Konsumsi Berlebihan Gorengan: Pemicu Kenaikan Berat Badan dan Masalah Kesehatan
Konsumsi gorengan bisa jadi penyebab berbagai masalah kesehatan dan naiknya berat badan.
Naiknya berat badan secara tiba-tiba bisa disebabkan oleh berbagai macam hal termasuk karena konsumsi gorengan.
Konsumsi Berlebihan Gorengan: Pemicu Kenaikan Berat Badan dan Masalah Kesehatan
Kenaikan berat badan dapat menjadi sinyal peringatan terhadap pola makan yang tidak sehat, terutama terlalu banyak mengonsumsi hidangan goreng. Dokter spesialis gizi klinik, dr. Yohan Samudra, SpGK, AIFO-K, menyoroti pentingnya memperhatikan asupan gorengan dalam pola makan sehari-hari.
-
Kenapa gorengan menyebabkan obesitas? Gorengan mengandung banyak minyak dan lemak jenuh. Konsumsi berlebihan dapat meningkatkan asupan kalori harian secara signifikan, yang berkontribusi pada penambahan berat badan dan obesitas.
-
Kenapa gorengan berdampak buruk buat kesehatan? Terlalu banyak mengonsumsi gorengan dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti obesitas, diabetes, penyakit jantung, dan kanker.
-
Gimana cara gorengan bikin berat badan naik? Makan gorengan dapat menyebabkan kelebihan berat badan dan obesitas. Hal ini karena gorengan mengandung kalori dan lemak yang lebih tinggi daripada makanan lain. Lemak trans dalam gorengan juga dapat memengaruhi hormon yang meningkatkan nafsu makan dan penyimpanan lemak.
-
Kenapa makan gorengan berbahaya? Makan gorengan bisa berdampak buruk karena gorengan mengandung banyak zat yang tidak baik untuk tubuh Anda. Berikut adalah beberapa penjelasannya: Gorengan mengandung lemak trans, yaitu jenis lemak yang dihasilkan dari proses hidrogenasi minyak nabati. Lemak trans dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat, menurunkan kadar kolesterol baik, meningkatkan resistensi insulin, dan menyebabkan peradangan dalam tubuh . Lemak trans juga dapat mengubah struktur membran sel dan mengganggu fungsi enzim dan hormon.
-
Apa akibat makan gorengan terus? Makan gorengan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan serangan jantung. Gorengan dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan menurunkan kadar kolesterol baik (HDL) dalam darah. Kolesterol jahat dapat menyumbat pembuluh darah dan mengganggu aliran darah ke jantung.
-
Makanan apa yang menyebabkan obesitas? Mengonsumsi makanan tinggi kalori dan lemak. Makanan ini biasanya memiliki tekstur renyah atau lembut, seperti gorengan, kue-kue manis, minuman bersoda atau beralkohol, dan daging berlemak. Makanan ini dapat meningkatkan kadar gula darah dan insulin dalam tubuh, sehingga merangsang penimbunan lemak di sekitar organ-organ vital.
"Pastinya kalau mulai ada penambahan berat badan, maka mungkin gorengannya kebanyakan karena ada karbohidrat juga di gorengan dan ada minyak," ungkapnya beberapa waktu lalu dilansir dari Antara.
Yohan menjelaskan bahwa minyak mengandung kalori yang hampir dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan karbohidrat dan protein. Satu gram karbohidrat dan protein memiliki total empat kalori, sementara satu gram minyak memiliki total sekitar sembilan kalori.
Tidak hanya berdampak pada penambahan berat badan, konsumsi berlebihan makanan yang digoreng atau tinggi minyak dan lemak juga dapat memunculkan masalah metabolik seperti kolesterol tinggi, diabetes, dan hipertensi.
Namun, Yohan menyoroti bahwa kolesterol LDL yang tinggi, yang merupakan faktor risiko penyakit jantung, tidak menunjukkan gejala khusus. Pemeriksaan laboratorium menjadi langkah penting untuk memantau kadar kolesterol dalam tubuh.
"Enggak ada gejala yang khas untuk kolesterol tinggi. Kalau misalnya LDL tinggi, maka sudah pasti, lemak atau minyak yang jelek yang kebanyakan. HDL atau High Density Lipoprotein banyak maka lemak yang kita konsumsi cukup baik kondisinya atau pilihannya (lemak tak jenuh)," jelasnya.
Yohan merujuk pada studi yang menyebutkan Indonesia sebagai negara dengan pengonsumsi minyak goreng terbesar. Tingginya konsumsi minyak ini berhubungan dengan masalah kesehatan seperti hipertensi, kolesterol tinggi, dan asam urat.
Minyak goreng memiliki kandungan lemak jenuh dan tak jenuh di dalamnya. Keberadaan lemak tak jenuh sendiri dinilai lebih sehat.
Lemak jenuh dalam jumlah besar dapat meningkatkan LDL yang berisiko pada penyakit jantung. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk membatasi asupan lemak jenuh dan sebaliknya, mengonsumsi lebih banyak lemak tak jenuh dalam pola makan sehari-hari.