurangi risiko masalah kesehatan selama penerbangan. Oleh karena itu, memastikan asupan cairan yang memadai adalah langkah yang sangat penting.