Mengupas Anemia Defisiensi Zat Besi, Ini Cara Mengatasinya
Kekurangan zat besi akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak karena mempengaruhi mulai nafsu makan, gangguan perilaku, emosi dan motorik anak.


Mengupas Anemia Defisiensi Zat Besi, Ini Cara Mengatasinya
Kondisi ini terjadi ketika tubuh kekurangan zat besi yang diperlukan untuk memproduksi sel darah merah (hemoglobin) yang sehat. Artikel ini akan mengupas lebih dalam tentang anemia defisiensi zat besi pada anak, gejalanya, dampaknya, dan cara mengatasinya.

Anemia merupakan salah satu kondisi kesehatan yang sering terjadi, terutama pada anak-anak. Salah satu jenis anemia yang cukup umum adalah anemia defisiensi zat besi.
Anak-anak, seperti bayi prematur, anak dengan penyakit kronis, anak dengan berat badan berlebih, dan anak yang kurang mendapatkan asupan nutrisi saat memulai makan padat (MPASI), adalah kelompok yang rentan mengalami anemia defisiensi zat besi. Kekurangan zat besi pada masa pertumbuhan mereka dapat memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan mereka.

Zat besi memiliki peran penting dalam tubuh, terutama dalam produksi hemoglobin yang mengangkut oksigen ke seluruh tubuh.

Gejala anemia defisiensi zat besi pada anak dapat bervariasi, dan dalam beberapa kasus, mungkin tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Namun, ketika kondisi ini berkembang, beberapa gejala yang umumnya dialami anak adalah:
1. Pucat: Anak akan terlihat pucat pada kulit dan wajahnya.
2. Cepat lelah: Mereka akan lebih mudah merasa lelah dan lemah.
3. Gangguan emosi: Anak bisa lebih mudah marah dan gelisah.
4. Pusing: Anak dapat mengeluhkan kondisi pusing.
5. Detak jantung cepat: Detak jantung anak akan terasa lebih cepat dari biasanya.
6. Kulit dingin: Tangan dan kaki anak cenderung terasa dingin.
7. Kehilangan nafsu makan: Anak mungkin tidak memiliki nafsu makan yang baik.
8. Infeksi sering: Mereka mungkin lebih rentan terhadap infeksi.
9. Selera aneh: Beberapa anak mungkin menginginkan mengonsumsi es atau hal yang bukan makanan.
Selain itu, anak juga dapat mengalami kesulitan berkonsentrasi dan gangguan makan. Lebih serius lagi, kondisi ini dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh anak.

Anemia defisiensi zat besi yang tidak diatasi dengan baik dapat berdampak buruk pada pertumbuhan dan perkembangan anak secara keseluruhan. Dampaknya meliputi gangguan perilaku, emosi, dan motorik anak.

Untuk mengetahui apakah anak mengalami anemia defisiensi zat besi, pemeriksaan darah yang komprehensif perlu dilakukan. Ini akan membantu dalam menentukan diagnosis yang tepat dan memberikan penanganan yang sesuai.
Penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter atau mengunjungi rumah sakit terdekat jika ada indikasi anemia pada anak. Pemeriksaan yang tepat akan membantu menentukan jenis penanganan yang diperlukan.

Zat besi memiliki peran penting dalam perkembangan sistem saraf, termasuk dalam proses mielinisasi, neurotransmitter, dendritogenesis, dan metabolisme saraf.
Kekurangan zat besi dapat memengaruhi fungsi kognitif, tingkah laku, dan pertumbuhan anak. Zat besi juga berperan sebagai sumber energi bagi otot, yang mempengaruhi ketahanan fisik dan kemampuan anak untuk melakukan aktivitas fisik.


Kekurangan zat besi selama kehamilan dapat meningkatkan risiko perinatal dan mortalitas bayi. Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil untuk memastikan asupan zat besi yang cukup selama masa kehamilan.

Gejala yang sering ditemukan pada anemia defisiensi besi meliputi pucat kronis, lemas, mudah lelah, mudah infeksi, gangguan prestasi belajar, menurunnya daya tahan tubuh terhadap infeksi, dan gangguan perilaku. Penyebab anemia defisiensi besi dapat berbeda-beda tergantung pada usia anak.
Pada bayi kurang dari 1 tahun, penyebabnya mungkin termasuk bayi yang lahir dengan berat rendah, prematur, ASI eksklusif tanpa suplementasi besi, atau susu formula rendah besi.

Pada anak usia 2-5 tahun, asupan besi mungkin kurang karena jenis makanan yang tidak mengandung banyak besi atau minum susu berlebihan.

Pada anak usia 1-2 tahun, asupan besi mungkin kurang akibat tidak mendapatkan makanan tambahan atau minum susu murni berlebih.

Pada anak usia 5 tahun hingga remaja, peningkatan risiko disebabkan oleh perdarahan, seperti infestasi cacing tambang pada usia dini atau menstruasi berlebih pada remaja puteri.

Penanganan anak dengan anemia defisiensi besi dapat melibatkan beberapa langkah, tergantung pada tingkat keparahan dan penyebabnya:
Mengatasi faktor penyebab: Identifikasi dan atasi faktor yang mungkin menyebabkan anemia pada anak.

Pemberian preparat besi oral: Pemberian suplemen besi secara oral dengan dosis yang sesuai adalah langkah pertama dalam pengobatan anemia defisiensi besi. Pastikan anak mengonsumsinya sesuai petunjuk dokter.

Pemberian vitamin C: Vitamin C dapat meningkatkan penyerapan besi dari makanan dan suplemen. Berikan anak makanan yang mengandung vitamin C, seperti buah-buahan citrus, bersama dengan suplemen besi.

Hindari makanan penghambat penyerapan besi: Beberapa makanan dan minuman seperti teh, susu murni, kuning telur, dan serat dapat menghambat penyerapan besi. Hindari konsumsi bersamaan dengan suplemen besi.

Peningkatan asupan makanan yang kaya zat besi: Pastikan anak mengonsumsi makanan yang kaya zat besi, seperti daging merah, ayam, kacang-kacangan, makanan laut, sayuran berdaun hijau, dan sereal yang diperkaya zat besi.

Suplemen penambah zat besi: Jika diperlukan, berikan suplemen zat besi sesuai dengan resep dokter. Pastikan anak tidak dalam keadaan perut kosong saat mengonsumsinya, dan tingkatkan konsumsi makanan atau minuman yang mengandung vitamin C.

Transfusi sel darah merah: Dalam kasus yang parah, transfusi sel darah merah dapat menjadi pilihan untuk meningkatkan kadar hemoglobin dengan cepat.
Pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan. Untuk mencegah anak mengalami anemia defisiensi zat besi, ibu dapat melakukan hal berikut:
1. Pendidikan gizi: Tingkatkan pengetahuan tentang jenis makanan yang mengandung zat besi tinggi, seperti daging, hati, ikan, tahu, kuning telur, dan sayuran hijau.
2. ASI eksklusif: Berikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama, dan pastikan ada suplementasi besi yang sesuai untuk bayi.
3. Kebersihan lingkungan: Upayakan kebersihan lingkungan untuk mengurangi risiko infeksi bakteri atau infestasi parasit, yang dapat menjadi penyebab defisiensi besi.
Dengan pencegahan yang tepat dan penanganan yang baik, anemia defisiensi zat besi pada anak dapat dicegah dan diatasi.
Kesehatan anak adalah aset berharga yang perlu dijaga, dan peran ibu sangat penting dalam memberikan perawatan dan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.

