Kopi Dekafein Semakin Populer, Lebih Aman untuk Kesehatan?
Kopi dekafein atau decaf coffee jadi alternatif mereka yang suka meminum kopi karena rasanya, bukan kafeinnya. Tapi, apakah sepenuhnya aman untuk kesehatan?
Popularitas kopi di Indonesia tetap tinggi dan konsumsi kopi semakin meningkat dengan banyaknya peminat. Namun, tidak semua orang dapat menikmati kopi karena efek kesehatan yang ditimbulkan oleh kafein, seperti jantung berdebar atau reaksi alergi.
Untuk mengatasi masalah ini, industri kopi melakukan dekafeinasi, yaitu proses menghilangkan sebagian besar kafein dari kopi. Menurut Mirza Luqman Effendy, Learning & Development Senior Division Manager, terdapat tiga metode dekafeinasi yang umum digunakan untuk menghasilkan kopi dekafein.
Dalam wawancara dengan Lifestyle Liputan6.com pada Kamis, 10 Oktober 2024, Mirza menjelaskan metode pertama, yaitu metode kontak langsung. Metode ini menggunakan pelarut metil klorida untuk menghilangkan kafein tanpa mengubah cita rasa asli kopi.
"Sebagian besar kopi dekafeinasi yang diproduksi Starbucks menggunakan metode ini, karena mampu mempertahankan rasa asli kopi lebih baik dibandingkan metode lainnya," jelas Mirza.
Metode kedua adalah proses Swiss Water, yang melibatkan perendaman biji kopi hijau dalam air hangat untuk menciptakan 'flavour-charged water'. Air ini kemudian dialirkan melalui filter karbon aktif yang menangkap molekul kafein.
"Tidak ada pelarut yang digunakan langsung pada biji kopi. Filter karbon berfungsi untuk menyaring kafein, dan biji kopi direndam kembali dalam 'flavour-charged water' untuk mengembalikan cita rasa," tambahnya.
Metode ketiga adalah dekafeinasi alami. Proses ini dimulai dengan merendam biji kopi hijau dalam air, lalu memasukkannya ke dalam tangki baja tahan karat. "CO2 cair ditekan masuk ke dalam tangki dengan tekanan tinggi, sehingga menarik dan melarutkan kafein, sementara molekul rasa yang lebih besar tetap terjaga," ungkapnya.
Diklaim Tidak Mengubah Rasa Asli Kopi
Menurut Mirza, proses dekafeinasi tidak memengaruhi rasa dan kualitas kopi karena hanya menghilangkan molekul kafein, sementara kopi terdiri dari ribuan senyawa yang berbeda.
"Karena kafein larut dalam air, setiap metode dekafeinasi memanfaatkan air untuk menariknya keluar. Tiga metode dekafeinasi yang disebutkan mempercepat proses dan membantu 'memilih' senyawa mana yang harus dihilangkan," jelasnya.
Mirza juga mengungkapkan bahwa minat terhadap kopi decaf diperkirakan akan terus meningkat setiap tahunnya, seiring dengan meningkatnya kesadaran konsumen akan kesehatan dan kesejahteraan. Para penikmat kopi decaf biasanya menikmati kopi murni karena rasanya, bukan karena kandungan kafeinnya. "Kami hadir untuk menawarkan versi dekafeinasi dalam beberapa pilihan kopi kami," tambahnya.
Namun, ada potensi risiko kesehatan yang terkait dengan kopi decaf. Mengutip CNN pada Minggu (13/10/2024), beberapa kelompok advokasi kesehatan telah meminta Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) untuk melarang penggunaan metilen klorida dalam proses dekafeinasi, karena bahan kimia ini diketahui dapat memicu kanker. Metilen klorida adalah cairan tidak berwarna yang digunakan dalam berbagai proses industri, termasuk pengelupasan cat, produksi farmasi, dan pembersihan logam.
Metilen Klorida Dapat Menjadi Penyebab Kanker
"Metilen klorida telah lama diakui sebagai karsinogen, sebagaimana ditetapkan oleh Program Toksikologi Nasional dari Institut Kesehatan Nasional, Badan Perlindungan Lingkungan, dan Organisasi Kesehatan Dunia," ujar Dr. Maria Doa, direktur senior kebijakan kimia di Dana Pertahanan Lingkungan, yang merupakan salah satu dari lima kelompok dan individu yang mengajukan dua petisi terkait bahan tambahan makanan dan pewarna kepada FDA pada November 2023.
FDA telah menjadwalkan untuk mempertimbangkan petisi tersebut pada 21 Desember 2023 dan menerima komentar publik mengenai pengajuan itu hingga 11 Maret 2024.
"Selain bersifat karsinogenik, metilen klorida juga dapat menimbulkan risiko kesehatan lain, seperti toksisitas hati, peningkatan paparan efek neurologis, dan dalam beberapa kasus, kematian," tambah Doa melalui email.
Risiko-risiko ini muncul dalam konteks paparan akut terhadap bahan kimia dalam jumlah tinggi atau konsumsi langsung bahan kimia tersebut, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS. Pencabutan izin untuk penggunaan bahan kimia ini sebagai pengupas cat dilakukan oleh EPA pada tahun 2019.
"Pada tahun 2023, badan tersebut juga mengusulkan larangan penjualannya untuk berbagai keperluan konsumen dan banyak aplikasi industri serta komersial lainnya," tuturnya.
Kopi Dekafeinasi adalah Pilihan yang Tepat bagi Mereka yang Ingin Menikmati Cita Rasa Kopi Tanpa Kandungan Kafein
Meskipun penggunaan makanan masih diatur oleh FDA sesuai dengan Undang-Undang Makanan, Obat, dan Kosmetik Federal, majelis negara bagian California yang dikenal sebagai salah satu negara bagian dengan ekonomi terbesar di dunia baru saja mengajukan rancangan undang-undang untuk melarang penggunaan metilen klorida dalam proses dekafeinasi.
Menanggapi kekhawatiran ini, Mirza menyatakan bahwa tidak ada metilen klorida yang terdeteksi dalam secangkir kopi dekafeinasi yang disajikan oleh Starbucks. "Karena metilen klorida memiliki titik didih yang sangat rendah (sekitar 104F/40C), yang lebih rendah daripada suhu penyeduhan kopi (sekitar 200F/93C) dan jauh lebih rendah dari suhu pemanggangan, maka tidak ada metilen klorida yang terdeteksi dalam secangkir kopi dekafeinasi Starbucks," jelasnya.
Jika Anda masih merasa khawatir, ada pilihan kopi lain yang bisa dinikmati oleh penggemar kopi tanpa kafein. Atikah Risyad dari konsorsium Gandrung Tirta, yang berfokus pada pengelolaan bisnis kopi dari hulu ke hilir serta pemberdayaan pemuda di Malang, merekomendasikan jenis kopi fine robusta.
"Saat menikmati fine robusta, Anda akan merasa lebih nyaman, tidak kembung, dan tidak deg-degan dibandingkan saat meminum kopi biasa," ujarnya dalam perbincangan dengan Liputan6.com pada Jumat, 11 Oktober 2024. Jadi, pilihan mana yang akan Anda ambil?